Selasa, 21 Januari 2025 – 14:02 WIB
Jakarta – Tuberkulosis (TB) masih memerlukan perhatian khusus dari berbagai pihak, termasuk pemerintah dan masyarakat.
Baca juga:
Virus ini diketahui lebih berbahaya bagi manusia dibandingkan COVID-19 atau HMPV
Berdasarkan data Global TB Report 2023, jumlah kasus TBC di Indonesia mencapai 1.060.000 kasus per tahun. Diperkirakan 10,8 juta orang di seluruh dunia terjangkit TBC pada tahun itu, dan 1 juta orang meninggal karenanya. Gulir untuk mempelajari lebih lanjut!
Pemerintah telah melakukan banyak upaya untuk menurunkan jumlah kasus TBC, termasuk tindakan pencegahan yang sangat penting bagi seluruh masyarakat. Kementerian Kesehatan menganjurkan agar tindakan pencegahan ini dilakukan terutama bagi masyarakat yang berisiko tinggi tertular TBC.
Baca juga:
6 Cara Efektif Hindari Diabetes, Mudah Dilakukan Tanpa Masalah!
“Padahal, kami mengutamakan tindakan preventif yang bertujuan untuk mencegah orang-orang yang berisiko tinggi tertular TBC. Misalnya kontak erat di rumah dan beberapa penyakit seperti HIV, diabetes, atau malnutrisi,” kata direktur kementerian tersebut penyakit menular. Kesehatan, Dr. Ina Agustina Isturini, MKM dalam media briefing secara online, Selasa 21 Januari 2025.
Baca juga:
Penting untuk mengetahui tentang HMPV dan menyadari prevalensinya pada anak-anak dan orang tua
Dr. Ina Agustina mengatakan, masyarakat yang pernah kontak langsung dengan penderita tuberkulosis sebaiknya segera memeriksakan diri ke dokter untuk memastikan tidak ada bakteri aktif Mycobacterium tuberkulosis di dalam tubuhnya. Kemudian, orang tersebut perlu minum obat untuk mencegah TBC.
“Tentunya mereka harus dites untuk memastikan mereka tidak mengidap TBC aktif, dan jika tidak mengidap TBC aktif, bisa minum obat pencegahan. Agar TBC tidak aktif,” jelasnya.
Kebijakan baru Kementerian Kesehatan, khususnya bagi masyarakat yang kontak langsung dengan penderita TBC serumah, tetap harus minum obat pencegahan meskipun hasil tesnya negatif, dan harus mendapat terapi pencegahan anti tuberkulosis (TPT). mendapatkan harus dilakukan secara rutin.
Namun ada kebijakan baru khusus untuk kontak serumah. Jika kontak serumah negatif, sebaiknya mendapat terapi pencegahan TBC atau TPT, ujarnya.
Sejauh ini, pemerintah sedang meneliti vaksin untuk mencegah TBC, yang diharapkan dapat membantu mengurangi jumlah kasus TBC.
“Kemudian ada penelitian vaksin untuk mengintegrasikan deteksi penyakit aktif dengan pencegahan, edukasi, dan pemberian terapi preventif TBC, khususnya pada kontak serumah,” tutupnya.
Halaman berikutnya
Kebijakan baru Kementerian Kesehatan, khususnya bagi masyarakat yang kontak langsung dengan penderita TBC serumah, tetap harus minum obat pencegahan meskipun hasil tesnya negatif, dan harus mendapat terapi pencegahan anti tuberkulosis (TPT). mendapatkan harus dilakukan secara rutin.