Alasannya penjualan mobil nasional tak kunjung membaik

Jumat, 6 Desember 2024 – 09:40 WIB

Jakarta – Industri otomotif di Indonesia masih menghadapi berbagai permasalahan yang kompleks. Situasi ini tercermin dari stagnasi penjualan mobil nasional yang bertahan di angka satu juta unit selama sepuluh tahun. sejuta jebakan.

Baca juga:

Mobil listrik akan mendominasi pasar mobil Indonesia dalam 5 tahun

Kemudian keputusan Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) yang menurunkan target penjualan mobil nasional dari semula 1,1 juta unit menjadi 850.000 unit semakin menggarisbawahi bahwa kondisi industri otomotif belum membaik.

Kementerian Koordinator Perekonomian juga telah mempertimbangkan masalah ini dengan mengidentifikasi berbagai faktor yang menghambat pertumbuhan, mulai dari terbatasnya daya beli masyarakat hingga tingginya harga mobil dan pajak.

Baca juga:

Kiamat Industri Otomotif! Ratusan ribu pekerja terancam PHK massal

FGD VIVA.co.id, Mengakhiri sejuta jebakan, menyambut era rendah emisi

Deputi Bidang Pengembangan Industri Kementerian Koordinator Perekonomian Ekko Harjanto mengatakan, ada dua penyebab utama hal tersebut, yakni tingginya harga mobil di Indonesia dan masih rendahnya pendapatan per kapita.

Baca juga:

PHK massal, industri otomotif global terancam kolaps

“Kita melihat kenaikan harga mobil di Indonesia salah satunya disebabkan oleh kenaikan pajak. Lalu adanya ketergantungan terhadap komponen impor yang dapat dipengaruhi oleh perubahan nilai tukar rupiah dan biaya logistik,” ujarnya. seperti yang dikatakan. VIVA Dalam FGD: “Prospek Industri Otomotif 2024: Penyelesaian Satu juta jebakanMenyambut Era Rendah Emisi di Jakarta yang diselenggarakan oleh VIVA.co.id.

Menurutnya, hal ini juga dapat menekan harga bagi konsumen, khususnya masyarakat kelas menengah ke bawah yang merupakan mayoritas penduduk.

Alasan kedua, kata Ekko, berkaitan dengan pendapatan nasional per kapita yang masih berada pada kategori menengah ke bawah.

“Karena pendapatan per kapita Indonesia pada tahun 2023 berkisar $4.700 hingga $5.000 yang merupakan kelas menengah ke bawah, sehingga sebagian besar pendapatan rumah tangga digunakan untuk kebutuhan dasar,” jelasnya.

Ia menambahkan: “Pendapatannya digunakan untuk makan, pendidikan, dan perumahan. Jadi, walaupun dia ingin, dia tidak punya waktu untuk berpikir untuk membeli mobil karena pendapatan per kapita jiwanya rata-rata,” tambahnya. .

Selain itu, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian telah mengidentifikasi berbagai cara yang bisa dilakukan oleh pemerintah dan pemerintah. pihak yang berkepentingan Hal ini terkait dengan meningkatnya laju pertumbuhan industri otomotif di Indonesia.

“Ada dua hal yang sedang dilakukan, upaya pemulihan tuntutan dan upaya pemulihan melalui produksi,” kata Ekko.

Dari samping tuntutan Tentu saja mengendalikan inflasi, berupaya meningkatkan daya beli masyarakat dengan menerapkan kebijakan moneter dan fiskal.

Kemudian langkah untuk meningkatkan daya beli masyarakat tentunya adalah pelonggaran PPnBM (Pajak Penjualan Atas Barang Mewah) kendaraan bermotor listrik berbasis baterai atau KBLBB.

Kemudian, langkah kedua berupa promosi kendaraan ramah lingkungan dengan memperluas insentif kendaraan listrik untuk menarik lebih banyak pembeli.

“Yang terpenting adalah kampanye penggunaan kendaraan lokal dengan menggalakkan program Bangga Buatan Indonesia atau program beli di Indonesia ya. Hal ini untuk meningkatkan preferensi konsumen terhadap produk lokal di industri otomotif,” jelas Ekko.

Selain itu, Ekko mengatakan perlu ada upaya pemulihan dari pihak pabrikan.

“Tidak kalah penting. Tentu saja untuk mendorong diversifikasi produk. Kemudian untuk memperlancar ekspor dan mengurangi beban pajak bagi produsen,” tutupnya.

Halaman berikutnya

Alasan kedua, kata Ekko, berkaitan dengan pendapatan nasional per kapita yang masih berada pada kategori menengah ke bawah.

Halaman berikutnya



Sumber