Senin, 13 Januari 2025 – 12:22 WIB
Jakarta, VIVA- Anggota Komisi II DPR RI Ali Ahmad langsung menemui Presiden Prabowo Subianto dengan menerbitkan Keputusan Presiden (Perpres) Pemindahan Aparatur Sipil Negara (ASN) ke Ibu Kota Negara Kepulauan (IKN). Ia menegaskan, sebaiknya menunggu Riq.
Baca juga:
AS menjatuhkan sanksi ICC terhadap DPRK karena berniat menangkap Netanyahu
Politisi PKB itu juga menyarankan agar pemerintah berpikir lebih realistis untuk memindahkan ASN ke IKN, karena sebelumnya pembicaraan tersebut tidak dilakukan pada tahun 2024.
Oleh karena itu, dia meminta agar kebijakan ini tidak dilakukan secara terburu-buru.
Baca juga:
Hasto: Senapas, Program Pengentasan Kemiskinan yang Diusung Prabowo Bersama PDIP
“Menteri adalah pembantu presiden. Jangan sampai kebijakan menteri mengesampingkan keputusan presiden,” kata Ali Ahmed dalam keterangan tertulis yang diterima, Senin, 13 Januari 2025.
Baca juga:
DPR bertemu dengan pemerintah untuk mengevaluasi program makanan bergizi gratis
Gus Ali, begitu ia akrab disapa, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Menpan-RB) kini berpesan, ada baiknya kita mengambil pelajaran dari gagalnya rencana relokasi ASN pada 2024. Saat itu, ASN rencananya akan dipindahkan. dua fase, yaitu pada bulan Juli dan September 2024, sebelum dan sesudah perayaan HUT ke-79 Republik Indonesia.
Rencananya saat itu terlalu berat dan risiko keselamatan nyawa ASN terlalu besar, ujarnya.
Gus Ali juga menegaskan, pada APBN 2025, anggaran minimal yang dialokasikan untuk pengembangan IKN. Dari total anggaran sebesar Rp400,3 triliun, baru dialokasikan untuk IKN sebesar Rp6,3 triliun.
“Para menteri harus berpikir realistis dan lebih dewasa,” tambahnya.
Dia menilai ada dua risiko yang pasti dirasakan ASN dalam transisi ke IKN. Pertama, sebagai warga baru, ASN harus beradaptasi dengan cuaca, ketersediaan air dan listrik, akses masyarakat, jalan, pasar, dan lain-lain.
Kedua, kata dia, ASN memerlukan banyak upaya untuk meninggalkan habitat lamanya untuk menetap di lingkungan baru.
Oleh karena itu, rencana mutasi ASN ke IKN jangan hanya dipuaskan dengan janji manis, namun juga harus dibarengi dengan penguatan spiritual.
“Alangkah baiknya jika masyarakat ibu kota baru yang kelak akan tercatat dalam sejarah bangsa sebagai warga pionir ibu kota nusantara ini dibarengi dengan motif perjuangan,” ujarnya.
Gus Ali mencontohkan tidak adanya relokasi ibu kota di negara lain, seperti relokasi Korea Selatan dari Seoul ke Sejong dan Yangon di Myanmar ke Naypyidaw, belajar dari pengalaman negara lain. Kedua ibu kota baru ini tidak mendukung kegiatan strategis sehingga PNS enggan pindah.
Oleh karena itu, ia mendukung langkah Presiden Prabowo yang mulai berkantor di IKN pada tahun 2028 atau 2029, setelah infrastruktur politik sudah berjalan maksimal.
“Langkah ini strategis dan berwawasan ke depan. Para menteri harus memikirkan rencana yang lebih realistis dan matang,” imbuhnya.
Halaman berikutnya
“Para menteri harus berpikir realistis dan lebih dewasa,” tambahnya.