Mahasiswa Tangerang memblokir jalan pemerintah daerah dan memprotes jam kerja truk

Kamis, 17 Oktober 2024 – 22:53 WIB

Tanggerang, VIVA – Mahasiswa Wilayah Tangerang Raya yang tergabung dalam Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) melakukan aksi unjuk rasa dan blokade di Jalan KH Abdul Wahid, Kecamatan Tigaraksa, Kabupaten Tangerang pada Kamis malam, 17 Oktober 2024.

Baca juga:

Suara Aktivis: 6 Tersangka, Upaya Aparat Bungkam Gerakan Mahasiswa di Lombok

Demonstrasi dan blokade ini dilakukan massa pada malam hari setelah truk atau truk darat kerap melanggar jam operasional yang tertuang dalam Peraturan Daerah (Perbup) Kabupaten Tangerang. Di sana, jam kerja mesin pasir dan bijih diberlakukan mulai pukul 22.00 hingga 05.00 WIB.

“Kita tahu truk boleh melintas mulai pukul 22.00 hingga 05.00 WIB. Namun aturan ini masih belum ditegakkan, banyak pelanggaran bahkan korban kecelakaan lalu lintas semakin banyak,” kata Ketua GMNI Kabupaten Tangerang, Endang Kurnia.

Baca juga:

Pengakuan sopir truk di Tanjung Priok sembarangan melaju ke arah tersebut

Akibatnya, massa aksi memutarbalikkan seluruh truk yang melaju dari Jalan KH Abdul Wahid, Kecamatan Tigaraksa, Kabupaten Tangerang hingga Legok Parung Panjang, Bogor.

Baca juga:

Mahasiswa kembali menyerukan netralitas ASN dan TNI-Polri di Pilkada Banten

“Iya, sebagai bentuk protes kami, ada beberapa kendaraan yang kami kembalikan dan agar mereka (pemilik/pengemudi kendaraan) mengetahui jam kerjanya,” ujarnya.

Mereka juga menyoroti tugas Organisasi Perangkat Daerah (OPD), termasuk Dinas Perhubungan Kabupaten Tangerang dan Satpol PP yang tidak melaksanakan Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang Nomor 12 Tahun 2022 tentang Jam Operasional Mesin Pasir dan Tambang.

Pertunjukan truk.

Pertunjukan truk.

“Mereka tidak bisa menegakkan Peraturan Bupati, kami minta pejabat kedua instansi tersebut dipecat. Mereka tidak bisa menegakkan Peraturan Bupati Tangerang sepanjang truk masih melintas di luar jam kerja sehingga menimbulkan korban jiwa,” ujarnya. dikatakan

Dalam aksinya, mereka tidak hanya memblokir jalan, masyarakat juga membakar peti mati sebagai simbol kematian pemerintah, dan akibat kecelakaan lalu lintas, banyak korban yang berjatuhan dari truk tersebut. Massa juga menyampaikan pesan protesnya melalui coretan di jalan raya.

Halaman selanjutnya

Sumber: VIVA/Sherly

Halaman selanjutnya



Sumber