Sabtu, 21 Desember 2024 – 07:08 WIB
Jakarta VIVA – Pasukan Khusus (Densus) 88 Anti Teroris Polri kembali menegaskan komitmennya dalam pemberantasan terorisme. Tiga terduga teroris yang tergabung dalam jaringan Mujahidin Indonesia Timur (MIT) berhasil ditangkap Kamis pekan lalu di Sulawesi Tengah.
Baca juga:
Talitha Curtis dengan santainya menanggapi ancaman sosok ibu yang sudah ia dukung untuk mengungkap rasa malunya.
Tiga orang yang diketahui berinisial RR, MW dan AS diduga berperan penting dalam menopang aktivitas kelompok teror tersebut.
“Tiga terduga kelompok teroris di Sulteng sudah ditangkap. “Mereka tergabung dalam jaringan Mujahidin Indonesia Timur (MIT),” kata Kompol Aswin Siregar, juru bicara Densus 88 kontraterorisme polisi, dalam keterangannya, Jumat (20/12/2024).
Baca juga:
Clara Shinta tidak takut dengan ancaman, ia terus berpura-pura menjadi siswi
RR Sabar diketahui merupakan anggota MIT sisa kepemimpinan Daeng Koro dan Santoso. Ia berperan sebagai fasilitator bagi mereka yang ingin bergabung dengan grup MIT. Salah satu tugas utamanya adalah membantu melaksanakan Tadrib Asikori atau latihan militer.
Baca juga:
Terkejut! Diketahui, sebelum melakukan kekerasan seksual, Agus Buntung bertanya kepada korban: Masih perawan?
“RR membantu melakukan pelatihan militer, termasuk bongkar pasang senjata, untuk kelompok Mujahidin Indonesia Timur,” kata Aswin. Perannya sangat penting untuk menjaga kemampuan operasional Grup MIT.
Sementara MW, salah satu pimpinan Santoso, terlibat sejumlah aksi teroris, termasuk penembakan di Desa Sepe, Lage, Poso, Sulawesi Tengah. Senjata api jenis FN digunakan dalam penembakan tersebut, yang mengakibatkan tewasnya warga sipil.
Selain itu, MW berperan sebagai pemasok logistik dan bahan pembuatan bom untuk digunakan pada kamp pelatihan militer yang dipimpin Daeng Koro di Pegunungan Poso.
“UM akan berperan dalam pengadaan bahan peledak yang digunakan untuk menunjang kebutuhan logistik, termasuk kegiatan pelatihan di pegunungan,” tambah Aswin.
Kemudian, tersangka ketiga berperan penting sebagai instruktur bagi anggota kelompok AS MIT. Ia memberikan materi tentang penguatan fisik, taktik perang, teori pembuatan bom, serta pembongkaran dan pembongkaran senjata. Pelatihan ini dilaksanakan di kawasan Baras, Mamuju Utara, Sulawesi Barat.
Selain itu, AS juga tercatat terlibat dalam perencanaan aksi teroris bernama Amalia fa’i pada akhir tahun 2013. Rencananya sasarannya sejumlah bank di Poso dan Parigi.
“AS bahkan aktif di grup media sosial kelompok radikal yang digunakan sebagai alat komunikasi untuk menyebarkan propaganda dan mengoordinasikan rencana,” kata Aswin.
Selain itu, penangkapan tersebut merupakan pengingat bahwa sisa-sisa jaringan teror MIT masih beroperasi di masyarakat. Aswin menekankan pentingnya mengedukasi masyarakat terhadap lingkungan sekitar, terutama jika menemukan orang-orang yang menutup diri dan mengisolasi diri.
“Penangkapan ini menunjukkan bahwa ancaman aksi teroris dan penyebaran radikalisme masih nyata. “Kami mengimbau masyarakat segera melaporkan jika ada aktivitas mencurigakan,” kata Aswin.
Densus 88 diharapkan dapat terus meminimalisir potensi ancaman terhadap keselamatan masyarakat dengan keberhasilannya menindak pelaku teror tersebut. Namun upaya pemberantasan terorisme tetap memerlukan kerja sama aktif semua pihak, termasuk masyarakat dan pemerintah daerah.
Situasi ini menunjukkan bahwa pemberantasan jaringan teroris tidak hanya bertujuan untuk menangkap pelaku kejahatan, namun juga memerangi akar penyebaran ideologi radikal yang masih tumbuh di sejumlah daerah. Upaya pencegahan yang lebih komprehensif perlu dilakukan agar ancaman serupa tidak terulang kembali di masa mendatang.
Halaman berikutnya
Selain itu, MW berperan sebagai pemasok logistik dan bahan pembuatan bom untuk digunakan pada kamp pelatihan militer yang dipimpin Daeng Koro di Pegunungan Poso.