Senin, 30 Desember 2024 – 13:40 WIB
VIVA – Menurut informasi idibaritotimur.orgEpistaksis atau dalam istilah medis disebut dengan epistaksis adalah suatu kondisi keluarnya darah dari hidung. Mimisan bisa terjadi pada salah satu atau kedua lubang hidung. Mimisan dapat terjadi pada semua usia, namun paling sering terjadi pada anak usia 3-10 tahun, ibu hamil, dan lansia.
Baca juga:
Menyadari penyebab diabetes tipe 1, IDI Barito Selatan memberikan solusi pengobatan
IDI adalah singkatan dari Ikatan Dokter Indonesia. IDI Kabupaten Barito Timur merupakan salah satu cabang organisasi profesi kedokteran yang berupaya meningkatkan mutu pelayanan kesehatan di wilayah Kalimantan Tengah. IDI Barito Timur menjelaskan, epistaksis merupakan kondisi keluarnya darah dari rongga hidung. Ini adalah gejala umum yang dapat terjadi pada orang-orang dari berbagai usia.
IDI Barito Timur berkolaborasi dengan pemerintah daerah untuk melaksanakan program kesehatan berbasis masyarakat. Hal ini bertujuan untuk mengurangi penyebaran penyakit dan mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan di bidang kesehatan. Selain itu, IDI Barito Timur juga menjalankan kampanye pola hidup sehat.
Baca juga:
Menyadari penyebab infeksi ginjal, IDI Kota Bandar Lampung memberikan solusi pengobatan
Apa penyebab mimisan?
Dilaporkan dari halaman https://idibaritotimur.orgmimisan – pendarahan dari satu atau kedua lubang hidung. Pendarahan ini bisa disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah di hidung dan bisa berlangsung selama beberapa menit hingga beberapa jam. Penyebab mimisan antara lain:
Baca juga:
Menyadari risiko terjadinya abses paru, IDI Kota Bajawa memberikan solusi pengobatan
1. Karena lingkungan udara kering
Salah satu faktor utama penyebab mimisan mendadak adalah udara kering. Kelembapan yang rendah, terutama saat musim dingin atau saat menggunakan AC, dapat mengeringkan selaput lendir hidung sehingga menyebabkan iritasi dan pendarahan.
2. Demam tinggi
Jika Anda demam, Anda mungkin juga mengalami mimisan. Jika suhu tubuh tinggi, pembuluh darah bisa membesar sehingga menyebabkan lebih mudah pecah dan menyebabkan mimisan.
3. Kerusakan pada hidung
Cedera pada hidung akibat kecelakaan, olahraga, atau pukulan dapat menyebabkan pembuluh darah pecah dan berdarah.
4. Adanya infeksi pernafasan
Faktor munculnya pilek yang terakhir adalah perubahan suhu dan cuaca yang dapat menyebabkan infeksi saluran pernafasan. Penyakit seperti sinusitis atau rinitis alergi dapat menyebabkan peradangan dan iritasi pada mukosa hidung sehingga meningkatkan risiko mimisan.
Obat apa saja yang dianjurkan untuk mengatasi mimisan?
Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Barito Timur telah merangkum beberapa obat yang mampu meredakan mimisan. Ada beberapa jenis pengobatan dan teknik yang dianjurkan untuk mengatasi mimisan (epistaksis) untuk membantu menghentikan pendarahan. Pilihan pengobatan dan tindakan yang mungkin dilakukan meliputi:
1. Assam Tranekhamat
Obat ini mempercepat proses pembekuan darah sehingga membantu menghentikan mimisan. Namun untuk menghindari efek samping, terutama bila terdapat kondisi medis tertentu, sebaiknya penggunaannya berdasarkan resep dokter.
2. Semprotan dekongestan
Semprotan hidung yang mengandung dekongestan seperti oxymetazoline juga dapat digunakan untuk menyempitkan pembuluh darah di hidung dan menghentikan pendarahan. Namun penggunaan jangka panjang tidak disarankan karena dapat memperparah mimisan.
3. Air garam (air garam)
Larutan garam dapat digunakan untuk melembabkan rongga hidung dan mengurangi iritasi, serta membantu menyempitkan pembuluh darah di hidung.
4. Vitamin C
Mengonsumsi vitamin C membantu memperkuat kapiler di hidung sehingga berpotensi mengurangi frekuensi mimisan.
5. Kompres dingin
Mengompres batang hidung dengan es batu atau sayuran beku yang dibungkus kain akan membantu menghentikan pendarahan dengan cara menyempitkan pembuluh darah.
Sebelum menggunakan obat tersebut, penting untuk berkonsultasi dengan dokter, terutama jika mimisan berulang atau ada gejala penyerta lainnya. Jika mimisan tidak berhenti setelah 10 menit atau disertai gejala serius lainnya, segera konsultasikan ke dokter.
Halaman selanjutnya
2. Demam tinggi