Bayar Nanti Jadi Game Changer

Jumat, 11 Oktober 2024 – 15:01 WIB

Jakarta – Perkembangan financial technology (fintech) di Indonesia telah menciptakan ekosistem keuangan yang semakin inklusif dan efisien, terutama bagi generasi tech-savvy seperti milenial dan Gen Z.

Baca juga:

Generasi Milenial dan Gen Z perlu mengetahui cara memanfaatkan Fintech dengan bijak

Layanan Bayar Sekarang (BNPL) telah menjadi tren utama di kalangan anak muda, di mana 67 persen pengguna fintech sering menggunakan layanan tersebut dengan alasan cashback dan penawaran promosi khusus.

Jangka waktu pembayaran biasanya satu hingga tiga bulan, yang mencerminkan keinginan untuk melunasi utang dengan cepat. Namun, tantangan seperti literasi keuangan dan risiko pengeluaran berlebihan masih tetap ada.

Baca juga:

Cara mendapatkan saldo dana gratis Rp 500K dari Bank Digital

Hanya 32 persen Gen Z yang memahami dengan benar definisi bank digital, dan sebagian besar informasi mengenai layanan ini diperoleh melalui jejaring sosial dan keluarga.

Dengan berkembangnya BNPL dengan pesat, terdapat kekhawatiran mengenai potensi risiko keuangan. Otoritas Jasa Keuangan atau OJK mencatat pembiayaan konsumen melalui skema BNPL meningkat 89,20 persen mencapai nilai Rp 7,99 triliun pada Agustus 2024.

Baca juga:

Dapatkan saldo dana gratis Rp 100K dari Bank Digital hari ini!

Sedangkan kredit bermasalah (NPF) masih terkendali di angka 2,52 persen. Namun, persentase penduduk yang tidak memiliki rekening bank masih tinggi, yakni sebesar 67 persen. Oleh karena itu, fintech berperan penting dalam mendorong peningkatan inklusi keuangan.

Direktur Indodana Multi Finance, Ivan Devanto dengan tegas mengatakan BNPL merupakan game changer di kalangan generasi muda karena memberikan fleksibilitas dalam berbelanja.

Namun, ada kebutuhan untuk meningkatkan literasi keuangan agar mereka tidak terjerumus ke dalam perangkap utang berlebih. Kami berusaha memberikan panduan keuangan yang tepat kepada pengguna, ujarnya dalam acara GDP Venture Power Lunch bersama The New World. tema. Fintech: praktis atau berbahaya?’

Tren menarik lainnya adalah 73 persen anak muda menggunakan perbankan digital. Hal ini menunjukkan bagaimana fintech telah mengubah cara kita berkonsumsi. Menurut Aywan, meski pertumbuhan BNPL sangat pesat, namun keseimbangan tetap penting untuk dijaga.

“Kami mencoba memastikan bahwa pengguna tidak melebihi kemampuan finansial mereka dengan menawarkan batas kredit yang sepadan dengan pendapatan,” katanya.

Dengan mudahnya digitalisasi, sejumlah kekhawatiran kerap muncul, antara lain dampak kegagalan, yaitu perilaku konsumen impulsif, yang juga terkait dengan literasi keuangan.

Sebab, hanya 32 persen Gen Z yang memahami dengan benar definisi perbankan digital dan perlindungan data pribadi, dan pengguna BNPL mengkhawatirkan hal tersebut. Meskipun fintech menunjukkan pertumbuhan yang signifikan, terdapat kekhawatiran mengenai risiko gagal bayar.

Data Otoritas Jasa Keuangan atau OJK menunjukkan pembiayaan konsumen melalui skema BNPL meningkat 89,20 persen mencapai nilai Rp 7,99 triliun pada Agustus 2024. Meski demikian, kredit bermasalah (NPF) masih terkendali di angka 2,52 persen.

Di sisi perbankan digital, Head of Development and Acquisition BCA Digital Albert Kurniawan mengaku memandang fintech bukan sebagai pesaing bank konvensional, namun lebih sebagai mitra dalam mendorong inklusi keuangan.

“Kolaborasi antara fintech, bank digital, dan lembaga keuangan lainnya sangat penting untuk membangun ekosistem yang sehat di Indonesia,” ujarnya. Diakuinya, BCA Digital berkomitmen memberikan solusi keuangan praktis dan inovatif bagi generasi melek teknologi.

Fitur-fitur yang tersedia pada aplikasi seluler antara lain pengelolaan tabungan serbaguna, layanan usaha patungan, fitur investasi dan loyalitas yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan finansial generasi muda.

Halaman selanjutnya

“Namun, ada kebutuhan untuk meningkatkan literasi keuangan agar mereka tidak terjerumus ke dalam perangkap utang berlebih. Kami berusaha memberikan panduan keuangan yang tepat kepada pengguna,” ujarnya pada acara GDP Venture Power Lunch bersama The New World. tema Fintech: praktis atau berbahaya?’



Sumber