Di tahun 2025, memilih tas tangan bekas desainer sudah menjadi pilihan yang bijak dan penuh kasih sayang. Mulai dari selebritas terkenal hingga fashionista sehari-hari, semakin banyak orang yang beralih ke tas mewah yang mereka sukai yang tidak hanya memiliki harga realistis, namun juga mencerminkan komitmen etis yang nyata. Dalam berbagai podcast di seluruh dunia, pakar industri secara terbuka membagikan preferensi belanja tas tangan favorit mereka dan menyoroti dampak positif pilihan tersebut terhadap nilai-nilai pribadi dan komunitas luas. Berikut adalah tren sepatu kets yang bisa Anda lihat di mana-mana pada tahun 2025.
Pengungkapan luar biasa dari artikel Business Insider baru-baru ini tertanggal 3 Juli 2024 mengungkapkan beberapa praktik yang meresahkan di dua merek mewah paling terkenal di Italia. Investigasi yang dilakukan oleh jaksa penuntut Italia di Milan mengungkapkan biaya produksi yang sangat rendah untuk tas tersebut, yang dijual seharga ribuan dolar, dengan fokus khususnya pada subkontraktor yang terkait dengan Dior, anak perusahaan LVMH.
Dokumen investigasi mengungkap kebenaran yang meresahkan: Dior hanya membayar $57 (sekitar Rs. 4.870) dengan harga eceran $2.780 (sekitar Rs. 237.553). Jumlah tersebut tidak mempengaruhi harga bahan baku, misalnya kulit. Jaksa menyebutkan kegagalan Dior dalam menyelidiki kondisi kerja atau kemampuan kontraktornya, sehingga meningkatkan kekhawatiran mengenai integritas etika rantai pasokannya. Dari bayi robot Schiaparelli hingga Olimpiade B-Girl Raygun, Micro News menantikan tahun 2024.
Saat penyelidik menggali lebih dalam, mereka menemukan bukti adanya kondisi yang keras di mana para pekerja terpaksa menginap semalam di fasilitas produksi untuk memenuhi persyaratan. Pola konsumsi listrik menunjukkan operasional berjalan lancar meski pada hari libur. Sebagian besar subkontraktor ini, terutama perusahaan-perusahaan milik Tiongkok, mempekerjakan pekerja dalam kondisi berbahaya, beberapa di antaranya tanpa dokumentasi yang memadai. Jane Birkin dan hubungannya yang beragam dengan merek mewah Hermès.
Selain itu, penyelidikan menemukan kurangnya perhatian terhadap keselamatan, dengan fitur keselamatan penting dihilangkan dari mesin pengeleman dan penyikatan, sehingga mengutamakan kecepatan daripada kesejahteraan pekerja. Meskipun temuan ini serius, LVMH belum mengeluarkan pernyataan. Dokumen pengadilan menunjukkan bahwa dalam memo yang diterbitkan oleh The Wall Street Journal, Dior berupaya menyoroti perbaikan sebelumnya dalam rantai pasokannya.
Pengawasan ini tidak hanya mencakup Dior, karena Giorgio Armani juga menghadapi tuduhan serius mengenai kurangnya pengawasan terhadap pemasok. Menurut dokumen yang dilihat oleh Reuters,
Armani membayar kontraktor hanya $99 per kantong untuk produk yang terjual lebih dari $1.900 di toko. Sayangnya, pihak perusahaan tidak mengomentari tuduhan serius tersebut.
Hakim di Milan memerintahkan kedua perusahaan tersebut untuk menghadapi administrasi peradilan selama satu tahun, sehingga mereka dapat terus beroperasi selama jangka waktu tersebut. Kantor kejaksaan mengatakan pelanggaran ketenagakerjaan adalah praktik yang menyedihkan dan tersebar luas di industri barang mewah, di mana perusahaan-perusahaan raksasa barang mewah terus-menerus mendapatkan keuntungan dengan mengorbankan standar etika.
Fabio Roia, Ketua Pengadilan Milan, menyatakan keprihatinan mendalam mengenai perlakuan terhadap pekerja dan menekankan perlunya mematuhi undang-undang ketenagakerjaan, khususnya kesehatan, keselamatan, jam kerja dan upah yang adil. Ia juga menyoroti masalah persaingan tidak sehat yang lebih luas, yang menyebabkan perusahaan-perusahaan yang bertanggung jawab bangkrut.
Tahun lalu, LVMH melaporkan bahwa mereka memiliki 2.062 pemasok dan subkontraktor, dan 1.725 audit dilakukan berdasarkan laporan tanggung jawab lingkungan dan sosial mereka. Dengan mengingat hal ini, penting bagi kita untuk memikirkan pilihan konsumen. Bernard Arnault, CEO LVMH, salah satu orang terkaya di dunia, dan putrinya, Delphine Arnault, CEO Dior, memiliki pengaruh besar.
Jika kita benar-benar peduli terhadap bumi, hak-hak buruh, dan praktik etika di industri fesyen, menyimpan barang-barang bekas untuk mendapatkan nilai sentimental dapat menjadi perlawanan yang kuat terhadap eksploitasi dan margin keuntungan yang berlebihan. Memilih untuk menghargai dan menerima barang mewah milik orang lain tidak hanya memberdayakan kita, namun juga mewakili komitmen kita terhadap keberlanjutan dan tanggung jawab sosial.
(Cerita di atas pertama kali diterbitkan pada 31 Des 2024 pukul 12:02 IST Terbaru. Untuk berita lebih lanjut dan pembaruan tentang politik, dunia, olahraga, hiburan, dan gaya hidup, kunjungi terkini.com, kunjungi situs kami).