Karena digitalisasi dan tren teknologi, semakin sedikit mahasiswa yang ingin menjadi akuntan

Minggu, 22 Desember 2024 – 21:06 WIB

Jakarta – Lebih dari 50 universitas berpartisipasi dalam proyek Bringing the Future of Accounting to Universities (BRIGHT) yang melibatkan lebih dari 1.500 mahasiswa dan akademisi.

Baca juga:

Pihaknya jelas menggandeng RAKUS untuk memperkuat digitalisasi UKM

Proyek BRIGHT dilakukan di Indonesia untuk menjadikan akuntansi sebagai profesi pilihan dan mencakup enam kota, yaitu Jakarta, Bandung, Malang, Surabaya, Yogyakarta, dan Semarang.

“Kekhawatiran mengenai digitalisasi dan tren teknologi baru yang menggantikan akuntansi tradisional telah berkontribusi terhadap penurunan jumlah siswa yang memasuki program akuntansi di seluruh dunia,” kata Priya Terumalai FCPA, CPA Australia Selatan – Manajer regional di Asia Timur. dalam keterangannya, Minggu 22 Desember 2024.

Baca juga:

Serangan phishing menjadi semakin umum, dan siswa serta guru telah diperlengkapi untuk menghadapi ancaman dunia maya

“Untuk mengatasi kesalahpahaman ini di Indonesia, CPA Australia telah meluncurkan Project BRIGHT untuk menghubungkan mitra industri dengan akademisi dan mahasiswa guna meningkatkan kesadaran akan nilai-nilai yang dibawa akuntan ke dalam organisasi. “Untuk menjadi akuntan atau memperoleh keterampilan akuntansi dan keuangan, saat yang paling tepat adalah dibandingkan sekarang,” ujarnya.

Baca juga:

Danny JA merumuskan 6 Prinsip Emas Spiritualitas di Era AI

Menurut Priya, di tengah berbagai tantangan besar mulai dari ketidakpastian geopolitik dan ekonomi hingga kohesi sosial dan perubahan iklim, individu dengan kemampuan akuntansi sangat dibutuhkan di dunia yang penuh dengan kebingungan dan menawarkan akurasi tertinggi.

25 mitra industri dari firma akuntansi terkemuka, perusahaan dan lembaga pemerintah berpartisipasi dalam proyek ini. Acara ini mencakup sesi panel ahli dan kompetisi dengan lebih dari 70 elevator pitch yang dikirimkan oleh siswa.

BRIGHT menampilkan tren terkini yang membantu siswa memahami peran akuntan di berbagai bidang seperti keuangan, sumber daya manusia, ESG, dan digitalisasi.

“Teknologi baru, termasuk kecerdasan buatan, akan meningkatkan profesi akuntansi dan hanya membantu profesional akuntansi mengurangi aspek pekerjaan mereka yang memakan waktu. Namun, penting bagi akuntan untuk mempersiapkan dan beradaptasi dengan perubahan ini. Jika mereka melakukan hal tersebut, nilai mereka terhadap organisasi serta tanggung jawab strategis dan kepemimpinan yang lebih besar yang mereka emban akan meningkat,” tambah Priya.

Perguruan tinggi tuan rumah antara lain Universitas Padjadjaran, Universitas Trisakti, Universitas Airlangga, Universitas Brawijaya, Universitas Negeri Semarang, dan Universitas Gadja Mada.

Choirunnisa CA, ketua program sarjana akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Gadja Mada, mengatakan BRIGHT memperluas perspektif mahasiswa tentang bagaimana akuntansi berkembang di era digital.

“Materi yang disampaikan para pembicara sangat menarik dan memberikan wawasan berharga mengenai integrasi teknologi ke dalam akuntansi dan peran strategis akuntan secara global,” ujar Choyrunnisa.

“Hubungan kami dengan mitra industri, termasuk anggota CPA Australia, telah membuka peluang untuk program magang dan fellowship. “Melalui keterlibatan tulus dan dukungan mereka terhadap BRIGHT, mitra industri yang berpartisipasi telah menginspirasi dan mendorong mahasiswa untuk melihat nilai gelar akuntansi profesional,” lanjut Priya.

Halaman berikutnya

BRIGHT menampilkan tren terkini yang membantu siswa memahami peran akuntan di berbagai bidang seperti keuangan, sumber daya manusia, ESG, dan digitalisasi.

Shin Tae Yong mengungkapkan kekecewaannya terhadap Muhammad Ferrari



Sumber