Jumat, 22 November 2024 – 20:39 WIB
Jakarta – Indonesia akan fokus pada pengelolaan energi terbarukan untuk mencapai swasembada energi seperti yang direncanakan Presiden Prabowo Subianto. Hal ini setara dengan potensi energi terbarukan Indonesia sebesar 3.686 GW.
Baca juga:
Anindya Bakrie: Kadin sedang mencari transfer energi dan dana perumahan dari Inggris
Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas, Deputi Sarana dan Prasarana Erwan Maksum mengatakan, hanya dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) untuk mencapai tujuan transisi energi tidak bisa diandalkan. ).
Transisi energi di Indonesia, jelasnya, memerlukan pendanaan alternatif dari sumber non-pemerintah dan modal swasta untuk memenuhi target ketenagalistrikan. Oleh karena itu, pemerintah sedang mempersiapkan kerangka peraturan dan kebijakan untuk menarik pembiayaan dan investasi swasta.
Baca juga:
Sebelum Nataru, kapal tanker PIS Rokan dan Natuna memperkuat distribusi energi nasional
“Sangat diperlukan kerja sama dengan berbagai perusahaan swasta dan lembaga yang mempunyai modal. “Salah satu inisiatif yang dapat ditawarkan kepada perusahaan adalah dengan menggunakan dana lingkungan, keberlanjutan dan tata kelola (ESG) untuk mendukung proyek energi terbarukan pedesaan sebagai komitmen perusahaan untuk mengurangi emisi karbon dari kegiatan usaha.”. kata Erwan dalam keterangannya pada 22 November 2024.
Baca juga:
Bulog Kini Dikuasai Langsung oleh Prabowo, Zulhas: Tak Komersial Lagi
Sementara itu, Direktur Komunikasi dan Informasi Ketenagalistrikan PPN/Bappenas Taufiq Hidoyat Putra mengatakan perencanaan jaringan listrik Indonesia mencakup akses listrik berkualitas tidak hanya bagi industri, tetapi juga bagi seluruh lapisan masyarakat, terutama di pedesaan. .
“Pemerintah Indonesia dan seluruh pemangku kepentingan harus bekerja sama untuk mencapai transisi energi di sektor ketenagalistrikan. “Kita perlu mendukung saudara-saudara kita di pedesaan untuk menikmati listrik yang bersih, aman, dan terjangkau dengan potensi energi terbarukan di wilayah mereka,” jelasnya.
Pada saat yang sama, di desa-desa nelayan, katanya, penggunaan listrik berkualitas tinggi memungkinkan penyediaan penyimpanan dingin untuk menjaga ikan segar lebih lama.
Selain itu, Fabbi Tumiva, Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR), menekankan bahwa pemerintah Indonesia harus menyiapkan peta jalan transisi energi dengan pilihan biaya terendah, menjamin keandalan pasokan yang optimal, dan adil.
Menurut Fabby, dengan beralih ke sumber energi terbarukan, Indonesia dapat meningkatkan ambisi penurunan emisi GRK sejalan dengan target 1,5 derajat Celcius dalam Perjanjian Paris.
“Penurunan emisi sangat penting bagi Indonesia, karena sebagai negara kepulauan, masyarakat di wilayah 3T sangat rentan terhadap dampak pemanasan global. Menyediakan listrik yang andal, murah dan bersih di pedesaan serta PLT Diesel 3T, 3 GW yang tersebar di seluruh wilayah. Sangat mungkin dengan memanfaatkan potensi energi terbarukan lokal untuk menggantikannya,” imbuhnya.
Sebagai informasi, berdasarkan informasi Kementerian ESDM hingga November 2024, sekitar 86 desa masih belum memiliki akses listrik. Oleh karena itu, perlu mendorong pengembangan pembangkit listrik terbarukan berbasis potensi energi lokal dan dedieselisasi, pembangunan jaringan distribusi dan isolasi, serta pengembangan listrik pedesaan.
Halaman berikutnya
Sementara di desa-desa nelayan, kata dia, akses terhadap listrik berkualitas akan memungkinkan adanya cold storage agar hasil tangkapan tetap segar lebih lama.