Ketika mantan Presiden Jimmy Carter memasuki perawatan rumah sakit pada bulan Februari 2023, dunia menyaksikan seorang pria penting dalam sejarah memilih jalan yang bermartabat, damai, dan kemanusiaan di babak terakhir hidupnya. Kini, setelah ia meninggal dunia pada usia 100 tahun, pengalamannya merupakan pengingat yang kuat akan manfaat transformatif yang dapat diberikan oleh perawatan hospice tidak hanya bagi individu tersebut, namun juga bagi orang-orang yang mereka cintai.
Perawatan rumah sakit sering disalahartikan sebagai “penyerahan diri”, namun pilihan presiden Amerika Serikat ke-39 ini menggarisbawahi esensi sebenarnya: memprioritaskan kualitas hidup selama sakit parah. Dengan memilih perawatan rumah sakit, Carter menerima rencana yang dirancang untuk mengatasi rasa sakit, memberikan kenyamanan, dan memberikan dukungan emosional dan spiritual, semuanya di rumahnya di Plains, Georgia. dikelilingi oleh keluarga dalam lingkungan yang akrab dan penuh kasih sayang di rumah.
Kekuatan terbesar layanan hospice adalah pendekatannya yang berpusat pada pasien. Bagi mantan presiden tersebut, hal ini mungkin berarti menghabiskan hari-hari terakhirnya merawat orang-orang tercinta dan merefleksikan kehidupan yang didedikasikan untuk pelayanan publik daripada terus menerus melakukan intervensi medis. Rupanya, hal ini memungkinkan dia untuk menjalani saat-saat terakhirnya dengan caranya sendiri, sebuah bukti penghormatan rumah sakit terhadap otonomi pribadi.
Yang tidak kalah pentingnya adalah manfaat lebih luas yang diberikan oleh perawatan hospice kepada keluarga. Masa tinggal Carter yang lama di rumah sakit memungkinkan keluarganya mempersiapkan diri secara emosional atas kematiannya, menghargai momen-momen berharga, dan mengucapkan selamat tinggal tanpa gangguan steril dari lingkungan rumah sakit. Dari konseling duka hingga dukungan logistik, dukungan yang diberikan oleh para profesional rumah sakit meringankan beban emosional para perawat, menjadikannya sumber daya penting bagi keluarga yang melakukan perjalanan menuju akhir hidup orang yang mereka cintai.
Kehidupan Carter yang luar biasa ditandai oleh komitmennya terhadap martabat manusia, dan pengalaman rumah sakitnya mencerminkan prinsip yang sama. Saat ia memperjuangkan perdamaian dan kesetaraan secara global, ia mencontohkan bagaimana orang dapat menemukan kedamaian dan martabat dalam kematian. Pilihannya menantang stigma yang sering dikaitkan dengan hospice dan menyoroti potensinya untuk mengubah kisah kematian menjadi kisah yang penuh makna, cinta, dan penerimaan.
Ironisnya, pemerintahan Carter berperan penting dalam menetapkan Medicare Hospice Benefit, di mana pemerintahan tersebut meluncurkan proyek percontohan oleh Pusat Layanan Medicare dan Medicaid AS yang pada akhirnya mengarah pada pengesahan undang-undang rumah sakit federal. Sebelumnya, perawatan rumah sakit diberikan terutama oleh relawan yang mengandalkan kegiatan amal.
Seiring bertambahnya usia penduduk AS dan kemajuan teknologi dalam bidang kedokteran memperpanjang usia, namun tidak selalu kualitasnya, keputusan Carter untuk menerima perawatan rumah sakit menjadi contoh penting. Hal ini mendorong kita untuk memikirkan kembali pandangan budaya kita mengenai perawatan di akhir hayat, manfaat pengobatan modern untuk membantu memperpanjang hari-hari kita, dan bagaimana perawatan akhir hayat yang penuh kasih dapat menjadikan sisa hari-hari kita benar-benar bermakna.
Untuk menghormati warisan Jimmy Carter, mari kita tidak hanya merayakan daftar pencapaiannya, namun juga merefleksikan rahmat dan keberanian yang ia gunakan untuk mendekati babak terakhir dalam hidupnya. Perjalanannya mengingatkan kita bahwa perawatan rumah sakit bukanlah tentang “menyerah” atau menyerah pada kematian, namun tentang menjalani setiap momen dengan tujuan, kasih sayang, dan bermartabat.
Stacey Manley adalah Wakil Presiden dan Kepala Urusan Masyarakat Hospice East Bay.