Selasa, 14 Januari 2025 – 21:36 WIB
Bali, PANJANG HIDUP – Permasalahan utama pembangunan di Bali adalah ketimpangan antar sektor. Sektor pariwisata mendominasi. Hampir 75 persen kontribusi perekonomian Bali adalah pariwisata, sektor tersier.
Baca juga:
Dinas Perhubungan Bali, Trans Metro, yang dijadwalkan kembali beroperasi pada Juli mendatang, akan mempelajari kebutuhan koridor bus Dewata.
Artinya pertanian dan industri sangat kecil. Artinya Bali sangat bergantung pada sektor pariwisata, jelas I Wayan Wiasthana, Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Bali, di kantor wilayah Bank Indonesia Ika Putra, Provinsi Bali, Selasa, 14 -Januari 2025.
Baca juga:
2 mucikari Rusia ditangkap karena menawarkan pelacur melalui situs yang dapat diakses di 129 negara
Ketimpangan antar wilayah juga menjadi tantangan besar pembangunan di Bali, ujarnya.
“Perkembangan di Bali Selatan luar biasa. Ekonomi pariwisata sangat besar. Kita akui itu. Dan pemerintah sudah berusaha menyikapinya dengan mengubah perekonomian Bali yang dibuka oleh Presiden. Artinya kita akan mendorong pertumbuhan pariwisata. .Selatan Perekonomian baru di luar Bali,” ujarnya.
Baca juga:
Pesta Tukar Seks Jakarta-Bali yang melibatkan WNA dan polisi: sudah 10 kali digelar
Menurutnya, ketimpangan yang terjadi di Pulau Dewata juga berdampak pada tingkat kemiskinan. Menurut BPS, kemiskinan di Bali akan turun sebesar 4,0 persen pada tahun 2023, ujarnya.
Meski angka kemiskinan di Bali lebih rendah dibandingkan angka nasional, namun kemiskinan ekstrem justru meningkat.
“Kalau bicara data bagus, kemiskinan terendah, pengangguran terendah, itu sah-sah saja dari sudut pandang sayap kiri. Ternyata ada sesuatu di balik itu yang harus kita jawab, perekonomian tidak merata, katanya.
Diakui Ika Putra, tahun 2025 menjadi tahun dimana Bali akan menghadapi permasalahan serius dalam pergantian kepala-kepala darah baru. Menurutnya, hal ini berdampak pada politik.
Sementara itu, Kepala Perwakilan Bank Indonesia Erwin Soeriadimadja mengatakan pertumbuhan ekonomi Bali akan mencapai 5,43% pada tahun 2024.
“Kami berharap pertumbuhan ekonomi di Bali bisa terus tumbuh. Kami melihat sektor pariwisata berkontribusi sebesar 44 persen pada tahun 2025,” kata Erwin.
Untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi Bali, kata Erwin, perlu dilakukan penguatan fondasi perekonomian Bali menuju perekonomian yang lebih kuat, inklusif, dan berkelanjutan.
Pada tahun 2025, Bank Indonesia memproyeksikan pengembangan ekonomi kreatif berbasis sektor potensial, khususnya pertanian, infrastruktur dan kebudayaan, serta pemberdayaan masyarakat.
“Perekonomian Bali sangat bergantung pada investasi dengan kontribusi sebesar 27,5 persen dan tingkat konstruksi 53,10 persen. Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya untuk menggenjot investasi dan konstruksi di Bali,” jelasnya.
Investasi dan pembiayaan serta dukungan regulasi diperlukan untuk menggairahkan sektor-sektor potensial di Bali.
Menurut Erwin, 92% investasi di Bali masih terfokus pada kebutuhan tersier di sektor jasa pariwisata. Bank Indonesia masih mendorong diversifikasi ekonomi pada sektor primer dan sekunder yang relatif terbatas.
“Ada dua sektor yang saat ini terbatas kecuali untuk kebutuhan universal,” jelas Ervin Soeriadimadja.
Halaman berikutnya
“Kalau bicara data bagus, kemiskinan terendah, pengangguran terendah, itu sah-sah saja dari sudut pandang sayap kiri. Ternyata ada sesuatu di balik itu yang harus kita jawab, perekonomian tidak merata, katanya.