Tenggelam atau selamat? Pahami analisis likuiditas bisnis Anda sekarang!

VIVA – Pernahkah Anda khawatir bisnis Anda akan kehabisan uang? Permasalahan likuiditas memang menjadi ancaman yang mengerikan bagi banyak pengusaha Indonesia. Kegagalan membayar utang tepat waktu, kesulitan dalam pengembangan usaha bahkan risiko kebangkrutan dapat muncul jika likuiditas perusahaan tidak dikelola dengan baik.

Baca juga:

Ciri-ciri Gangguan Kepribadian Narsistik yang Harus Anda Ketahui! Pernahkah Anda mengalami hal ini?

Analisis likuiditas hadir sebagai solusi untuk mengukur kesehatan keuangan bisnis Anda. Dengan memahami konsep ini, Anda dapat mengidentifikasi potensi masalah sejak dini dan melakukan tindakan pencegahan untuk menjaga kelangsungan bisnis.

Artikel ini membahas secara detail cara menganalisis likuiditas, jenis-jenis rasio likuiditas serta cara menghitung dan mengalikannya.

Baca juga:

Rahasia riasan yang tahan seharian: primer atau tabir surya, mana yang sebaiknya digunakan terlebih dahulu?

Ketahui apa itu analisis likuiditas

Analisis likuiditas adalah alat yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban keuangan jangka pendeknya. Dengan kata lain, analisis ini digunakan untuk mengetahui apakah perusahaan mempunyai cukup uang tunai atau aset lancar lainnya untuk melunasi utang-utang yang akan segera jatuh tempo, seperti utang usaha kepada pemasok atau kewajiban gaji karyawan.

Baca juga:

Melihat lebih dekat Indeks Pembangunan Manusia (HDI): Profil Pembangunan Indonesia

Tujuan utama analisis likuiditas adalah untuk menjamin kelangsungan hidup perusahaan. Dengan melakukan analisis ini, perusahaan dapat mengidentifikasi potensi masalah keuangan sejak dini dan mengambil tindakan pencegahan.

Manfaat analisis likuiditas antara lain: membantu perusahaan mengambil keputusan yang lebih baik mengenai pengelolaan kas, meningkatkan kepercayaan investor, dan menghindari risiko kebangkrutan.

Jenis tingkat solvabilitas

Rasio likuiditas merupakan indikator penting yang digunakan untuk menilai kemampuan suatu perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Dengan memantau rasio ini, kita dapat memahami seberapa sehat keuangan perusahaan, terutama ketika dihadapkan pada kewajiban keuangan yang telah jatuh tempo.

Ada beberapa jenis rasio likuiditas yang umum digunakan, dan masing-masing rasio memberikan gambaran berbeda mengenai likuiditas suatu perusahaan. Berikut beberapa rasio likuiditas yang perlu diperhatikan.

1. Rasio saat ini (rasio saat ini)

Rasio saat ini adalah rasio yang paling umum digunakan untuk mengukur likuiditas suatu perusahaan. Rasio ini dihitung dengan membandingkan total aset lancar (seperti kas, piutang, persediaan) dengan kewajiban lancar (hutang yang jatuh tempo dalam satu tahun). Rumus rasio saat ini adalah:

Rasio lancar = aset lancar/kewajiban lancar

Tanda rasio saat ini Idealnya biasanya diatas 1 yang berarti perusahaan mempunyai aset yang cukup untuk menutupi hutang jangka pendeknya. Namun, nilai yang terlalu tinggi tidak selalu baik karena dapat menunjukkan bahwa perusahaan tidak menggunakan asetnya secara efektif.

2. Rasio cepat (Rasio cepat)

Gambar rasio cepat

Rasio cepat adalah versi konservatifnya rasio saat inikarena tidak memperhitungkan persediaan. Hal ini karena tidak selalu mudah untuk menjual inventaris dengan cepat dan mengubahnya menjadi uang tunai. Rumus rasio cepat adalah:

Rasio cepat = (Aset lancar – persediaan) / kewajiban lancar

Tanda rasio cepat Idealnya juga umumnya lebih tinggi dari 1. Rasio ini memberikan gambaran yang lebih akurat mengenai kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya tanpa bergantung pada penjualan persediaan.

3. Rasio uang tunai (Siapa Razia)

Gambar rasio kas

Rasio uang tunai merupakan rasio yang paling ketat dalam mengukur likuiditas karena hanya memperhitungkan kas dan setara kas (seperti deposito berjangka). Rumus rasio kas adalah:

Rasio Kas = (Kas + Setara Kas) / Kewajiban Lancar

Rasio uang tunai memberikan gambaran yang paling jelas mengenai kemampuan perusahaan dalam melunasi utang jangka pendek dengan uang tunai. Rasio ini sangat relevan bagi perusahaan yang beroperasi di industri dengan arus kas tidak teratur atau perusahaan yang menghadapi kesulitan keuangan.

4. Rasio arus kas (Efek Arus Kas)

Diagram arus kas

Diagram arus kas

Foto:

  • pexels.com/Tibor Chankowski

Rasio arus kas mengukur seberapa efektif perusahaan mengelola kas. Rasio ini menunjukkan seberapa baik rata-rata pengembalian kas perusahaan pada suatu periode tertentu untuk membiayai operasionalnya. Rumus umumcabu rasio perputaran adalah:

Rasio Arus Kas = Penjualan Bersih / Kas Rata-rata

Semakin tinggi nilai cabu rasio perputaransemakin efisien perusahaan dalam menggunakan kasnya untuk menghasilkan penjualan. Namun, nilai yang sangat tinggi juga dapat mengindikasikan bahwa perusahaan terlalu ketat dalam pengelolaan kas sehingga dapat menghambat pertumbuhan bisnis.

5. Rasio modal kerja terhadap total aset (Total Dampak Aset)

Gambaran umum tentang aset

Gambaran umum tentang aset

Foto:

  • pexels.com/Towfiku barbhuiya

Rasio total aset atau sering disebut juga rasio modal kerja terhadap total asetmengukur rasio modal kerja (aset lancar – kewajiban lancar) terhadap jumlah total perusahaan. Rasio ini memberikan gambaran seberapa besar total aset yang dibiayai oleh modal kerja. Rumus rasio total aset adalah:

Rasio Total Aktiva = Modal Kerja / Total Aktiva

Semakin tinggi rasio ini, semakin besar pula porsi aset yang dibiayai oleh modal kerja. Hal ini dapat menjadi indikasi bahwa perusahaan memiliki likuiditas yang baik, namun juga dapat menunjukkan ketergantungan yang tinggi terhadap pendanaan jangka pendek.

Faktor-faktor yang mempengaruhi likuiditas

Likuiditas suatu perusahaan merupakan cerminan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban keuangan jangka pendeknya. Banyak faktor baik internal maupun eksternal yang dapat mempengaruhi tingkat likuiditas suatu perusahaan.

.1. Faktor internal

Faktor internal perusahaan sangat mempengaruhi likuiditas. Salah satu faktor penting adalah biaya pendanaan eksternal. Meskipun dipengaruhi oleh kondisi pasar, kebijakan keuangan dan praktik kredit perusahaan juga menentukan besarnya biaya tersebut.

Selain itu, keputusan investasi perusahaan juga mempunyai pengaruh yang signifikan. Dengan memilih proyek secara cermat dan selaras dengan strategi bisnis dan kemampuan keuangan, perusahaan dapat mengelola likuiditas dengan lebih efektif.

2. Faktor eksternal

Faktor eksternal mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap likuiditas perusahaan. Kebutuhan likuiditas transaksional, yang dipengaruhi oleh kondisi pasar dan siklus bisnis, seringkali berada di luar kendali perusahaan.

Selain itu, ketidakpastian arus kas akibat fluktuasi harga, perubahan kebijakan pemerintah, atau kondisi perekonomian yang tidak stabil juga menjadi faktor eksternal yang perlu dipertimbangkan. Faktor-faktor tersebut dapat menyebabkan fluktuasi kebutuhan kas yang signifikan dan dapat mempengaruhi likuiditas perusahaan.

Analisis solvabilitas merupakan langkah penting dalam menjaga kesehatan keuangan suatu perusahaan. Melalui analisis tersebut kita dapat mengetahui seberapa baik perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya, mulai dari faktor internal hingga faktor eksternal yang mempengaruhi likuiditas.

Dengan memahami faktor-faktor tersebut, perusahaan dapat mengambil langkah proaktif untuk menjaga kecukupan likuiditas. Oleh karena itu, setiap pelaku bisnis disarankan untuk rutin melakukan analisis likuiditas atau berkonsultasi dengan ahli keuangan untuk pemahaman lebih dalam.

Gambar air lemon

7 Minuman Ajaib untuk Meratakan Perut dalam Seminggu, Dijamin Ampuh!

Ingin perut rata dalam seminggu? Cobalah 7 minuman ajaib ini untuk membakar lemak secara efektif dan alami. Dijamin efektif dan mudah dibuat!

img_title

VIVA.co.id

14 Oktober 2024



Sumber