Ada Pungli yang Viral, Jadi SMA Negeri Minta Orang Tua Bayar Rp 2,5 Juta, Korban Langsung Lapor ke Wapres Gibran

Sabtu, 7 Desember 2024 – 00:16 WIB

VIVA – Kasus pungutan liar (pungli) kembali terjadi di salah satu SMA Negeri di Indonesia. Seperti diketahui, sekolah yang berlokasi di SMA Negeri 2 Cibitung ini belakangan menjadi sorotan publik.

Baca juga:

Jasa Marga merespons pungutan liar yang dilakukan petugas keamanan di Gerbang Tol Tomang

Informasi ini pertama kali muncul di akun media sosial X @brorondm Seorang mahasiswa menceritakan pengalamannya setelah Wakil Presiden Gibran Rakabuming mengadu kepada Raka. Dalam unggahannya, ia menyebut meminta Rp 2,5 juta melalui komite sekolah.

Wakil Presiden Gibran usai pencoblosan di TPS 18 Manahan

Foto:

  • VIVA.co.id/Fajar Sadiq (Solo)

Baca juga:

Gus Ipool yang meminta bantuan sosial menulis bahwa dukungan Wakil Presiden Gibran tidak boleh dibicarakan: manfaat itu penting

“Saya salut dengan keberanian adik kecil ini. Seharusnya dia menghargai dan menjaga semangatnya untuk membicarakan hal-hal yang tidak disukainya. Pemimpin masa depan lahir dari hati yang berani. Saking beraninya dia sampai sampai ke wakil presiden.” tulis akun tersebut, Jumat 6 Desember 2024 seperti dikutip VIVA.

Selain itu, pelaku mengaku merupakan siswa SMAN 2 Cibitung. Pungli ini bermula saat orang tua seluruh siswa mendapat undangan dari komite sekolah SMAN 2 Cibitung untuk melakukan sosialisasi.

Baca juga:

Anak berkebutuhan khusus memerlukan perhatian segera

Sesampainya di sekolah, ternyata orang tua siswa justru diberikan kertas yang isinya orang tua siswa harus menuliskan besaran biaya untuk pembangunan prasarana sekolah, pembangunan pagar, dan lain-lain.

Alhasil, pelapor mengaku keberatan dengan besaran biaya yang diminta komite sekolah. Selain itu, kartu ujian tidak akan diberikan kepada mahasiswa yang belum membayar pada saat ujian semester berjalan.

“Bagi jurnalis yang saya panggil Anak Cibitung, kalau di-bully di sekolah, jangan takut. Banyak teman hukum yang siap membantu,” imbuhnya.

Kasus pungutan liar di sekolah negeri di Indonesia bukanlah hal baru. Hal ini menunjukkan perlunya kontrol dan transparansi yang lebih besar dalam pengelolaan dana pendidikan.

Karena situasi ini, netizen berkumpul untuk mengutarakan pendapatnya. Beberapa dari mereka juga merasakan perasaan sang reporter.

“Sama di sekolah kakak saya. Itu sekolah negeri di Jawa Timur. Orang tua siswa yang diundang sosialisasi disuruh bayar minimal 1 juta per siswa untuk pembangunannya. Saya mau. Laporkan, tapi siswanya orang tuanya awalnya diintimidasi, takut kalau panitia diberitahu ada hakim jaksa dan petugas Polri”. @auliasnite tulis akun tersebut.

“Di Chikarang yang merupakan sekolah favorit, ada pungutan liar seperti itu, sayangnya mereka tidak berani melaporkannya. 1-2 juta setiap siswa baru di kelas 10, kalau tidak membayar. membayar, kartu ujian tidak dibagikan kepada siswa. @zzzafowersss_ tulis akun tersebut di komentar ini.

Hingga berita ini ditulis, Wakil Presiden Gibran belum memberikan tanggapan terkait kasus tersebut meski sudah dibagikan di media sosial X dan telah ditonton 6 juta penonton.

Halaman berikutnya

“Bagi jurnalis yang saya panggil Anak Cibitung, kalau di-bully di sekolah, jangan takut. Banyak teman hukum yang siap membantu,” imbuhnya.

Halaman berikutnya



Sumber