Senin, 30 Desember 2024 – 23:56 WIB
Sutabaya, LANGSUNG – Penyakit mulut dan mulut atau PMK kembali menghantui ternak sapi di Jawa Timur pada akhir tahun 2024. Situasi ini tercatat di wilayah Mojokerto dan Lamongan. Ratusan sapi telah terjangkit PMK di dua wilayah tersebut, bahkan ada yang mati.
Baca juga:
Pendakian Gunung Semeru memerlukan penggunaan jasa pengawalan, berikut penjelasannya
Di Kabupaten Mojokerto, Dinas Pertanian setempat mencatat adanya peningkatan kasus PMK sejak 2 Desember 2024. Hingga 29 Desember 2024, terdapat 241 ekor sapi yang positif FMD.
Dari jumlah tersebut, 13 ekor sapi mati dan 9 ekor sapi dipotong paksa. Sehingga tersisa 219 ekor sapi yang belum sembuh dari PMK.
Baca juga:
Alasan kenapa pendakian Gunung Semeru dibatasi 2 hari 1 malam
“Laporan terakhir adalah 219 [ekor sapi] belum pulih, tersebar di 15 kabupaten. “Mungkin masih ada yang belum dilaporkan,” kata Kepala Dinas Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Disperta Kabupaten Mojokerto, Tutik Suryaningdiya, Senin, 30 Desember 2024.
Menurutnya, dari seluruh kecamatan di Kabupaten Mojokerto, hanya 3 kecamatan yaitu Kecamatan Sooko, Ngoro dan Kemlagi yang tidak ada kasus PMK. Kabupaten dengan jumlah kasus PMK terbanyak adalah Kutorejo sebanyak 58 kasus.
Baca juga:
Gunung Raung di Jawa Timur meletus dan mengeluarkan abu tebal tinggi
“Di Pacet ada 31 kasus,” kata Tutik.
Ia menjelaskan, sumber penyebaran PMK terbesar adalah melalui udara dan benda-benda yang terkontaminasi. Selain itu, faktor cuaca seperti curah hujan yang tinggi juga disebut-sebut mendorong penyebaran virus FMD. Jadi kasusnya kembali meningkat.
Di Kabupaten Lamongan, sedikitnya 100 ekor sapi dilaporkan terjangkit virus FMD yang tersebar di 16 kabupaten. Dari jumlah tersebut, 5 ekor sapi dinyatakan mati. Meningkatnya jumlah kasus PMK disebut-sebut disebabkan mulainya musim hujan yang menyebabkan penyebaran virus lebih cepat.
Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan (Dissnakeswan) Kabupaten Lamongan Shofiya Nurhayati mengatakan, meski demikian, tingkat kesembuhan PMK di Lamongan juga tinggi.
“Itu 60 persen [tingkat kesembuhannya]”, katanya.
Meskipun tingkat kesembuhan tinggi, kewaspadaan masih ditingkatkan. Sebab, kasus PMK diprediksi akan meningkat pada bulan Februari. Untuk mencegah penyebaran PMK, Dinas Kesehatan Lamongan memberikan KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi) kepada peternak dan pasar hewan.
Selain itu, Dissnakeswan juga mengirimkan surat ke daerah untuk memberikan kesadaran dan pengendalian kasus PMK serta memberikan vitamin, obat-obatan dan disinfektan serta vaksinasi kepada sapi yang sehat.
Halaman selanjutnya
Di Kabupaten Lamongan, sedikitnya 100 ekor sapi dilaporkan terjangkit virus FMD yang tersebar di 16 kabupaten. Dari jumlah tersebut, 5 ekor sapi dinyatakan mati. Meningkatnya kasus PMK disebut-sebut disebabkan mulainya musim hujan yang menyebabkan penyebaran virus lebih cepat.