Kepala BPOM mengungkapkan manfaat radioisotop untuk penyakit kanker, bukan sekedar alat deteksi

Selasa, 15 Oktober 2024 – 18:00 WIB

JakartaMasalah kanker di Indonesia masih menjadi perhatian serius. Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), dr Taruna Ikror, mengungkapkan angka kematian atau kematian akibat kanker di Indonesia sangat tinggi, mencapai 70 persen.

Baca juga:

Gembira Babysitter Telan Resep Pil Gemuk, Kepala BPOM: Pelanggar Bisa Ditindak

“Menurut data kanker, 25 juta orang meninggal di seluruh dunia setiap tahunnya. Jika di Indonesia ada 240 ribu, maka pada 2022 kenaikannya menjadi 420 ribu setiap tahunnya. Angka kematiannya 70 persen, kata Ikror saat meresmikan fasilitas produksi radioisotop di Jakarta Timur, Selasa, 15 Oktober 2024.

Lebih lanjut Ikror mengatakan, jumlah ini akan bertambah jika tidak dilakukan tindakan efektif. Salah satu langkah yang digunakan untuk mencegah kanker adalah penggunaan radioisotop. Selain untuk pengobatan berbagai penyakit, radioisotop juga dapat menjadi alat deteksi dini sel kanker dalam tubuh manusia (PETScan).

Baca juga:

Menkes mengungkap alasan masyarakat Indonesia memilih Malaysia dan Singapura untuk pengobatan kanker

“Kita tahu pasti banyak alternatif pengobatan penyakit kanker, bisa melalui terapi hormon, bisa melalui kemoterapi, bisa melalui imunoterapi. Namun tidak semuanya menggembirakan, kita berharap melalui radioisotop yang telah memberikan manfaat bagi kesehatan kita. lebih karakteristiknya, Kanker yang sulit diobati bisa dikalahkan,” kata Ikror.

Baca juga:

Penurunan berat badan secara tiba-tiba? Waspadai gejala 3 penyakit berbahaya ini

Di sisi lain, BPOM juga membeberkan berbagai revolusi yang dilakukan pihaknya terkait penerbitan sertifikasi Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB). CPOB bertujuan untuk memastikan bahwa obat-obatan diproduksi secara konsisten, memenuhi persyaratan yang ditentukan dan sesuai dengan tujuan penggunaannya. CPOB mencakup semua aspek produksi dan pengendalian kualitas.

Oleh karena itu, salah satu tanggung jawab BPOM adalah memberikan bantuan yang maksimal dalam memberikan cara pembuatan obat (CPOB) yang benar. Kami akan membantu Anda dalam CPOB secepatnya. Tim kami sudah menyampaikannya kepada kami, kami nantikan. mudah-mudahan bulan Desember kita bisa merilis CPOPB,” ujarnya.

Ikror menjelaskan, pihaknya juga akan membantu mempercepat penerbitan nomor izin edar. Khususnya untuk obat-obatan yang merupakan kebutuhan dan kepentingan nasional.

“Untuk setiap produk, untuk menjamin keamanan penggunaan, BPOM juga menerbitkan nomor izin edar. Kami pun demikian “Memperkuat standar keselamatan, standar efisiensi dan kualitas, tetapi karena itu adalah suatu keharusan, maka kepentingan nasional kita bukan untuk mempermudah, tetapi bekerja lebih keras untuk mempersingkat waktu,” ujarnya.

Garav mencontohkan, menurut standar, persetujuan distribusi obat baru bisa memakan waktu hingga 300 hari. Namun di bawah kepemimpinannya, dia akan berusaha mengurangi jumlah tersebut sebanyak 60 persen.

“Misalnya, Obat baru berdasarkan waktu normal 300 hari kerja kita bentuk, dari 300 hari kerja untuk obat baru hanya membutuhkan waktu 120 hari. Jadi, kami mempersingkat waktu hingga 60 persen. “Ini bagian dari reformasi BPOM yang saya pimpin langsung,” ujarnya.

Halaman selanjutnya

Ikror menjelaskan, pihaknya juga akan membantu mempercepat penerbitan nomor izin edar. Khususnya untuk obat-obatan yang merupakan kebutuhan dan kepentingan nasional.



Sumber