Pondok Pesantren Alfalah Ploso abad ke-1, mencontoh Nyai Hj Rodliya

Senin, 30 Desember 2024 – 22:32 WIB

Kediri, VIVA – Pondok Pesantren Al Falah Ploso, Mojo, Kediri, Jawa Timur rayakan seratus tahun dengan acara Halaqah Santri Putri. Tema acara kali ini adalah “Peniruan Simbah Nyai Hj Rodliya dalam Membesarkan Putra dan Putri serta Santri”.

Baca juga:

Sesat! Pimpinan pesantren, anak-anaknya, bahkan para guru Santriwati yang kejam di Lombok

Nyai Hj Rodliya merupakan istri dari KH Ahmad Djazuli, pendiri Pondok Pesantren Al Falah.

Menurut Agus H Ahmad Hasbi Munif, Pengurus Pondok Pesantren Alfalah Abad 1, halakhah diadakan untuk menumbuhkan rasa syukur dan mengenal Nyai Hj Rodliya lebih dekat.

Baca juga:

Pengurus ponpes menganiaya 3 santri hingga hamil bahkan memaksa mereka melakukan aborsi.

“Dibalik kesuksesan KH Djazuli ada sosok perempuan mulia, Mbah Nyai Hj Rodlia. Untuk meneladaninya kita belajar dari putra-putrinya. Semua sukses karena tangan dingin Mbah Nyai Hj Rodlia,” kata Agus, Senin. 30 Desember 2024.

Agus mengatakan, peran santri dalam melestarikan tradisi keilmuan dan terus mengabdi kepada masyarakat sangat penting. Oleh karena itu, segala kegiatan Pondok Pesantren Al Falah Ploso Abad 1 dilakukan untuk melestarikan tradisi tersebut.
“Ini merupakan rangkaian halaq terakhir yang dilaksanakan dalam rangka memperingati abad ke-1 Pondok Pesantren Al Falah Ploso. Alhamdulillah semua acara yang kami selenggarakan baik OSN maupun lainnya sukses,” jelas Agus.

Baca juga:

Santri laki-laki, pimpinan salah satu pesantren di Sigi Kabul, minta dipijat, lalu menonton film porno

Peristiwa Pondok Pesantren Alfalah pada abad ke-1

Sementara itu, Wali Pondok Pesantren Alfalah Ploso, KH Nurul Huda Djazuli Mbah Nyai Hj Rodliyah mengatakan, perjuangan tersebut luar biasa. Ia mengaku mengasuh sebuah pesantren. Sedangkan Nyai Rodliyah bertugas mengurus operasional dapur.

“Dia tidak pernah mengeluh. Apa yang dikatakan Gus Ahmed benar adanya. Di balik kesuksesan suaminya ada perempuan yang luar biasa. Santri patut ditiru,” ujarnya.

KH Nurul Huda menambahkan, menjadi perempuan itu sulit. Sebab, berbagai tantangan harus dilewati seperti KH Rodliya.

Disampaikannya, kecintaannya terhadap anak-anak dan santri KHRodliya diwujudkan dengan tulus.

“Beliau menjadi teladan bagi kita semua. Semua yang beliau lakukan karena rasa cintanya kepada putra-putrinya dan murid-muridnya,” jelas KH Nurul Huda.

Pernyataan KH Nurul Huda Jazuli juga diulangi oleh Nyai Hj Lailatul Badriyah Jazuli. Baginya, ada tiga pilar penting yang dipegang teguh Nyai Hj Rodlia.

Ada talk show interaktif

Talkshow Ning Fichris Sa’Adatil dan Ning Azizatul Himmah juga digelar pada acara tersebut. Beberapa pembicara yang turut serta dalam talkshow tersebut antara lain Agus H Ahmad Hasbi Munif, Agus H. Abdurrahman Al Kautsar, Ning Hj Daris Salamah, Ning Hj Kholishotus Sariroh, Agus Hj Shahibul Ulumin Nafi’a, Agus M Ma’mun, Ning Indana , Ning Zizah dan Ning Fixris.

Menurut Ning Hj Kholishotus Sariroh, sosok Nyai Rodliya sangat disayangi oleh para cucu dan santri yang sedang menuntut ilmu. Hormatilah bahkan tamu dan guru.

“Ayahku, KH Nurul Huda Djazuli, selalu dibekali makan dan minum sehabis mengaji. Suatu ketika Mbah Nyai Rodliyah Dersono memetik biji jambu biji dan setelah mengajarkannya kepada anaknya, ayahku pun berkata, “Dia tidak bisa”. aku tidak tega makan karena dia ingat putranya.”

Halaman selanjutnya

Disampaikannya, kecintaannya terhadap anak-anak dan santri KHRodliya diwujudkan dengan tulus.

Halaman selanjutnya



Sumber