Minggu, 17 November 2024 – 21:15 WIB
Jakarta, VIVA- Suswono, calon wakil gubernur nomor urut satu, menjelaskan visi pengelolaan sampahnya lebih mengedepankan budaya zero-waste (gaya hidup zero-waste) ketimbang membebankan pungutan (fee kepada warga).
Baca juga:
Pramono Anung: Hanya 44 persen wilayah Jakarta yang memiliki air bersih
“Saya sendiri setuju bahwa pungutan ini tidak perlu. “Pertama, bagaimana membangun budaya zero waste,” ujarnya pada debat ketiga, Minggu, 17 November 2024.
Baca juga:
Pramono setuju membangun tanggul laut besar, tapi menambah hutan bakau
Budaya zero waste menjadi salah satu cara warga Jakarta mengelola sampah. Kemudian, dengan proses pengolahan hingga tingkat rumah tangga, RT dan RW.
“Jadi permasalahan ini pasti kita atasi melalui pengelolaan berkelanjutan dari hulu hingga hilir. “Sekarang dari hulu saya kira kita berharap ada mesin modern yang bisa mengolah sampah di tingkat RW,” ujarnya.
Baca juga:
Ridwan Kamil menyiapkan WFH dan truk embun untuk mengatasi kemacetan dan polusi di Jakarta
Jika memang ada sampah yang tersisa, lanjut Suswono, jumlah sampahnya tentu sedikit. Suswono mengatakan, tujuannya adalah membangun budaya dari rumah.
“Jika ada residu tentu bisa dibuang dalam jumlah yang sangat sedikit. “Jadi soal bagaimana membangun budaya rumah tangga,” ujarnya.
Soal tanggul laut raksasa, Dharma: Nelayan harus diberi kompensasi Rp 137 miliar per tahun
Calon Gubernur DKI Jakarta nomor urut 2, Dharma Pongrekun, menyoroti proyek tanggul laut raksasa atau tanggul laut raksasa.
VIVA.co.id
17 November 2024