Prospek industri otomotif Indonesia tahun 2025: Optimisme pemulihan di tengah tantangan

Rabu, 18 Desember 2024 – 14:52 WIB

Jakarta – Industri otomotif Indonesia menunjukkan tren pemulihan yang positif meskipun terdapat tantangan perekonomian yang terus berlanjut. dikutip dari Outlook Otomotif Indonesia 2025Optimisme tersebut dijelaskan oleh pemulihan perekonomian nasional, pertumbuhan pendapatan per kapita, dan inisiatif peralihan ke kendaraan ramah lingkungan.

Baca juga:

Lebih dari 100.000 personel gabungan dikerahkan selama Operasi Lilin 2024

Pasar mobil Indonesia diperkirakan akan menjual 1 juta unit lagi pada tahun 2025, didukung oleh peningkatan PDB per kapita dari US$3.896 pada tahun 2020 menjadi US$4.941 pada tahun 2023, didorong oleh peningkatan daya beli konsumen. Namun, kelas menengah, yang sangat penting dalam konsumsi mobil, masih rentan terhadap kenaikan biaya hidup dan inflasi. Intervensi strategis diperlukan untuk mengatasi tantangan-tantangan ini dan mempertahankan pertumbuhan.

Di Indonesia, daya beli konsumen tetap stabil, tercermin dari peningkatan belanja barang konsumsi dan peralatan rumah tangga. Insentif pemerintah seperti program Kendaraan Rendah Karbon (LCEV) semakin mendorong pertumbuhan industri otomotif. Kombinasi ini diharapkan dapat mendongkrak penjualan mobil, khususnya pada segmen mobil hemat energi.

Baca juga:

Perbedaan pandangan Gus Miftah dan UAS tentang ucapan selamat Natal memang menyita perhatian

Pasar semakin bergerak menuju kendaraan ramah lingkungan sebagai solusi berkelanjutan. Kendaraan listrik hibrida (HEV) saat ini menguasai 6% pangsa pasar karena efisiensi ekonomi dan manfaat lingkungannya, terutama karena kendaraan tersebut tidak bergantung pada infrastruktur pengisian daya yang ekstensif. Sementara itu, penjualan kendaraan listrik baterai (BEV) diperkirakan meningkat dua kali lipat menjadi 40.000 unit pada tahun 2024.

Toyota Kijang Innova Zenix Hybrid

Baca juga:

Ketukan! Andrew Andika dan Tengku Dewi resmi bercerai

Namun penerapan BEV menghadapi tantangan seperti terbatasnya infrastruktur pengisian daya dan biaya pengadaan yang tinggi. HEV dipandang sebagai transisi yang efisien, sementara BEV memerlukan investasi infrastruktur yang signifikan agar bisa diadopsi pasar secara lebih luas.

Pembiayaan memainkan peran penting di pasar mobil Indonesia, dimana 70% pembelian mobil dilakukan secara kredit. Program pembiayaan ramah lingkungan untuk HEV dan BEV dirancang untuk mempercepat transisi ke kendaraan listrik, menawarkan suku bunga rendah dan opsi pembayaran yang fleksibel. Program-program ini menjadikan kendaraan ramah lingkungan lebih mudah diakses dan terjangkau oleh konsumen.

Kebijakan pemerintah sangat penting dalam memastikan pertumbuhan industri. Hal ini termasuk keringanan pajak, subsidi seperti pengurangan PPN untuk kendaraan listrik dan insentif yang ditargetkan untuk HEV dan LCEV. Selain itu, perluasan infrastruktur kendaraan listrik seperti stasiun pengisian daya dan penyediaan lebih banyak dukungan untuk kendaraan hibrida merupakan prioritas utama. Kerja sama antara pemerintah, produsen mobil, dan lembaga keuangan akan sangat penting untuk mencapai pertumbuhan berkelanjutan.

Meskipun prospeknya positif, industri ini menghadapi tantangan serius. Kenaikan biaya hidup akibat kenaikan PPN menjadi 12%, kenaikan upah minimum menjadi 6,5%, dan rencana kenaikan biaya STNK membahayakan daya beli konsumen.

Industri ini terus berjuang untuk melewati ambang batas penjualan tahunan sebesar 1 juta unit, yang sering disebut sebagai “Perangkap Satu Juta”. Produsen mobil harus berinovasi untuk mempertahankan harga rendah dan memperluas peluang pasar.

Peluang pertumbuhannya antara lain fokus pada mobil dengan harga di bawah Rp 300 juta yang sangat menarik bagi konsumen kelas menengah. Memperluas penawaran kendaraan komersial dan fokus pada pusat-pusat industri yang sedang berkembang juga menghadirkan peluang yang belum dimanfaatkan.

Pencapaian target 1 juta unit pada tahun 2025 memerlukan pengembangan kolaborasi antar pemangku kepentingan untuk menyeimbangkan manfaat dan keterjangkauan, memprioritaskan HEV sebagai solusi jangka pendek, dan meningkatkan daya tarik pasar.

Dengan dukungan kuat dari pemerintah, program pembiayaan ramah lingkungan yang inovatif, dan meningkatnya fokus pada kendaraan ramah lingkungan, industri otomotif Indonesia berada pada jalur yang tepat untuk mencapai tujuannya yaitu 1 juta unit pada tahun 2025.

Mengatasi permasalahan seperti kenaikan biaya hidup memerlukan upaya bersama untuk menjaga keterjangkauan dan daya beli konsumen. Di persimpangan jalan, pasar otomotif Indonesia sedang bergerak menuju masa depan yang lebih berkelanjutan dan inovatif.

Untuk rincian lebih lanjut mengenai perkiraan pasar ini, unduh laporan lengkapnya di sini.

Halaman berikutnya

Industri ini terus berjuang untuk melewati ambang batas penjualan tahunan sebesar 1 juta unit, yang sering disebut sebagai “Perangkap Satu Juta”. Produsen mobil harus berinovasi untuk mempertahankan harga rendah dan memperluas peluang pasar.

Lemhannas dan MUI sepakat untuk memperkuat pemajuan nilai-nilai kebangsaan



Sumber