Deteksi kanker paru-paru yang cepat dan akurat dengan EBUS!

JAKARTA – Kanker paru-paru merupakan kondisi kesehatan yang serius dan merupakan salah satu jenis kanker yang paling umum terjadi di Indonesia. Penyebab utamanya adalah merokok, namun faktor lain seperti paparan asap rokok (perokok pasif), zat berbahaya seperti asbes, radon dan polusi udara juga dapat meningkatkan risiko terkena kanker paru-paru.

Baca juga:

Para ahli mengatakan pengobatan hemofilia di Indonesia masih belum terbaik, meski berisiko menimbulkan kecacatan bahkan kematian.

Pengertian dan Gejala Kanker Paru

Menurut Dr. Ginanjar Arum Desianti, Sp.P (K), Dokter Spesialis Paru di RS Siloam MRCCC Semanggi, Kanker paru terjadi ketika sel-sel di paru-paru tumbuh tidak terkendali. Ada dua jenis utama kanker paru-paru, yaitu kanker paru-paru primer, yang dimulai di paru-paru itu sendiri, dan kanker sekunder, yaitu penyebaran kanker ke area lain di tubuh.

Baca juga:

Viral di TikTok: Tenaga Kesehatan Alami Halusinasi Terminal Saat Rawat Pasien Kritis, Apa Itu?

Gejala tidak selalu terlihat pada tahap awal, namun beberapa gejala awal yang sering muncul adalah sesak napas, mengi, batuk terus-menerus dengan atau tanpa dahak dan darah, nyeri dada, dan kelelahan, kata dr. Arum.

Ketika kanker paru-paru menyebar, gejala yang mungkin terjadi antara lain sakit kepala, penurunan berat badan yang parah, gangguan keseimbangan, mata dan kulit menguning, nyeri sendi dan tulang, serta pembengkakan kelenjar getah bening.

Baca juga:

Pencegahan kanker paru-paru dengan tomografi dada dosis rendah

Dr. Ginanjar Arum Desianti, Sp.P (K), Dokter Paru di RS Siloam MRCCC Semanggi

Dr. Ginanjar Arum Desianti

Diagnosis dan pengobatan kanker paru-paru

Untuk mendiagnosis kanker paru, beberapa langkah yang dapat dilakukan adalah rontgen dada untuk mencari kelainan, CT scan untuk mendapatkan gambaran detail, sitologi dahak untuk mendeteksi sel kanker pada dahak, dan biopsi melalui bronkoskopi untuk mengambil sampel jaringan. yang dicurigai.

Lebih lanjut, dokter jebolan Universitas Indonesia ini mengatakan, pengobatan kanker paru disesuaikan dengan jenis kanker dan tingkat penyebarannya. Beberapa pilihan pengobatan termasuk pembedahan, kemoterapi, radioterapi, terapi bertarget, dan imunoterapi. Setiap pasien menerima metode pengobatan yang disesuaikan dengan keadaan masing-masing.

Definisi EBUS (USG endobronkial)

Pada diskusi berikutnya, setelah diskusi singkat mengenai kanker paru-paru, Dr. Arum menjelaskan lebih lanjut tentang salah satu prosedur diagnostik kanker paru yaitu USG endobronkial atau biasa disebut EBUS.

EBUS adalah prosedur yang dilakukan untuk mendapatkan gambaran lebih jelas dan mengambil sampel dari saluran napas, paru-paru, dan kelenjar getah bening. Prosedur ini melibatkan penggunaan selang kecil yang dilengkapi kamera video dan USG yang dimasukkan melalui mulut dan tenggorokan.

Manfaat prosedur EBUS

EBUS memiliki beberapa keunggulan, antara lain kemampuannya memberikan sampel asli dari area yang dicakup, menghasilkan gambar detail untuk evaluasi patologis, dan memberikan anestesi sedang atau umum. Proses EBUS juga relatif cepat, dan sebagian besar pasien dapat pulang pada hari yang sama.

“EBUS dapat menjadi alternatif pilihan diagnosis yang tepat, karena akurasi dan tingkat keberhasilannya mencapai 95%. Dengan bantuan diagnosis EBUS, pasien tentunya akan mendapatkan proses pengobatan yang tepat untuk meningkatkan kualitas hidupnya,” ujar Dr. . Arum.

Prosedur prosedur EBUS

Beberapa langkah yang terlibat dalam proses EBUS meliputi:
A. Persiapan: Sebelum menjalani EBUS, pasien menjalani pemeriksaan pendahuluan, meliputi pemeriksaan fisik dan riwayat kesehatan. Pasien mungkin juga perlu berpuasa selama beberapa jam sebelum prosedur, sesuai anjuran dokter. Jika kondisi medis tertentu atau obat tertentu digunakan, dokter akan memberikan instruksi khusus mengenai obat tersebut.

B. Anestesi: EBUS dapat dilakukan dengan anestesi sedang atau umum tergantung pada situasi dan keinginan pasien. Penting bagi pasien untuk mengikuti petunjuk dokter mengenai perlunya makan atau minum sebelum prosedur dilakukan.

C. Memasukkan tabung USG endobronkial: Saat pasien dibius, dokter menempatkan tabung kecil yang dilengkapi kamera dan probe USG melalui mulut dan tenggorokan pasien. Tabung ini mencapai saluran udara, paru-paru, dan mungkin juga kelenjar getah bening di dekatnya.
D. Pemantauan visual: Saat selang EBUS dimasukkan, dokter menggunakan monitor untuk melihat gambar saluran udara, paru-paru, dan kelenjar getah bening secara real-time. Gambar ini membantu dokter untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi area yang dibutuhkan.

D. Aspirasi jarum transbronkial (TBNA): Selain visualisasi, dokter juga dapat melakukan teknik aspirasi jarum transbronkial (TBNA) selama EBUS. Teknik ini memungkinkan dokter mengambil sampel jaringan atau cairan dari paru-paru dan kelenjar getah bening di sekitarnya dengan menggunakan jarum kecil.
F. Penutupan dan pemulihan: Setelah prosedur selesai, tabung EBUS ditarik secara perlahan. Ketika efek anestesi hilang, pasien dimonitor secara berkala untuk memastikan pemulihan yang baik.

Setelah EBUS, dokter menggunakan sampel yang diambil selama prosedur untuk analisis lebih lanjut dan diagnosis kondisi pasien. Secara umum, pasien dapat pulang pada hari yang sama, namun hal ini juga bergantung pada keadaan individu dan petunjuk dokter. Jika Anda mengalami gejala atau masalah yang tidak biasa setelah operasi, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter.

Pemulihan setelah EBUS

Setelah prosedur EBUS, ada beberapa hal yang harus Anda perhatikan untuk memastikan pemulihan terbaik. Berikut beberapa langkah yang dapat Anda lakukan:
A. Istirahat dan Pemulihan: Setelah prosedur EBUS, penting bagi pasien untuk mendapatkan istirahat yang cukup agar tubuh dapat pulih. Hindari aktivitas berat dan pastikan Anda tidur nyenyak.
B. Perawatan Luka: Pasien mungkin mengalami ketidaknyamanan atau sakit tenggorokan setelah operasi. Minum air hangat bisa meredakan gejala tersebut. Jika terjadi pendarahan atau infeksi, segera temui dokter.
C. Pemantauan gejala: Setelah EBUS, pasien harus dimonitor untuk gejala yang tidak biasa, seperti demam, batuk darah, atau sesak napas yang semakin parah. Jika Anda mengalami hal ini, segera temui dokter.
D. Pencegahan infeksi: pasien harus mengikuti kebersihan dan kebersihan pribadi untuk menghindari infeksi pasca operasi. Cuci tangan hingga bersih dengan sabun dan air, hindari orang dan hindari kontak dengan orang sakit.

Pencegahan kanker paru-paru sangat penting. Merokok merupakan faktor risiko utama, jadi berhenti merokok merupakan langkah penting dalam pencegahan. Pola makan yang baik untuk kesehatan paru-paru, menjalani pola hidup sehat, melakukan pemeriksaan rutin ke dokter spesialis paru, dan menggunakan alat pelindung diri terhadap paparan bahan kimia juga dapat membantu mencegah kanker paru-paru.

Halaman selanjutnya

Untuk mendiagnosis kanker paru, beberapa langkah yang dapat dilakukan adalah rontgen dada untuk mencari kelainan, CT scan untuk mendapatkan gambaran detail, sitologi dahak untuk mendeteksi sel kanker pada dahak, dan biopsi melalui bronkoskopi untuk mengambil sampel jaringan. yang dicurigai.

Halaman selanjutnya



Sumber