Mayoritas Masyarakat Poco Leok Dukung PLTP Ulumbu Pasal 5-6: Narasi Penolakan Dianggap Tak Berdasar

VIVA – Dukungan terhadap pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Ulumbu Blok 5-6 oleh mayoritas masyarakat Poco Leok semakin meningkat.

Baca juga:

Pemerintah bekerja sama dengan pelaku ekonomi kreatif untuk memperkuat ekosistem di Indonesia

Di tengah polemik pro dan kontra, tokoh adat, pemerintah daerah, dan penasehat sosial proyek menekankan pentingnya keberlanjutan proyek sebagai upaya mendorong transisi energi nasional dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Salah satu tokoh komunitas Poco Leok, Thaddeus Dappang mengatakan, penolakan proyek ini disebabkan adanya provokasi pihak tertentu.

Baca juga:

Ketua Adat Paksi Sekala Brak yakin pemimpin Egi akan membawa harapan baik bagi Lamsel.

“Hal ini terjadi karena ada segelintir orang yang terpengaruh oleh kelompok pendukung dan konspirasi. “Pemerintah dan kawan-kawan panas bumi sudah berusaha meyakinkan, namun kelompok oposisi ini tidak mau mendengarkan,” jelasnya.

– Dukungan untuk mayoritas masyarakat adat

Baca juga:

Elon Musk akan mengambil “pekerjaan” dari Donald Trump di pemerintahan berikutnya

Diskusi tradisional merupakan langkah penting dalam mencapai kesepakatan mengenai PLTP.

Taddeus Dappang menambahkan: “Kami pernah diundang ke drum Mesir. Ada sekitar 10 drum dan kami sepakat di hadapan tim independen KfW (MFC) bahwa pengembangan panas bumi di Poco Leok akan dilanjutkan. “Dengan adanya proyek ini, saya yakin masyarakat Poco Leok akan menjadi lebih baik.”

Senada, Alphonse Syukur, Tua Gendang Tere, menuturkan, cerita penolakan tidak mencerminkan keseluruhan masyarakat setempat.

“Penolakan identik dengan masyarakat lokal, padahal sebenarnya yang terjadi di Poco Leoc, beberapa komunitas lokal mendukung panas bumi. Apa buktinya? “Mereka menyerahkan lahannya untuk panas bumi,” katanya.

Romanus Inta, Tua Gendang Lungar, bahkan mempertanyakan alasan penolakan tersebut.

“Alasan mereka tidak jelas. Hal ini belum jelas. Mereka menentang pemerintah, apa tujuan mereka? Apa tujuan kita sebagai pemilik tanah? “Tidak ada tujuannya, mereka hanya terus berdemonstrasi,” ujarnya.

Ia juga menyoroti keterlibatan beberapa pihak eksternal yang mempengaruhi opini publik melalui pendekatan emosional.

“Ada beberapa media dan kelompok seperti KPKC SVD yang hanya menciptakan narasi yang tidak berimbang. Mereka lebih mempermainkan emosi masyarakat dibandingkan menawarkan solusi. Faktanya, kami mendukung komunitas lokal sebagai sponsor, kami punya alasan dan dasar yang kuat untuk melanjutkan proyek ini ,” tambah Romanus.

Alfons Syukur mengatakan, informasi yang dimuat media seringkali tidak mencerminkan kenyataan di lapangan.

“Ada media yang memanipulasi opini publik dengan narasi yang sangat sepihak dan sengaja anti adat istiadat dan anti pemerintah. “Bahkan kami mendukung penuh program panas bumi ini,” ujarnya.

– Vincent Godat: Kami tidak setuju dengan Poco Leok

Vincent Godat, ketua Masyarakat Drum Mesir, juga menekankan pentingnya kesepakatan untuk proyek ini.

“Kita tahu di kawasan Poco Leok ada program, ada yang terima, ada yang tolak. Terlebih lagi, banyak dari mereka, dari yang termuda hingga yang tertua, tidak menerima apa yang mereka dengar di sana sampai mereka mendengar kabar dari bank KfW. “Mereka (yang keberatan) menyatakan tidak setuju dengan program pembangunan di Poco Leok,” jelas Vincent.

Lebih lanjut, Vincent mengatakan mulai hari ini komunitas Poco Leok secara keseluruhan akan mendukung proyek ini.

“Jadi mulai hari ini saya setuju kita tidak ada di Poco Leok. Jadi, baik mereka yang membicarakannya sampai sekarang, maupun mereka yang masih membicarakannya, kita tidak tahu, karena kita tidak mengikuti jalan yang sama. Sekarang bagaimana bagusnya, mana yang bagus dan mana yang tidak, kita serahkan pada KfW. “Jadi menurut kami ada baiknya, program ini jangan diundur lagi, sekarang kami mohon agar secepatnya diliput,” ujarnya.

– Informasi pendekatan sosial

Konnusa selaku konsultan sosial proyek ini mencatat pendekatan terhadap masyarakat lokal gencar dilakukan pada Mei 2022 hingga November 2024.

Pada periode ini telah dilakukan hal-hal sebagai berikut:

– 14 kali Tabe Gendang (percakapan dengan masyarakat sekitar di rumah adat),

– 30 kali sosialisasi dan 12 kali free, prior and informed consent (FPIC),

– 5 Upacara Penti, PLN sebagai tamu undangan/ase kae.

“Seluruh kegiatan Penti dan Tabe Gendang menunjukkan dukungan masyarakat terhadap proyek ini, dimana 86,5 persen diantaranya menyatakan dukungannya terhadap proyek tersebut,” kata Dennis Goonting dari Connusa.

Nestor Castro, perwakilan MFC, juga mencatat bahwa proses komunikasi berlangsung transparan.

“Kami mendengarkan cerita dari berbagai pemangku kepentingan. Ada yang mendukung, ada pula yang menentang.”

Namun rekomendasi kami adalah tetap melanjutkan proyek di wilayah yang mendapat dukungan penuh dari masyarakat dan menunda kegiatan di wilayah yang sudah menyatakan penolakannya, ujarnya.

Dalam pertemuan yang diadakan di tempat lain pada tanggal 12 November 2024, KfW dan MFC sepakat bahwa pihak-pihak yang berseberangan dapat membuka diri untuk melakukan diskusi yang lebih bermakna dengan semua pihak melalui pemerintah daerah, Ombudsman Republik Indonesia, dan Ombudsman. Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia.

– Dukungan dari pemerintah daerah

Pemerintah Kabupaten Manggaray menyatakan komitmennya untuk terus memfasilitasi dialog antar pihak yang terlibat.

Sekretaris Daerah Bidang Perekonomian dan Pembangunan Kabupaten Manggarai Yosef Djelamu menekankan pentingnya proyek ini bagi masyarakat setempat.

“Proyek PLTP Ulumbu merupakan peluang yang sangat baik tidak hanya untuk mendukung tujuan transisi energi nasional, tetapi juga untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat sekitar. Pemerintah daerah terus berupaya memastikan komunikasi semua pihak tetap harmonis,” katanya.

– Komitmen PLN terhadap kearifan lokal

Abdul Nahwan, selaku GM PLN UIP Nusra memastikan PLN terus menghormati tradisi masyarakat setempat sepanjang proses pembangunan.

“Sampai saat ini, kami selalu melaksanakan proyek yang sejalan dengan komunitas dan tradisi lokal. “Dalam seluruh tahapan pembebasan lahan, tua golo, tetua adat, dan perangkat desa juga dilibatkan,” jelasnya.

Dukungan masyarakat lokal, kata dia, transparansi informasi pendekatan sosial dan komitmen pemerintah daerah untuk mencapai keseimbangan antara keberlanjutan energi dan kesejahteraan menjadi landasan kuat pelaksanaan proyek PLTP Ulumbu Unit 5-6. Dari komunitas Poco Leoc.

Halaman berikutnya

Senada, Alphonse Syukur, Tua Gendang Tere, menuturkan, cerita penolakan tidak mencerminkan keseluruhan masyarakat setempat.



Sumber