Jakarta – Pada tahun 1998, aktivis gerakan mahasiswa, Haris Rusli Moti, mengatakan pemerintahan Prabowo-Gibran tidak memiliki program khusus 100 hari kerja. Namun, kata dia, wajar jika masyarakat menjadikan penilaian 100 hari kerja sebagai tolok ukur keseriusan pemerintahan yang baru dilantik.
Baca juga:
Surya Paloh berharap pemerintahan Prabowo mengedepankan keberlanjutan
“Langkah awal yang dilakukan pemerintah dapat menjadi indikator komitmen terhadap janji yang diberikan. Seperti halnya kesepakatan, keseriusan dan komitmen harus diwujudkan dalam bentuk nyata, tidak hanya sekedar kata-kata,” kata Harris melalui keterangan tertulis, Senin, 20 Januari 2025. .
Keseriusan nyata ini, kata Haris, ibarat memberi uang muka (DP) atau “pembayaran di muka”. Misalnya dalam Islam, suatu perkawinan dianggap sah jika dibuktikan dengan adanya kewajiban yang sah berupa mahar, berapa pun nilai akad atau janjinya.
Baca juga:
Surya Paloh mengapresiasi tingkat kepuasan masyarakat terhadap 100 hari kerja pemerintahan Prabowo
Menurutnya, selama 100 hari pertama, pemerintahan Prabowo-Gibran menunjukkan komitmen tersebut melalui berbagai kebijakan yang berpihak pada rakyat. Kebijakan ini merupakan indikasi nyata keseriusan mereka dalam memenuhi janjinya kepada masyarakat.
Baca juga:
Menteri Kelautan dan Perikanan melaporkan kepada Prabowo bahwa tembok laut di Tangerang tidak memiliki izin
“Saya kira pemerintahan Prabovo-Gibran sudah mengambil langkah konkrit meski waktu yang tersedia sangat terbatas. Beberapa kebijakan yang “siap ditetapkan” bahkan sangat berbahaya dalam konteks permasalahan geopolitik dan melemahnya perekonomian global,” ujarnya.
Ia juga menggunakan istilah Prabowocare untuk menggambarkan kebijakan populis yang memihak satu pihak dan dirasakan langsung oleh masyarakat. Istilah ini terinspirasi oleh Obamacare, sebuah program yang digunakan untuk menggambarkan kebijakan layanan kesehatan populis di bawah Presiden Barack Obama.
Selain itu, ia menjabarkan setidaknya ada tujuh kebijakan yang mencerminkan warna Prabowocare di 100 hari pertama pemerintahan Prabowo-Gibran:
Pertama, kenaikan upah minimum (UMP) pada tahun 2025 sebesar 6,5 persen. Kebijakan ini diumumkan pada November 2024 dan mendapat sambutan positif dari para pekerja.
Kedua, penyesuaian PPN atas barang mewah. Pemerintahan Prabowo berani mengubah implementasi Undang-Undang Nomor 7 tentang Harmonisasi Sistem Perpajakan Tahun 2021 yang semula direncanakan naik dari 11 persen menjadi 12 persen.
Resikonya Presiden Prabowo kebijakan ini diterapkan secara selektif hanya pada barang mewah, sehingga potensi penerimaan pajak yang semula diharapkan mencapai Rp75 triliun, turun menjadi Rp3 triliun, ujarnya.
Kebijakan tersebut, lanjutnya, menunjukkan kesediaan pemerintah mengambil risiko yang tidak hanya ditujukan pada stabilitas makroekonomi, namun juga melindungi masyarakat.
Ketiga, pengurangan biaya penyelenggaraan ibadah haji (BPIH). Pemerintahan Prabowo-Gibran dan DPR sepakat menurunkan rata-rata BPIH 1446 H/2025 M menjadi Rp 89.410.258,79. Artinya, jemaah haji tahun 2025 rata-rata harus mengeluarkan biaya sebesar Rp55.431.750,78, lebih rendah Rp56.046.171,60 dibandingkan tahun sebelumnya.
Keempat, pemerintah menaikkan harga jual gabah dari Rp6.000 menjadi Rp6.500 per kilogram agar petani tidak dirugikan. Stabilitas harga beras dijamin dengan mensubsidi harga pembelian gabah.
Kelima, pemerintah membatasi impor jagung, gula, garam, dan beras sebagai langkah awal mencapai visi kedaulatan pangan. Kebijakan ini diambil untuk melindungi harga produk lokal yang dihasilkan petani Indonesia.
Keenam, 38,6 triliun. Stimulus ekonomi IDR. Insentif tersebut antara lain subsidi beras, potongan listrik, kredit pajak, dan pembebasan PPh bagi usaha kecil dan menengah. Kebijakan ini bertujuan untuk meningkatkan daya beli masyarakat dan merangsang pertumbuhan ekonomi.
Ketujuh, program makan bergizi gratis bagi pelajar. Program prioritas ini ditujukan untuk membentuk generasi emas pada tahun 2045. Meski pelaksanaannya belum merata, namun dampak program ini sudah terasa di berbagai daerah. Kritik dan komentar terkait pengelolaan dan akuntabilitas program ini tentu menjadi perhatian Presiden Prabowo dan Wakil Presiden Gibran.
Prabowowcare menjadi bukti bahwa meski waktu sangat terbatas, mendampingi bisa dilakukan dengan langkah-langkah konkrit, kata dia.
Ia juga berharap para pembantu presiden, menteri, wakil menteri, kepala lembaga, dan wakil kepala lembaga beradaptasi dengan gaya kepemimpinan baru Prabowo dan mewujudkan visi dan misi Presiden Prabowo.
“Para menteri dan kepala departemen tidak boleh membuat pernyataan publik mengenai kebijakan yang belum diputuskan oleh pemerintah atau belum dikaji secara mendalam.
Halaman selanjutnya
Selain itu, ia menjabarkan setidaknya ada tujuh kebijakan yang mencerminkan warna Prabowocare di 100 hari pertama pemerintahan Prabowo-Gibran: