Senin, 13 Januari 2025 – 20:18 WIB
Jakarta – Presiden Indonesia Prabowo Subianto berencana memperluas lahan kelapa sawit di kawasan hutan yang rusak atau terdegradasi. Rencana Prabowo didukung karena bertujuan untuk meningkatkan produktivitas daerah.
Baca juga:
Kapolri meminta jajarannya mencegah potensi kebocoran anggaran negara
Ianto Santoso, Guru Besar Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor (IPB), menjelaskan perluasan lahan kelapa sawit di kawasan hutan rusak dan terdegradasi bukanlah deforestasi. Menurut dia, hal itu bertujuan untuk meningkatkan produktivitas lahan yang sudah rusak.
“Kalau perkebunan sawit yang ditanam presiden ditanam di kawasan hutan rusak, itu bukan deforestasi. Karena tidak ada pohon. Sebaliknya justru meningkatkan produktivitas daerah, kata Yanto, Senin, 13 Januari 2025.
Baca juga:
Jaksa Agung menetapkan pejabat KLHK diduga melakukan korupsi pengelolaan perkebunan kelapa sawit
Menurut dia, sejumlah pihak sepertinya salah paham dengan rencana pemerintah tersebut. Sebab, ada persepsi pemerintah diduga akan mengubah hutan yang luas menjadi perkebunan kelapa sawit.
“Saya yakin ada salah paham tentang pengertian hutan dan kawasan hutan. Siapa pun yang tidak setuju sepertinya mengira Presiden atau Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan akan membuka hutan. “Dirobohkan dan dijadikan perkebunan kelapa sawit,” jelas Yanto.
Baca juga:
Mering! Berkisah tentang seorang pengemudi ojol yang menemukan benda misterius saat penumpangnya tiba-tiba menghilang di tengah hutan.
Yanto juga menambahkan, hutan yang rusak ini sebaiknya dijadikan lahan kelapa sawit. Hal itu dikatakannya karena melihat buruknya kemampuan Indonesia dalam membangun kembali wilayah yang telah rusak selama puluhan tahun.
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan saat itu menyampaikan, terdapat 31,8 juta hektare kawasan hutan yang rusak. Atau istilahnya rusak. “Saya bilang bagus, itu ide Presiden,” kata Ianto.
“Jika hutan telah rusak dan pemerintah belum dapat memulihkannya sepenuhnya hingga saat ini, mengapa tidak? Mengapa tidak menanam kelapa sawit? jelas Yanto.
“Jadi produktivitas meningkat, pangan kita cukup. Energi kita penuh karena sawit bisa didapat dari biodiesel, bensin, dan lain-lain,” ujarnya.
Pada saat yang sama, menurutnya, tidak semua kawasan hutan yang terdegradasi harus ditanami kelapa sawit. Menurutnya, hutan-hutan tertentu sebaiknya ditanami tanaman hutan yang dominan seperti bangkirai, kayu ulin, eboni, bahkan meranti.
“TIDAKitu adalah 70% minyak sawit, yang merupakan 30% dari tanaman unggul. Saya bilang, menurut saya itu bukan penggundulan hutan. “Baik dari definisi internasional maupun definisi hukum nasional kita.
Halaman berikutnya
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan saat itu menyampaikan, terdapat 31,8 juta hektare kawasan hutan yang rusak. Atau istilahnya rusak. Saya bilang bagus sekali, itu ide Presiden, kata Yanto.