Rabu, 15 Januari 2025 – 07:35 WIB
Mojokerto, VIVA – Warga Dusun Bendo, Desa Kumitir, Jatireho, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur dihebohkan dengan hancurnya puluhan makam yang semula keramat namun diyakini palsu. Pasalnya, sejarah orang yang dikuburkan disebut tidak jelas.
Baca juga:
Tempat pembuatan tinta palsu digerebek oleh Kepolisian Republik Indonesia
Puluhan makam terletak di situs Kumitir atau Istana Bhre Wereng. Saat ini baru dua makam yang namanya tertulis di batu nisan, yaitu Syech Mustofa Raden Kokrobuvono dan Nyai Dewi Gondo Sari.
Di areal pemakaman tersebut juga terdapat makam Mbah Sagu dan Mbah Gumiwang. Namun nama mereka tidak tertulis di batu nisan tersebut.
Baca juga:
BI UIN Makassar menolak menerbitkan sertifikat deposito dalam kasus uang palsu
Warga sudah mengetahui secara turun temurun bahwa Mbah Sago dan Mbah Gumiwang Bendo adalah pendiri Dusun.
Pihak pertama yang mempertanyakan sejarah puluhan tokoh yang makam aslinya disakralkan itu adalah Organisasi Laskar Sabilillah Walisongo Indonesia (PWI) Kabupaten Mojokerto.
Baca juga:
Tamara Tyasmara tak menyangka akan merayakan ulang tahun Dante di alam kubur dengan berurai air mata.
PWI Laskar Sabilillah melakukan penelusuran sejarah. Informasi dikumpulkan baik dari penduduk setempat maupun sumber sejarah lainnya.
Hasil penelusuran menunjukkan bahwa belum ada informasi sejarah yang dapat dipercaya mengenai sejarah makam tersebut. Tidak jelas juga siapa yang dimakamkan di kawasan Kumitir atau Istana Bhre Wereng.
Penduduk setempat memperkirakan hanya ada dua kuburan, Mbah Sagu dan Mbah Gumiwang.
“Dua kuburan [Mbah Sagu dan Mbah Gumiwang] nyata,” kata Panglima PWI Laskar Sabilillah, Kabupaten Mojokerto, Athourrahman, Selasa, 14 Januari 2025.
Atho mengatakan, berdasarkan informasi yang diterima, puluhan makam selain Mbah Sago dan Gumiwang dibangun oleh pria bernama Sholeh. Menurutnya, makam tersebut dibangun berdasarkan mimpi dan cerita almarhum kiai.
“Saat saya coba temui, katanya kiai tersebut sudah meninggal,” jelas Atho.
Menurut Atho, Sholeh menyebut puluhan orang yang dikuburkan di sana merupakan darah Mataram. Dia membenarkan informasi tersebut.
“Karena kami juga kenal beberapa abdi dalem. Ternyata informasinya hilang,” imbuh Atho.
Kemudian pihak terkait seperti aparat Desa Kumitir, Camat, dan Polsek Jatirejo menggelar rapat koordinasi di lokasi kuburan.
Ada pula Sholeh sang pembangun makam. Sosok Sholeh disebut rutin menunaikan ibadah haji dengan mengundang jamaah.
Menurut Atho, dalam rapat koordinasi tersebut, Sholeh gagal memberikan bukti sejarah keberadaan kuburan tersebut. Rapat desa akhirnya membongkar kuburan di sana, Senin 13 Januari 2025.
Namun makam yang tersisa hanya dua, yaitu Mbah Sago dan Mbah Gumiwang.
Kepala Dusun Bendo, Niravang Pahalila mengatakan, makam palsu tersebut diyakini dibangun pada tahun 2018. Diakuinya, tidak ada yang mengenal Sholeh yang membangun kompleks makam yang saat itu dianggap sebagai kawasan suci. “Di KTP-nya tertulis dia dari Bogor dan namanya Sholeh,” kata Niravang.
Dia menjelaskan, kuburan palsu tersebut berada di kas desa (TKD). Setelah makam tersebut dibongkar, tanahnya dikembalikan kepada pemerintah desa.
“(Kuburan palsu) tidak ada buktinya. “Yang pasti setelah saya berkonsultasi dengan sesepuh asli di sini berdasarkan cerita turun temurun, yang asli hanyalah makam Mbah Sago dan Gumiwang,” kata Niravang.
Halaman berikutnya
Hasil penelusuran menunjukkan bahwa belum ada informasi sejarah yang dapat dipercaya mengenai sejarah makam tersebut. Tidak jelas juga siapa yang dimakamkan di kawasan Kumitir atau Istana Bhre Wereng.