Jakarta – TikTok menjadi platform media sosial yang sangat populer di masyarakat selama beberapa tahun terakhir. Ada beberapa alasan mengapa informasi apa pun di TikTok jauh lebih cepat atau terkini dibandingkan X.
Baca juga:
Apakah Anda bermain TikTok setiap hari? Inilah dampak yang perlu Anda ketahui!
Apalagi platform TikTok juga menawarkan banyak konten video yang lebih menarik dan trendi dibandingkan platform media sosial lainnya. Yuk lanjutkan browsing artikel selengkapnya di bawah ini.
Tak hanya itu, melalui platform media TikTok, masyarakat juga bisa berekspresi, baik melalui konten makeup, konten dance challenge, maupun konten mini vlog untuk konten travel.
Baca juga:
Meningkatkan kesadaran sosial dengan humor, kisah inspiratif Lutfi Afansia di TikTok
Namun pernahkah Anda melihat diri Anda mengunggah video di TikTok atau bahkan mendengar keluhan tentang pembuat konten favorit Anda yang mengungkapkan rasa frustrasinya karena kontennya tiba-tiba dihapus oleh platform tersebut?
Baca juga:
Nicolas Saputra Mendadak Jadi Sorotan dan Menarik Perhatian, Kenapa?
Namun jika ditelisik lebih jauh, isinya tidak mengandung unsur menyimpang. Jadi mengapa demikian?
Direktur Komunikasi TikTok Angini Setiavan angkat bicara mengenai hal tersebut. Hal pertama dan terpenting yang harus dilakukan pembuat konten adalah menghapus kontennya saat mereka menghapus videonya.
Pembuat konten juga dapat menyampaikan aduan atau pengaduan kepada TikTok mengenai kontennya.
“Pertama, jika kontennya dihapus, jangan panik dan segera hapus, kenapa? TikTok memahami bahwa kami sebagai platform juga bisa melakukan kesalahan dalam menyediakan fitur aduan.” kata Anggini Setiavan kepada awak media saat berdiskusi #Jaga satu sama lain bersama-sama; Menerapkan fitur keamanan di Peron kawasan Tamrin, Jakarta Pusat, Kamis 7 November 2024.
Namun, fitur komplain atau pengaduan tidak dapat diproses jika video tersebut dihapus terlebih dahulu. “Sekarang kami selalu meningkatkan pengalaman pengguna. Sebelumnya, kami telah mengatakan bahwa konten tersebut dihapus karena melanggar pedoman, lalu kami memberi tahu mereka di mana konten tersebut dilanggar sehingga penelitian dapat dilanjutkan.” dia menjelaskan.
Anginini juga mengungkapkan, TikTok sendiri menggunakan mesin untuk membantu penyaringan.
Mesin dilatih untuk mencari visual, memperhatikan gestur dan audio, serta kata kunci tertentu yang berkaitan dengan konten tertentu.
Namun sayangnya, karena adanya mesin, mereka tidak dapat menangkap konteks atau cerita seperti yang bisa dilakukan manusia.
“Kenapa hal ini bisa terjadi? karena kita memasuki moderasi di TikTok. Sudah kubilang moderasi kita adalah kombinasi antara mesin dan manusia” kata Angini.
“Jutaan konten diunggah di TikTok setiap hari, jadi jika kita ingin mempekerjakan seluruh penduduk di Indonesia, akan sulit untuk memoderasi konten tersebut agar kita dapat menggunakan mesin tersebut.” dia menjelaskan.
“Mesin ini dilatih, lihat visualnya, perhatikan gesturnya dan perhatikan audionya, kata kuncinya juga kita masukkan”.
“Tetapi mesin tidak bisa berpikir dan tidak bisa mendapatkan konteks atau cerita. Jadi kalau ‘Oh konten saya dihapus karena ini’, itu belum tentu (benar) sampai dilihat langsung oleh TikTok. katanya.
Anghini juga mengungkapkan tidak semua situasi perekaman video memiliki masalah yang sama. Misalnya saja salah satu konten kreator bernama Felicia yang baru-baru ini viral karena mengunggah status pit lampung. Namun sayang, konten tersebut telah dihapus oleh TikTok.
“Biasanya TikTok bilang, misalnya kalau konten dihapus, lalu pengguna bertanya ‘kenapa’, saya tidak bisa menjelaskannya, karena memang kasus per kasus.” kata Angini.
Misalnya saja kreator kita saat itu sedang marah dengan pembahasan di pemberitaan tentang jalan buruk di Lampung. katanya.
“Kemudian Felicia membuat konten yang sangat kritis terhadap pemerintah, konten tersebut kami hapus, sehingga kami marah kepada (Felicia). Kecurigaan awal saat itu adalah TikTok membungkam kreator dan berpihak pada pemerintah.” lanjut Angini.
Anghini kemudian menjelaskan, setelah diselidiki lebih lanjut oleh timnya, Felicia diketahui menggunakan video seorang anak yang sedang melintasi truk dan menyeberang secara bersamaan.
Hal ini kemudian terdeteksi oleh mesin dan menyebabkan konten Felicia diambil secara otomatis oleh mesin.
“Setelah kami teliti, ternyata para pembuat konten biasanya suka mengambil video atau cuplikan. Kebetulan rekaman yang digunakan Felicia adalah anak-anak yang sedang menyeberang jalan lalu truk. Nah, mobil mendeteksi itu, meski mesin tidak bisa membaca. kritik positif ini, alhasil hilang. katanya.
Tak hanya itu, Anginini juga menyinggung kasus lain di mana seorang pembuat konten mengkritik platform tersebut.
Ternyata konten tersebut langsung ditangkap di platform. Namun setelah diselidiki lebih lanjut, ditemukan ada video yang memperlihatkan slot tersebut sedang diputar.
Kasus kedua, TikTok dikritik oleh penciptanya, dan kami tidak akan membatalkannya kecuali melanggar pedoman. Saat itu, ada pencipta yang mengkritiknya lalu menghapusnya. Setelah kami melihatnya, ternyata kontennya berisi visual slot perjudian, yang tidak diperbolehkan di TikTok”. katanya.
Anghini menambahkan, sarannya agar masyarakat memahami bahwa moderasi TikTok memiliki unsur mesin yang tidak bisa menangkap esensi secara langsung.
“Tetapi pekerjaan kami sangat serius, apapun konten yang disajikan, orang tidak hanya melihat substansinya, tapi juga alam bawah sadar, termasuk visual dan audio. Di sana kami moderator, termasuk visual dan audio, kami tetap akan memberikan masukan. Jika kami melakukan kesalahan, konten akan naik lagi. Sulit untuk dipahami, tetapi bacalah instruksi kami.” katanya.
Halaman selanjutnya
Pembuat konten juga dapat menyampaikan aduan atau pengaduan kepada TikTok mengenai kontennya.