Cuplikan kisah perjuangan Abah Guru Sekumpul melawan penyakit

Minggu, 5 Januari 2025 – 00:14 WIB

Banjar, VIVA – Perjalanan KH Muhammad Zaini bin Abdul Ghani alias Abah Guru Sekumpul yang dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD), Ratu Zalecha Martapura, Kabupaten Banjar, merupakan kisah penuh makna.

Baca juga:

Temui Abah Guru Sekumpul, ulama Banjar generasi ke 8 Syekh Arsyad Al-Banjari

Sejak tahun 2004 hingga 2005, Abah Guru Sekumpul menjalani cuci darah dua kali seminggu di rumah sakit daerah.

Syahrudin Abah, salah satu perawat unit hemodialisis RSUD Ratu Zalecha mengungkapkan pengalaman tak terlupakannya merawat Guru Sekumpul.

Baca juga:

Mendukung pelaksanaan Haul Aba Guru Sekumpul ke-20, Gubernur Kalsel menyalurkan 1,5 ton ikan ke dapur umum.

KH Muhammad Zaini bin Abdul Ghani atau lebih dikenal dengan Abah Guru Sekumpul.

Foto:

  • VIVA.co.id/Muhammad Faidurrahman (Kalimantan Selatan)

Menurutnya, Abah Guru Sekumpul adalah tipe orang sabar yang penuh ketenangan dan pengertian terhadap seluruh staf bahkan pasien lainnya.

Baca juga:

Guru D-2 Abah berkumpul di Kalimantan Selatan, kamar hotel di sekitar lokasi penuh

“Kalaupun kadang lupa memasang peralatan, beliau tidak pernah marah. Malah beliau sabar mengingatkan,” ujarnya, Sabtu, 4 Januari 2025.

Menurut Syahrudin, KX Muhammad Zaini kerap berkomunikasi dengan pasien lain selama menjalani perawatan. Mulai dari obrolan ringan hingga candaan.

“Beliau (Abah Guru Sekumpul) sering mengatakan bahwa semua pasien cuci darah di sini adalah temannya. Suatu kebanggaan bagi kami bisa menjaga teman-teman Abah Guru Sekumpul. Kami berharap mendapat restunya,” ujarnya.

Selain itu, setiap Abah Guru Sekumpul berobat, beliau selalu meninggalkan sejumlah uang untuk membantu pasien cuci darah lainnya. “Dia memerintahkan uang itu untuk dibagikan kepada pasien cuci darah lainnya karena dia menganggap mereka adalah bagian dari keluarga,” ujarnya.

Diketahui, RSUD Ratu Zalecha memiliki berbagai peralatan kesehatan yang digunakan Abah Guru Sekumpul selama menjalani perawatan.

Kasur yang digunakannya masih digunakan oleh pasien lain, sementara mesin dan peralatan medis lainnya yang rusak tetap dijaga dengan baik.

“Semua peralatan kesehatan yang kami gunakan oleh Aba Guru Sekumpul masih kami simpan sebagai kenang-kenangan,” ujarnya.

Perjuangan Abah Guru Sekumpul melawan penyakit bukan hanya kisah kegigihan namun juga kisah kasih sayang, ketulusan dan kepedulian terhadap sesama.

Dikenal dengan nama KH Muhammad Zaini bin Abdul Ghani atau Abah Guru Sekumpul, beliau merupakan seorang pendeta kharismatik asal Kalimantan Selatan (Kalsel).

Peringatan perjalanan Abah Guru Sekumpul diperingati pada tanggal 5 Rajab 1446 H atau tanggal 5 Januari 2025. Masyarakat dari berbagai daerah, termasuk luar Kalimantan Selatan, mengunjungi acara tahunan Guru Sekumpul Haul di Martapura.

Abdul Ghani bin Abdul Manaf bin Muhammad Semon lahir dari pasangan Masliah binti H Muliya bin Muhyiddin. Abah Guru Sekumpul dikenal sebagai sosok yang mengabdikan hidupnya pada ilmu pengetahuan di bidang agama dan sosial kemasyarakatan.

Terbukti, meski mengidap penyakit gagal ginjal yang mengharuskan cuci darah dua kali seminggu, Abah Guru Sekumpul tetap rutin menyelenggarakan pengajian di musala Ar-Raudha yang terletak di depan rumahnya. Pada tanggal 10 Agustus 2005, Abah Guru Sekumpul meninggal dunia pada usia 63 tahun.

Halaman berikutnya

“Beliau (Abah Guru Sekumpul) sering mengatakan bahwa semua pasien cuci darah di sini adalah temannya. Suatu kebanggaan bagi kami bisa menjaga teman-teman Abah Guru Sekumpul. Kami berharap mendapat restunya,” ujarnya.

Halaman berikutnya



Sumber