Minggu, 17 November 2024 – 10:32 WIB
Bali, PANJANG HIDUP – Desa Jatiluwih yang terletak di Kabupaten Tabanan, Provinsi Bali, Indonesia, dianugerahi sebagai salah satu desa terbaik tahun 2024 oleh United Nations Tourism Organization di Kolombia pada Kamis, 14 November 2024.
Baca juga:
Festival Semangat Subak di DTW Jatiluwih menarik perhatian wisatawan mancanegara
Penghargaan tersebut diberikan sebagai pengakuan atas komitmen Desa Jatiluwih terhadap sistem Subak, sistem pengelolaan air berbasis masyarakat yang telah ada selama lebih dari 1.000 tahun.
Penghargaan juga diberikan atas komitmen terhadap pariwisata berkelanjutan, pelestarian budaya, dan pengelolaan lingkungan yang bertanggung jawab. Mari kita lanjutkan menelusuri artikel lengkapnya di bawah ini.
Baca juga:
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan merekomendasikan 272 warisan budaya takbenda
“Dipilih dari lebih 260 lamaran dari lebih 60 negara, Desa Jatiluwih menjadi salah satu desa terpilih” kata John Ketut Purna, Kepala Badan Desa Wisata Jatiluwih, saat menerima UN Tourism Award di Kolombia, Kamis, 14 November 2024.
Baca juga:
Dipilih sebagai tempat berbincang tentang Indonesia, Bali lebih dari sekedar tujuan pesta
Pengakuan ini menempatkan Jatiluwih di antara tujuan wisata pedesaan terbaik dunia dan menunjukkan komitmen Indonesia untuk mengembangkan pariwisata berkelanjutan yang menghormati tradisi lokal dan sumber daya alam.
Juga dedikasi masyarakat Jatiluwih dalam menjaga budaya dan lingkungan melalui filosofi Tri Hita Karana yang menekankan keselarasan antara manusia, alam, dan spiritualitas.
“Kami berharap Jatiluwih dapat menjadi contoh bagaimana pariwisata bisa bersifat regeneratif dan inklusif, tidak hanya memberikan manfaat bagi pengunjung tetapi juga masyarakat lokal yang merupakan penjaga warisan budaya kita.” – katanya.
Dengan diakuinya Jatiluwix sebagai salah satu desa terbaik dunia pada tahun 2024, John Purna berharap dapat mendorong lebih banyak kunjungan wisatawan.
Tentang Subak
Sawah bertingkat di DTW Jatiluwih menggunakan sistem subak yang diakui sebagai Warisan Budaya Dunia UNESCO. Sistem subak adalah sistem pengelolaan air berbasis masyarakat yang digunakan masyarakat Jatiluwih untuk mengairi sawah selama lebih dari 1.000 tahun.
Subak tidak hanya sekedar teknik pengairan, namun juga merupakan simbol keharmonisan dan ketahanan masyarakat, mencerminkan keterkaitan yang mendalam antara masyarakat Bali dengan lingkungan.
Pada tahun 2012, Jatiluwih dan sistem Subaknya diakui sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO, yang menyoroti pentingnya praktik tradisional ini.
Hingga saat ini, Subak tetap menjadi inti Jatiluwih, menyatukan masyarakat dalam dukungan dan kerja sama untuk menjaga stabilitas lahan.
Halaman selanjutnya
Tentang Subak