Bijaksanalah dalam menyikapi informasi BPA dari media sosial hingga grup WhatsApp

Jumat, 17 Januari 2025 – 23:07 WIB

Jakarta – Baru-baru ini, ada rumor tentang bahayanya Bisfenol A (BPA) per galon air minum kerap menjadi perbincangan hangat di kalangan masyarakat Indonesia.

Baca juga:

Tidak perlu repot! Kini pengguna WhatsApp bisa membuat stiker langsung dari foto selfie

Klaim berlebihan bahwa BPA dapat larut dari galon plastik ke dalam air dan menimbulkan risiko bagi kesehatan manusia sering terdengar di berbagai jejaring sosial (social network), berita, atau grup WhatsApp. Beberapa penjelasan menarik dari para ahli:

BPA dan galon

Baca juga:

DPR akan mengkaji usulan pembatasan Medos untuk anak-anak

BPA (Bisfenol A) merupakan senyawa kimia yang banyak digunakan dalam produksi plastik, terutama pada produk berbahan polikarbonat, seperti wadah minuman, termasuk galon air.

BPA memungkinkan plastik menjadi lebih kuat dan transparan. Perlu diingat bahwa BPA per galon hanya digunakan dalam jumlah kecil dan berada di bawah batas yang ditetapkan BPOM, Departemen Kesehatan.

Baca juga:

Cara Mudah Melindungi Akun WhatsApp dari Peretasan, Terbukti Aman!

Oleh karena itu, risiko BPA disalahartikan dengan risiko BPA sebagai bahan kimia independen.

BPA juga ditemukan dalam produk plastik sehari-hari lainnya seperti botol plastik, wadah makanan, kertas cetak, peralatan mobil, tutup botol, CD, peralatan elektronik, dan bahkan kemasan makanan kaleng dan perbekalan kesehatan.

Ngabila Salama, Pejabat Teknis Komunikasi Perubahan Kesehatan Kementerian Kesehatan, mengatakan meski BPA ditemukan di berbagai benda, namun tetap aman digunakan, termasuk dalam galon.

“Masyarakat tidak perlu khawatir karena meminum air galon ini tidak menimbulkan gangguan kesehatan,” ujarnya, Jumat, 17 Januari 2025.

Kekhawatiran akan pencucian BPA dari galon ke dalam air telah terbantahkan oleh berbagai penelitian seperti yang dilakukan oleh Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Islam Makassar (UIM) dan Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makassar. Tiga penelitian yang dilakukan tidak menemukan adanya pencucian BPA dari galon polikarbonat ke dalam air.

Endah Dwijayanti, Ketua Program Studi Kimia Universitas Islam Makassar (UIM), mengatakan pemberitaan yang mempertanyakan keamanan galon air minum akibat adanya larutan BPA pada kemasannya menimbulkan kekhawatiran masyarakat. Studi yang dilakukan pada air minum dalam kemasan tidak mendeteksi migrasi BPA ke dalam air.

“Kami mengumpulkan beberapa sampel galon yang dapat digunakan kembali dari lima lokasi di lima kabupaten, kemudian menguji kandungan BPA-nya. Setelah dianalisis menggunakan instrumen GC-MS (Gas Chromatography-Mass Spectrometry), hasilnya negatif. galon air,” ujarnya.

Menganalisis migrasi kontaminasi bisphenol-A (BPA) pada kemasan plastik polikarbonat (PC) pada produk air minum dalam kemasan Galon di Makassar, jelas Gusnawati, dosen Teknik Kimia Universitas UMI Makassar. Artikel berjudul “Field” dimuat di Jambura, Jurnal Kimia, Universitas Negeri Gorontalo.

Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan kadar BPA antara merek galon nasional dan lokal. Instrumen atau alat ukur penelitian ini menggunakan spektrometer UV-Vis yang merupakan metode yang umum digunakan dalam industri farmasi dan makanan untuk melakukan uji analisis zat.

“Pada penelitian ini tidak ditemukan BPA pada galon polikarbonat kode #7 yang disimpan di dalam dan luar ruangan selama 7 hari. Plastik polikarbonat tidak terurai pada suhu normal, sehingga tidak ditentukan apakah BPA bermigrasi ke permukaan galon atau ke dalam galon. air di dalam galon,” ujarnya.

Ahmed Zainal Abidin, Kepala Laboratorium Teknologi Polimer dan Membran ITB, mengatakan galon polikarbonat aman untuk digunakan masyarakat. Kajian ITB dilakukan terhadap empat sampel merek air minum dalam kemasan (BWD) terpopuler di Indonesia. “Kami tidak mendeteksi (tidak terdeteksi/ND) BPA pada seluruh sampel AMDK yang diuji,” ujarnya.

Publikasi yang dipublikasikan mengenai risiko BPA di Indonesia hanya sebagian atau tidak lengkap. Publikasi tersebut dilakukan hanya dengan menyoroti bahaya BPA, apalagi pada galon dan kemasan lain yang mengandung kadar BPA lebih tinggi dibandingkan kemasan air minum.

Informasi tersebut juga disampaikan sesuai dengan peraturan Otoritas Keamanan Pangan Eropa (EFSA) dan Amerika Serikat (FDA) yang melarang penggunaan BPA, namun tidak dalam galon dan barang lainnya, melainkan hanya pada botol bayi.

Wiyu Wahono, pakar teknologi plastik, menjelaskan larangan penggunaan BPA pada botol bayi sudah ada sejak lama, mengingat berat bayi berbeda dengan orang dewasa.

Guru teknologi plastik di kampus Jerman ini melanjutkan, pada orang dewasa, meski ada migrasi dan konsumsi, efek BPA yang masuk ke dalam tubuh akan dikeluarkan melalui urin atau produk limbah lainnya.

“Itu dikeluarkan setiap 2-4 jam melalui urin atau produk limbah. Tidak ada penumpukan,” ujarnya. Ia juga menemukan bahwa Eropa tidak melarang kemasan PC, hanya kemasan yang mengandung BPA, kecuali melebihi batas aman.

Artinya, masih turun asupan harian yang dapat ditoleransi (TDI) alias margin aman masih bisa digunakan. “Kita harus berpegang pada ilmu pengetahuan, kita harus melihat jurnal ilmiah dan tidak hanya menggunakan media sosial dengan sumber yang meragukan,” jelasnya.

Halaman berikutnya

Ngabila Salama, Pejabat Teknis Komunikasi Perubahan Kesehatan Kementerian Kesehatan, mengatakan meski BPA ditemukan di berbagai benda, namun tetap aman digunakan, termasuk dalam galon.



Sumber