Tesis PhD di UI, Hasto menyoroti penyalahgunaan kekuasaan dalam pemerintahan

Jumat, 18 Oktober 2024 – 23:02 WIB

depok, viva – Sekretaris Jenderal Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Hasto Kristianto menggelar sidang doktor terbuka hari ini di Gedung Kongres Universitas Indonesia (UI), Depok. Hasto Ia menempuh pendidikan di Sekolah Kajian dan Strategi Global (SKSG) UI selama enam semester atau tiga tahun.

Baca juga:

Megawati dan Elite PDIP mengikuti sidang promosi doktor Hasto Cristianto di UI

Dalam tesisnya, Hasto membahas tentang kepemimpinan politik strategis, ideologi dan institusionalisasi serta kaitannya dengan stabilitas partai. Ia pun menyinggung masalah ini penyalahgunaan kekuasaan menurutnya, pada Pilpres 2024. penyalahgunaan kekuasaan Hal serupa juga terjadi pada masa pemerintahan Presiden Soeharto. Dimana pemerintahan pada saat itu bersifat otokratis.

“Ya, sebenarnya bukan hanya itu secara keseluruhan proses pemerintahan otoriter terjadi di bawah Pak Harto. Tapi ketika kita bersama-sama membangun jalan demokrasi, pasca lengsernya Pak Harto, itulah wajah sebenarnya dari demokrasi yang dilakukan oleh rakyat. orang-orang benar-benar dapat berubah untuk menemukannya segitiga populisme otoriter dan landasan teorinya banyak,” ujarnya, Jumat, 18 Oktober 2024.

Baca juga:

Sultan menilai tidak tepat jika menyebut kabinet Prabovo gemuk

Sekretaris Jenderal DPP PDI Perjuangan, Hasto Kristiyanto pada Rekerdasus Pilkada Serentak 2024, di Hotel Adimulia, Kota Medan (BSPutra/VIVA).

Foto:

  • VIVA.co.id/BS Putra (Medan)

Lebih lanjut dia mengatakan, hal ini merupakan pukulan terbesar bagi PDI Perjuangan. Hal inilah yang kemudian dibangun dalam teori pelembagaan partai agar partai tetap bertahan, yang disebut dengan Vanguard Party Institute (API).

Baca juga:

Bahlil dapat gelar doktor, Sekjen Golkar: prestasi yang luar biasa

“Dengan API ini mencerminkan bagaimana seluruh identifikasi kepemimpinan ideologis, pelembagaan, dan stabilitas partai dapat terlaksana, dan ini merupakan kontribusi terhadap penguatan demokrasi kita melalui pelembagaan partai,” ujarnya.

Lebih lanjut dikemukakan bahwa tidak ada kecenderungan untuk melakukan individualisasi berdasarkan pembelajaran dengan orang-orang informal saja. Dengan demikian, akhirnya muncul secara kualitatif dan kuantitatif kekuatan ketika para aktor dapat meninggalkan ide-ide yang membentuk mereka.

Sekjen PDIP Hasto Cristianto

Sekjen PDIP Hasto Cristianto

Dengan demikian, akhirnya menjadi jelas secara kualitatif dan kuantitatif bahwa Presiden Jokowi yang seharusnya menjadi simbol kewibawaan moral, simbol penerapan hukum yang adil, ternyata telah mengalami transformasi, katanya.

“Dan itu terkait dengan banyak teori yang memberikan legitimasi dan dijelaskan dalam teori Hannah Arendt. kekuatan “Ketika bisa berubah, aktivis meninggalkan ide atau konsep politik yang membentuknya, sehingga cenderung membenarkan diri sendiri dan legitimasinya berkurang karena adanya perubahan tujuan,” ujarnya.

Halaman selanjutnya

Sumber: istimewa

Halaman selanjutnya



Sumber