Warisan Jokowi di bidang kesehatan, terhambat hingga Obama memujinya untuk BPJS

Jakarta, VIVA – Selama satu dekade kepemimpinan Indonesia, Presiden Joko Widodo (Jokowi) banyak mengambil kebijakan, termasuk di bidang kesehatan. Dimulai dengan BPJS/KIS, memperbanyak fasilitas kesehatan untuk menurunkan stunting. Mari kita lihat satu per satu.

Baca juga:

Jokowi siap terbang dari IKN ke Solo untuk membuka Peparnas 2024

Perawakannya pendek
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menetapkan angka stunting di negara tersebut di bawah 20 persen. Prevalensi stunting di Indonesia sendiri menunjukkan tren penurunan pada saat Jokowi pertama kali terpilih menjadi Presiden Republik Indonesia. Gulir ke bawah untuk detail selengkapnya!

Pada akhir tahun 2013, angka stunting sebesar 21,5 persen. Artinya mendekati standar WHO, yakni kurang dari 20 persen. Pada tahun 2013, angka kegagalan anak tercatat sebesar 37,2 persen. Tren penurunan tersebut terjadi selama empat tahun berturut-turut, dan pada tahun 2017 mengalami penurunan menjadi 27,6 persen.

Baca juga:

Pembukaan Peparnas 2024 yang dibuka Jokowi juga dimeriahkan oleh rombongan God Bless

Namun angka stunting kembali meningkat pada tahun 2018 sebesar 30,8 persen. Pada tahun 2019 hingga 2022, angka stunting akan terus menurun sekitar 3 persen. Keberhasilan Presiden Jokowi dalam menurunkan stunting di Indonesia merupakan sebuah prestasi. Presiden Jokowi berhasil menghilangkan setidaknya 15,7 persen selama sepuluh tahun menjabat.

Baca juga:

Jokowi membuka Peparnas Solo 2024 hari ini

Jokowi sendiri mengaku berhasil menurunkan stunting di Indonesia. Menurutnya, pencapaian tersebut merupakan bagian dari upaya memanfaatkan kekuatan bisnis Indonesia di mata dunia internasional.

Jokowi mengatakan salah satu hal yang harus dipersiapkan untuk memperkuat posisi Indonesia di mata dunia internasional adalah dengan meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM). Oleh karena itu, pengurangan stunting dan peningkatan kapasitas merupakan salah satu aspek kunci pembangunan Indonesia.

“Kita berhasil menurunkan angka stunting menjadi 21,6 persen pada tahun 2022 dari sebelumnya sebesar 37 persen,” kata Jokowi dalam pidato kenegaraan di gedung DPR RI, Senayan, Jakarta, Rabu, 16 Agustus 2023.

Faktor keberhasilan stunting
Salah satu faktor keberhasilan Jokowi mengurangi defisit adalah kegigihannya terhadap anggaran. Presiden Jokowi sendiri sempat geram saat membahas alokasi anggaran yang dirasa masih kurang memadai. Salah satunya terkait anggaran stunting sebesar Rp 10 miliar.

Hal itu disampaikan Presiden Jokowi saat membuka Rakornas Pengawasan Intern Pemerintah Tahun 2023, Jakarta, Rabu, 14 Juni 2023.

Presiden Jokowi menegaskan anggaran sebesar Rp6 miliar terbuang percuma untuk perjalanan dinas dan rapat PNS. Sedangkan Rp 2 miliar untuk permasalahan terkait yang tidak kalah pentingnya dengan permasalahan utama yakni penyelesaian kasus stunting. Karena itu, dia meminta penguatan tugas pengendalian.

“Ada anggaran kecil Rp 10 miliar, cek Rp 10 miliar itu untuk apa. Jangan bayangkan nanti beli telur, susu, protein, sayur. Coba lihat detailnya, minggu lalu saya baru cek APBD dari Mendagri saya buat, Rp 10 miliar untuk stunt, Rp 3 miliar untuk perjalanan dinas, Rp 2 miliar untuk pembangunan bla bla bla. Yang bisa beli cuma Rp 2 miliar,” ujarnya.

“Kalau ini dilakukan, kapan stunting akan berakhir?” Inilah yang perlu diubah. Kalau anggarannya Rp 10 miliar, harusnya Rp 8 miliar, kalau lain-lain, berikan kepada yang kekurangan. “Secara khusus, itu satu hal,” tambahnya.

BPJS Kesehatan/KIS
Biaya menjadi perhatian utama masyarakat ketika ingin berobat ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan lainnya. Namun sejak hadirnya Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan dan Kartu Indonesia Sehat (KIS), masyarakat tidak lagi takut untuk memeriksakan diri jika memiliki keluhan kesehatan.

Mengingat jumlah peserta BPJS pada masa kepemimpinan Jokowi, pada tahun 2024 pesertanya mencapai 267 juta orang atau setara dengan 95,7 persen penduduk Indonesia.

Namun tak bisa dipungkiri, di awal kepemimpinannya, sekitar tahun 2015, Jokowi sendiri mengakui adanya permasalahan defisit terkait BPJS. Tak hanya itu, keluhan masyarakat juga tak terelakkan.

Jokowi pun tak tinggal diam saat itu dan kerap melakukan pertemuan dengan Direktur BJPS untuk mencari solusi permasalahan tersebut. Tapi, kini masalah tersebut sudah berlalu. Menurutnya, pelayanan BPJS kesehatan semakin hari semakin membaik.

Saya sangat mengapresiasi dan mengapresiasi peserta (BPJS Kesehatan) yang berjumlah 267 juta jiwa, yaitu 95,7 persen dari total penduduk kita, kata Jokowi saat meresmikan gedung BPJS di IKN, Jumat, 1 Maret 2024.

Obama memuji BPJS Kesehatan
Jokowi mengaku pernah ditanya mengenai kesuksesan BPJS Kesehatan pada 2015 saat Obama menjabat Presiden Amerika. Obama juga membandingkan BPJS dengan Obama Care.

“Presiden Obama bertanya kepada saya 2-3 kali, tapi itu terjadi pada tahun 2015. Dia bertanya kepada saya mengapa BPJS, asuransi kesehatan berjalan dengan baik di Indonesia. Sementara kenapa di Amerika tidak ada yang peduli dengan Obama?” kenang Jokowi.

Jokowi pun mengaku belum mengetahui alasannya saat itu karena saat itu BPJS masih menghadapi kendala. Tapi, setelah melihatnya, dia jadi tahu kenapa BPJS berhasil, sedangkan Obama Care tidak.

“Pada saat itu, saya tidak bisa membandingkannya. Namun setelah bertahun-tahun berkecimpung di bidang ini, saya melihat situasinya berbeda. Disini menurut saya yang pertama referensinya ke Puskesmas, di Amerika tidak ada Puskesmas. Langsung ke rumah sakit agar semua beban berat sampai ke rumah sakit, dimana masih disimpan di Puskesmas. “Hanya ke rumah sakit jika sudah parah,” ujarnya.

“Kedua, tentang penuaan populasi. Kita masih banyak karena kita punya bonus demografi usia kerja terbesar, sehingga beban BPJS lebih ringan dibandingkan di Amerika. Saya berpendapat, oh tidak akan berhasil, karena dukungan yang saya berikan tadi, kami berjalan dengan baik, tambahnya.

Peningkatan jumlah institusi kesehatan
Fasilitas kesehatan (faskes) merupakan salah satu indikator penting upaya pemerintah dalam meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan. Secara umum, jumlah institusi kesehatan di Indonesia pada masa kepemimpinan Chokov meningkat secara signifikan.

Mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah Puskesmas di Indonesia pada tahun 2023 tercatat sebanyak 10.416 buah. Jumlah tersebut meningkat 0,4 persen atau 42 unit dibandingkan tahun lalu yakni 10.374 unit. unit.

Kemudian jumlah rumah sakit juga bertambah. Tercatat, jumlah rumah sakit di Indonesia akan mencapai 3072 pada tahun 2022. Angka ini lebih tinggi 0,99 persen dibandingkan tahun sebelumnya.

Sedangkan untuk klinik, pada Februari 2023 jumlah klinik yang terdaftar di Kementerian Kesehatan mencapai 17.953. Dari jumlah tersebut, sebanyak 7.606 klinik telah bermitra dengan BPJS Kesehatan.

Pada tahun 2021, jumlah poliklinik di Indonesia mencapai 8.905, dan pada tahun 2021 jumlah rumah bersalin mencapai 352.

Meningkatnya jumlah institusi kesehatan disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain meningkatnya kesadaran akan pentingnya kesehatan, perluasan cakupan program jaminan kesehatan nasional, dan upaya pemerintah dalam meningkatkan mutu pelayanan kesehatan di daerah.

Beberapa faktor pendukung yang juga mendorong peningkatan jumlah fasilitas kesehatan adalah program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), alokasi anggaran yang sangat besar untuk pembangunan dan pengembangan fasilitas kesehatan, serta kemitraan dengan pihak swasta.

Halaman selanjutnya

“Kita berhasil menurunkan angka stunting menjadi 21,6 persen pada tahun 2022 dari sebelumnya sebesar 37 persen,” kata Jokowi dalam pidato kenegaraan di gedung DPR RI, Senayan, Jakarta, Rabu, 16 Agustus 2023.

Halaman selanjutnya



Sumber