Kamis, 9 Januari 2025 – 14:46 WIB
Jakarta – Status keanggotaan BRICS Indonesia dinilai sejumlah pihak memiliki manfaat dan risiko tersendiri. Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan keberhasilan Indonesia dalam BRICS akan bergantung pada strategi yang sangat hati-hati untuk mencapai tujuan ideal secara global, baik secara ekonomi maupun politik.
Baca juga:
RI Bergabung Jadi Anggota BRICS, Luhut: Kurangi Ketergantungan pada Dolar AS
“Memaksimalkan manfaat ekonomi sekaligus meminimalkan risiko politik,” kata Josua saat dihubungi VIVAKamis, 9 Januari 2025.
Baca juga:
Tiongkok mengucapkan selamat kepada Indonesia karena telah menjadi anggota penuh BRICS
Ia menjelaskan, menghadapi ancaman Donald Trump yang akan menaikkan bea masuk ke negara-negara BRICS, pemerintah Indonesia dapat mengambil beberapa langkah strategis. Sebab, kenaikan tarif impor akan berdampak pada ekspor utama Indonesia ke AS, seperti barang manufaktur, tekstil, elektronik, dan produk pertanian. Hal ini dinilai akan menurunkan daya saing produk Indonesia di pasar Amerika.
“Dengan bergabungnya Indonesia dalam BRICS, terdapat peluang untuk meningkatkan ekspor intra-BRICS dan mengurangi ketergantungan pada pasar tradisional seperti Amerika Serikat,” kata Josua.
Baca juga:
Marie Elka Pangestu mengatakan ancaman Trump pasca RI bergabung dengan BRICS tidak perlu dikhawatirkan.
Ancaman tarif menandakan potensi peningkatan ketegangan antara AS dan negara-negara BRICS. Menurut Josua, hal tersebut dapat mempengaruhi hubungan perdagangan bilateral Indonesia dan AS serta dinamika geopolitik global. Menurut Josua, untuk merespons ancaman tersebut, Indonesia harus menyeimbangkan langkah-langkah ekonomi untuk menjaga hubungan dagang dengan AS dan memaksimalkan manfaat keanggotaan BRICS.
Beberapa strategi mungkin berfokus terutama pada pasar BRICS dan Global Selatan untuk memitigasi dampak berkurangnya akses ke pasar AS. Misalnya dengan memperluas ekspor ke China, India, Rusia, dan Afrika Selatan. Selain itu, Indonesia harus mendorong diversifikasi ke produk ekspor yang bernilai tambah seperti produk elektronik atau produk teknologi.
Kedua, Indonesia dapat menggunakan dana BRICS New Development Bank (NDB) untuk mendukung proyek infrastruktur dan energi bersih. Ketiga, pemerintah harus berpartisipasi aktif dalam diplomasi ekonomi multilateral melalui BRICS, melindungi aturan perdagangan yang adil dan melindungi kepentingan negara-negara berkembang.
Keempat, reformasi yang bertujuan untuk meningkatkan daya saing produk Indonesia di pasar global, termasuk promosi sektor manufaktur dan teknologi.
“Oleh karena itu, Indonesia harus menekankan kebijakan luar negeri yang bebas aktif dan memainkan peran strategis sebagai jembatan antara BRICS dan negara-negara Barat, khususnya AS. Strategi ini untuk melindungi kepentingan nasional secara global sekaligus membantu meminimalkan potensi pembalasan terhadap AS,” ujarnya. .
Halaman selanjutnya
Kedua, Indonesia dapat menggunakan dana BRICS New Development Bank (NDB) untuk mendukung proyek infrastruktur dan energi bersih. Ketiga, pemerintah harus berpartisipasi aktif dalam diplomasi ekonomi multilateral melalui BRICS, melindungi aturan perdagangan yang adil dan melindungi kepentingan negara-negara berkembang.