Persoalan PPDB banyak, DPR kecewa dengan kegiatan Kemendikbud setiap tahunnya.

Jumat, 12 Juli 2024 – 00:20 WIB

Jakarta – Komisi X DPR RI menyayangkan berulangnya permasalahan Pendaftaran Peserta Didik Baru (PPDB). Mereka bilang, percuma saja membahas masalah yang sama setiap tahun.

Baca juga:

Ijazah sekolah ditangguhkan, saudara-saudari miskin di Brebes kesulitan mendapatkan pekerjaan

Wakil ketua komisi

Fikri Faqih melalui siaran persnya, Kamis, 11 Juli 2024 mengatakan: “Kita kembali terjerumus ke lubang yang sama, perdebatan (soal PPDB) tidak akan pernah berubah.”

Baca juga:

Tanggapan Partai Demokrat terhadap pengisian jabatan pimpinan RDK oleh seluruh partai politik di parlemen

Alih-alih pemerintah menciptakan pemerataan pendidikan, persoalan PPDB justru menimbulkan sarang permasalahan setiap tahunnya.

Menurutnya, ada beberapa alasan masyarakat berebut sekolah favoritnya. Pertama, kualitas sumber daya manusia (guru dan tenaga kependidikan); dan kedua, sarana dan prasarana sekolah.

Baca juga:

Gimli memaparkan kiprah DPA sebagai koordinator Lembaga Pertimbangan Presiden

“Masalahnya kita belum melihat adanya upaya pemerataan kualitas guru, misalnya guru-guru terbaik disebar ke berbagai sekolah,” ujarnya.

Demonstrasi guru sedang mengajar siswa (DOK. Kemendikbud Ristek).

Selain itu, jumlah sekolah yang unggul dari segi sarana dan prasarana juga terbatas sehingga daya tampung siswanya juga sangat rendah dibandingkan dengan kebutuhannya.

“Dulu (2016) ada program baru dari dinas sekolah, sekarang di Kemendikbud belum ada program seperti itu. Kapan kuota siswa baru dipenuhi?” Dia bertanya.

Sejak 7 tahun terakhir pelaksanaan PPDB, sistem zonasi selalu dihadapkan pada banyak permasalahan di Komisi X DPR. Ini membuktikan kegagalan sistem. “Kalau tidak efektif, ubah (sistemnya), artinya kita tidak bisa menghilangkan sekolah unggulan.”

Seperti diketahui sebelumnya, tujuan awal pemerintah memulai PPDB berbasis daerah adalah menghilangkan sekolah unggulan atau istilahnya kasta dalam sistem pendidikan, dengan harapan tercipta pemerataan kualitas pendidikan.

Ditegaskannya, tujuan tersebut tidak bisa selalu ditentukan, karena berarti selalu ada sekolah favorit, karena Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah mencanangkan pusat pengembangan profesi.

“Apakah SMK “Pusat Unggulan” ini merupakan sekolah favorit,” kata wakil dapil IX Jawa Tengah itu pada akhirnya.

Baca artikel menarik lainnya dari VIVA Education di tautan ini.

Halaman selanjutnya

Selain itu, jumlah sekolah yang unggul dari segi sarana dan prasarana juga terbatas sehingga daya tampung siswanya juga sangat rendah dibandingkan dengan kebutuhannya.

Halaman selanjutnya



Sumber