Indonesia ingin menjadi raja AI dunia, tapi ada

Minggu, 24 November 2024 – 14:04 WIB

Jakarta – Wakil Menteri Komunikasi dan Digital (Wamenkomdigi) Nezar Patria menekankan pentingnya pengembangan infrastruktur dan mewujudkan talenta digital di Indonesia. Pembangkit Tenaga AI global.

Baca juga:

Tentara ini dibentuk untuk menciptakan “Superman”.

“Bagaimana kita menempatkan Indonesia dalam daftar global Kekuatan AI terhebat. “Dua pilar utamanya adalah infrastruktur digital dan pengembangan talenta digital,” ujarnya pada acara pemaparan AI Merdeka bertema “Percepatan Adopsi Kecerdasan Buatan Menuju Indonesia Emas 2045” pada Sabtu, 23 November 2024 di Jakarta.

Menurutnya, Indonesia berkomitmen menjadi salah satu negara utama di bidang kecerdasan buatan (kecerdasan buatan/AI) di kancah global dalam lima tahun ke depan.

Baca juga:

Anda ingin menciptakan gerakan yang tidak hanya fokus pada teknologi

Namun, meskipun Indonesia mencapai 97% konektivitas dan 80% penetrasi internet pada tahun 2023, kualitas dan kecepatan infrastruktur masih menjadi tantangan utama.

Menurut data, hanya 27% pengguna yang mengakses Internet broadband kerasdan kapasitas internet di Indonesia masih jauh di bawah rata-rata ASEAN, dengan kecepatan yang belum mencapai 100 megabyte per detik.

Baca juga:

Berkat digitalisasi, keuntungan mendapatkan momentum

Hal ini menghambat perkembangan teknologi canggih seperti kecerdasan buatan, yang membutuhkan konektivitas cepat dan stabil.

Menurut Wamenkominfo, pembenahan infrastruktur tidak hanya sekedar perluasan jaringan saja, tapi juga perluasan jaringan koneksi yang bermaknayaitu konektivitas yang memberikan akses memadai untuk merangsang inovasi dan pengembangan teknologi digital.

Selain infrastruktur, pengembangan talenta digital juga menjadi tantangan besar. Saat ini, Indonesia membutuhkan sekitar 15 juta pekerja terampil AI pada tahun 2030.

Namun dengan ekosistem saat ini, kekurangan talenta digital masih 2-4 juta per tahun.

Hal ini menunjukkan bahwa seluruh pemangku kepentingan perlu bekerja keras untuk menghasilkan lebih banyak talenta digital yang siap memenuhi kebutuhan ekonomi digital.

“Meskipun pertumbuhan ekonomi digital bertujuan agar Indonesia berkontribusi 40 persen dari total pertumbuhan ekonomi digital di Asia Tenggara pada tahun 2030, kesenjangan ini diperkirakan akan terus membesar,” ujarnya.

Nezar Patria kemudian mengatakan, kerja sama multisektor sangat penting terutama dalam memperkuat infrastruktur digital dan mengembangkan talenta digital.

Gerakan “Free AI” yang dicanangkan Lintasarta, Indosat Ooredoo Hutchison (IOH) dan NVidia dinilai merupakan langkah strategis untuk mengatasi permasalahan tersebut.

“Dengan memetakan ketersediaan talenta dan mengatasi kesenjangan yang ada, Indonesia dapat mempercepat pembentukan ekosistem digital yang lebih kuat dan lebih siap. Kekuatan AI dalam skala global,” jelas Nezar Patria dari Wamenkom.

Halaman berikutnya

Selain infrastruktur, pengembangan talenta digital juga menjadi tantangan besar. Saat ini, Indonesia membutuhkan sekitar 15 juta pekerja terampil AI pada tahun 2030.



Sumber