Pemilik pesantren di Jakarta Timur ini diduga mencumbu 7 santri laki-laki.

Kamis, 16 Januari 2025 – 00:00 WIB

Jakarta — Pemilik pesantren di Pondok Kelapa, Jakarta Timur, berinisial KH, diduga kuat melakukan penganiayaan terhadap tujuh santri laki-laki di bawah umur. Peristiwa tersebut menjadi perhatian publik setelah salah satu korbannya, A, 15 tahun, melontarkan pernyataan mengejutkan.

Baca juga:

Dugaan Metode Pelecehan Seksual Santri di Pondok Pesantren Martapura, Dalih Pelaku Lolos dari Nasib Buruk

A, salah seorang santri di salah satu pesantren, menjelaskan, korbannya berasal dari kalangan SMP hingga SMA. “Iya tujuh orang, teman SMA yang mau masuk SMA, mengaku disodomi oleh seorang guru,” A saat dikonfirmasi, Kamis, 16 Januari 2025.

Akibat kejadian tersebut, lingkungan pesantren yang seharusnya aman dan tenteram dirusak oleh tindakan tidak manusiawi.

Baca juga:

Jenazah Purnawirawan Jenderal TNI Terapung di Marunda, Dianugerahi Kanit Reskrim Polres Tangerang

Gambar korban kekerasan.

Foto:

  • ANTARA/HO-Dok. Humas Polda Banten

Diketahui, aksi keji tersebut dilakukan di kamar pribadi Ustaz KH. “Ada beberapa cerita di kamar sang majikan, tapi hanya teman dekat yang dipercaya,” lanjut A, mengisyaratkan bahwa cerita tersebut dibagikan kepada kalangan terbatas karena rasa malu dan trauma yang dialami para korban.

Baca juga:

Khofifa mengatakan menu bergizi merupakan sebuah kemewahan ketika bersekolah di pesantren

Seorang saksi bernama Rudy (49) yang tinggal di sekitar pesantren menyaksikan langsung penangkapan KH oleh polisi.

“Kasusnya udah ramai, saya langsung lihat pelakunya dan tadi divideokan. Jadi korbannya ada empat,” kata Rudi seraya menambahkan, keempat mahasiswa tersebut diamankan polisi untuk memberi keterangan lebih lanjut di kawasan Metro Jakarta Timur. dia menambahkan bahwa dia telah pergi. .

Situasi ini tidak hanya menyoroti permasalahan moral, etika, dan keamanan di lembaga pendidikan agama, tetapi juga menimbulkan pertanyaan besar mengenai sistem perlindungan anak dan remaja di pesantren.

Para korban, yang semuanya laki-laki, tidak hanya mengalami trauma fisik tetapi juga psikologis yang dapat mempengaruhi masa depan mereka.

“Masyarakat Kampung Tipar di sini bilang ada kekerasan yang melibatkan pelaku, pemilik pesantren ini, namanya Ustaz KH. Jadi laki-laki dan laki-laki,” kata Rudy menyoroti fakta mengejutkan pelaku. . dan korbannya semuanya laki-laki, hal ini jarang terjadi dalam kasus pelecehan seksual di sekolah berasrama.

Keadaan ini mengingatkan kita semua akan pentingnya pengawasan dan pendidikan akhlak yang ketat di setiap lembaga pendidikan, khususnya di pesantren yang banyak menjadi rumah bagi anak-anak dan remaja yang mencari pendidikan agama dan akhlak

Polisi kini menangani kasus ini dengan serius dan memastikan keadilan ditegakkan dan para korban mendapatkan hak mereka untuk hidup di lingkungan yang aman dan tanpa kekerasan.

Halaman berikutnya

Situasi ini tidak hanya menyoroti permasalahan moral, etika, dan keamanan di lembaga pendidikan agama, tetapi juga menimbulkan pertanyaan besar mengenai sistem perlindungan anak dan remaja di pesantren.

Dapur komunitas di Pontianak siap mendukung program makan bergizi gratis bagi pelajar



Sumber