Dalam konteks berkurangnya daya beli, banyak mobil pinjaman yang ditarik dari sewa

Rabu, 4 Desember 2024 – 22:42 WIB

VIVA – Tidak semua orang mampu membeli mobil baru dengan uang tunai, mereka yang memiliki keterbatasan finansial biasanya memilih pinjaman untuk membeli kendaraan roda empat idamannya.

Banyak lembaga keuangan yang bermitra dengan dealer mobil untuk menawarkan berbagai program pembelian guna memudahkan konsumen memiliki sebuah unit. Mulai dari DP ringan, DP ringan, dan diskon khusus.

Baca juga:

Produsen mengatakan pasar mobil Indonesia tidak akan berjalan baik tahun depan

VIVA Otomotif: Gambar jual beli mobil bekas

Namun sayangnya, seiring dengan menurunnya kemampuan masyarakat untuk membeli mobil baru, sewa guna usaha justru memperketat calon peminjam. Pasalnya, belakangan ini perusahaan pembiayaan menghadapi peningkatan kredit macet atau non-performing loan (NPL).

Dampaknya, dampak kredit macet membuat peminjam leasing harus berhati-hati, terutama di kalangan menengah ke bawah, dimana sebagian besar pembeli mobil LCGC (Low Cost Green Car) merupakan segmen paling gemuk.

Senior Executive Vice President Kredit dan Risiko Mandiri Utama Finance, Dapot Sinaga, mengatakan dampak lembaga keuangan di tengah menurunnya daya beli adalah meningkatnya kredit macet.

“Dampaknya yang kami rasakan, jangka waktu pinjamannya lama, 12 bulan, 24 bulan, yang langsung mempengaruhi kemampuan masyarakat untuk membeli karena banyak barang yang harus kami beli kembali. Jadi uang yang ada di kantong mereka sekarang bukan untuk dicicil, tapi untuk kebutuhan pokok,” kata Sinaga Kamis 5 Desember 2024 di Hotel JS Luwansa, Jakarta Selatan. Dalam forum diskusi grup Viva.co.id.

Sehingga dengan kondisi tersebut, sebaiknya pihak memilih calon debitur dengan lebih ketat, agar tidak terjadi peningkatan NPL. Sehingga, dalam situasi saat ini, menurutnya, perseroan menghadapi permasalahan ganda, yakni menurunnya penjualan dan buruknya kualitas kredit.

“Banyak perusahaan multifinance yang mengubah sikap dalam prosesnya. Karena baik itu mobil baru, mobil bekas, sepeda motor baru, sepeda motor bekas, kreditnya akan macet. akan sama. “Masih sulit bagi kami,” katanya.

Dia mencatat bahwa pendapatan rata-rata kelas menengah dengan masalah kredit bisa mencapai 5-10 juta rubel, 20-30% di antaranya untuk pembayaran, meskipun sisa uangnya sebenarnya digunakan untuk hidup.

Jadi bisa dikatakan mobil LCGC di MUF punya angka penjualan terbaik, tapi merekalah yang paling terdampak setelah daya beli menurun. Kita perlu hati-hati dalam memilah dan memilih peminjam agar terhindar dari kredit macet, ujarnya. .

“Padahal permintaan dari pedagang seperti Agya, Calya banyak sekali, tapi kalau kita pilih, itu masyarakat miskin dan biasanya masyarakat menengah ke bawah, padahal itu daging kita,” ujarnya.

Menurut Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia atau Gaikindo, penjualan mobil pada Januari-Oktober 2024 hanya 730.637 unit, turun 11,5 persen dari 825.689 unit pada periode yang sama 2023.

Baca juga:

GJAW 2024 Dihadiri 100 Ribu Orang, Gaikindo: Tahun Ini Lebih Baik

Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko MUF, Rulli Setiawan.

MUF akan terbitkan SPK Rp 1 triliun di GJAW 2024

Mandiri Utama Finance mencatat nilai surat pemesanan kendaraan (SPK) mencapai Rp 1 triliun pada GJAW 2024.

img_title

VIVA.co.id

4 Desember 2024



Sumber