Banyak Anak yang Keluhkan Makanan MBG Tak Enak, PB IDI: Ini Teguran Berat Buat Ibu-Ibu!

Kamis, 9 Januari 2025 – 12:16 WIB

Jakarta – Program Makan Bergizi Gratis (MBG) diluncurkan mulai Senin 6 Januari 2025. Menu anak sekolah menyediakan makanan seimbang dan lengkap, mulai dari karbohidrat hingga buah-buahan.

Baca juga:

Banyak Makan MBG di Makassar yang Tak Habis, SPPG Janjikan Hadiah untuk Siswa

Namun banyak anak yang mengeluhkan menu makanannya kurang enak. Terutama picky eater, mulai dari tidak suka nasi hingga sayur. Jadi bagaimana cara mengatasi ini? Scroll untuk informasi selengkapnya, yuk!

Juru Bicara PB IDI, DR Dr Tan Shot Yen, M.Hum membenarkan, memang ada beberapa anak yang mengeluhkan menu Makanan Bergizi Gratis.

Baca juga:

Budi Gunawan mengatakan, seluruh makanan dalam program makan gratis bergizi mengandung gizi tinggi

“Itu terjadi. Karena kemarin dia bilang ada anak yang tidak suka nasi dan minta kentang goreng. Makanya kami melayani putri kecil“, ujarnya dalam jumpa media online, Rabu, 8 Januari 2025.

“Kami tidak bisa memenuhi semua keinginan para pangeran dan putri kecil ini. Namun perlu kita lihat ini adalah bagian dari edukasi yang perlu dilakukan Generasi Emas untuk mencintai pangan lokal, untuk mengetahui makanan apa yang sehat atau tidak, ujarnya.

Baca juga:

Menu Makanan Gratis Ada Ayam Teriyaki, PB IDI: Ya Tuhan!

Potret menu makanan nutrisi gratis

Menurut Dr Tan, kejadian tersebut juga menjadi peringatan bagi para ibu yang sering menyajikan makanan yang terlihat enak dan mudah disajikan, namun sebenarnya tidak sehat untuk anaknya.

“Ini juga menjadi peringatan keras bagi ibu-ibu saat ini yang anaknya sudah belajar makan MPASI selama 6 bulan. Bayangkan saat MPASI, ketika ibunya sibuk, terutama Mamagram, menonton cara membuat pancake pisang, padahal pisang barongko Bugis pun itu. enak sekali dari masyarakatnya,” ungkapnya.

“Ada beberapa kejadian anak tidak suka sayur, sehingga perlu dilakukan lebih dari itu. “Tapi kita tidak bisa mundur, misalnya sayur dipotong supaya disukai anak, sama saja tidak makan sayur,” ujarnya.

Menurut Dr. Tan, di sinilah seharusnya ahli gizi setempat berperan dan memikirkan jenis sayuran apa yang diinginkan dan disukai anak-anak.

“Sayuran tidak selalu berdaun, timun juga sayur, tomat ceri juga sayur. “Nah, bagaimana cara memilih sayur yang bisa dinikmati tanpa memanjakan anak,” tutupnya.

Di ruang diskusi yang sama, Ketua Umum PB IDI, DR Dr Moh Adib Humaydi, SpOT menambahkan, program makan bergizi gratis harus dibarengi dengan pendidikan kesehatan bagi anak.

“Seiring dengan semakin banyaknya anak-anak yang mengikuti media sosial, mereka akhirnya mencari makanan cepat saji. Itu juga bukan salah anak-anak, malah kita semua yang salah. “Pemerintah provinsi, dokter, kami punya tanggung jawab.

“Apa kewajibannya?” “Upaya promosi makanan bergizi gratis harus diikuti dengan edukasi tentang makanan bergizi dan sehat seperti apa,” tambah Dr. Adib.

Halaman selanjutnya

“Ada beberapa kejadian anak tidak suka sayur, sehingga perlu dilakukan lebih dari itu. “Tapi kita tidak bisa mundur, misalnya sayur dipotong supaya disukai anak, sama saja tidak makan sayur,” ujarnya.

Halaman selanjutnya



Sumber