Selasa, 14 Januari 2025 – 18:24 WIB
Jakarta – Presiden Prabowo Subianto diminta melindungi industri kriket nasional sebagai komoditas strategis yang saat ini sedang mendapat tekanan berat. Menurut Homaydi, ketua Persatuan Pemangku Kepentingan Kretek Indonesia (MPKI), kedaulatan petani tembakau dan cengkeh telah terkikis secara sistematis melalui intervensi legislatif.
Baca juga:
Saksikan pertemuan Prabovo dengan aktor Hollywood Steven Seagal
Menurutnya, konspirasi global dan campur tangan asing semakin menggerogoti kedaulatan negara, termasuk melalui produk hukum Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2024 (PP 28/2024). Hal ini tertuang dalam pasal 429-463 dan ketentuan turunannya yaitu bagian kedua puluh satu tentang perlindungan obat yang terdapat dalam rancangan Peraturan Menteri Kesehatan. Sebab, ruang lingkup aturan ini merugikan kelangsungan industri kriket nasional.
“Ada tekanan untuk bergabung dengan pemerintah Konvensi Kerangka Kerja Pengendalian Tembakau (FCTC) mewakili kekuatan global yang melemahkan kedaulatan nasional. “Kekuatan global ini direpresentasikan oleh FCTC sebagai bentuk kolonialisme dalam kedok baru,” kata Homaydi dalam keterangannya, Selasa, 14 Januari 2025.
Baca juga:
Jajak Pendapat CISA: 52,81% Masyarakat Puas dengan 100 Hari Masa Jabatan Prabowo-Gibran
Menurutnya, PP 28/2024 juga mengatur pembatasan tar dan nikotin, pelarangan bahan tambahan, dan standarisasi kemasan yang tidak layak pakai di Indonesia yang memiliki produk unik seperti kretek.
Baca juga:
Dasko Klarifikasi Soal Tes MBG Gunakan Uang Pribadi Prabowo, Apakah Melanggar Aturan?
“Kretek terbuat dari tembakau lokal dengan kandungan nikotin tinggi dan rempah-rempah seperti cengkeh. Dengan pelarangan bahan tambahan, petani tembakau dan cengkeh tidak akan bisa memanen hasil panennya,” kata Homaydi.
Ia mencatat, Indonesia punya alasan kuat untuk tidak meratifikasi FCTC. Pertama, Indonesia memiliki minat yang kuat terhadap produk tembakau dan produk tembakau. Selain itu, negara ini sangat bergantung pada komoditas ini, apalagi pendapatan cukai hasil tembakau (CHT) menyumbang 96-97 persen terhadap pendapatan negara.
“Setiap tahunnya, penerimaan negara dari CHT mencapai ratusan triliun dan realisasi CHT pada tahun 2024 sebesar Rp 216,9 triliun,” kata Homaidi.
Kedua, industri kretek merupakan industri yang membawa manfaat besar bagi masyarakat Indonesia. Industri ini menempati posisi strategis baik dari segi tenaga kerja maupun pendapatan negara. Padahal, industri kretek menjadi satu-satunya industri yang terintegrasi dari hulu hingga hilir.
“Industri TPT menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar karena dapat menghubungkan sektor penyediaan input dengan menyerap tenaga kerja dari sektor pertanian, sektor pengolahan, kemudian sektor perdagangan, para pedagang. Dari segi tenaga kerja (industri kretek) bisa menyerap tenaga kerja. lebih dari 6 juta pekerja,” katanya.
Halaman berikutnya
“Setiap tahunnya, penerimaan negara dari CHT mencapai ratusan triliun dan realisasi CHT pada tahun 2024 sebesar Rp 216,9 triliun,” kata Homaidi.