Rabu, 8 Januari 2025 – 16:24 WIB
Sendirian, LANGSUNG – Komite Paralimpiade Nasional Indonesia (NPC) menggunakan berbagai cara untuk mencari bibit-bibit terbaik atlet disabilitas Tanah Air. Salah satunya adalah implementasi program “Breaking the Borders” yang akan dimulai pada Maret 2025. Agar program ini sukses terlaksana, tim pencari bakat NPC Indonesia akan berangkat ke 38 provinsi untuk mencari atlet-atlet muda potensial. Para atlet muda tersebut kemudian dipantau dan diseleksi untuk mengikuti pemusatan latihan di Solo
Baca juga:
Anggaran peparnas belum jelas, lapor Presiden NPC Indonesia Jokowi
Diketahui, kontingen yang dikirim ke Paralimpiade Paris 2024 oleh NPC Indonesia ternyata menorehkan sejarah baru dengan berhasil mengumpulkan 14 medali. Indonesia pun berhasil menjadi juara umum tiga kali berturut-turut pada ASEAN Para Games edisi 2017, 2022, dan 2023.
Namun NPC Indonesia sedang memikirkan program jangka panjang termasuk meraih prestasi di Paralimpiade Los Angeles 2028, sehingga dicanangkan program Breaking Boundaries untuk memaksimalkan pencarian atlet muda potensial.
Baca juga:
Lampaui Target, NPC Indonesia Apresiasi Dukungan Menpora Dito Terhadap Atlet Paralimpiade
Ketua Umum NPC Indonesia Senni Marbun menaruh harapan besar terhadap pembinaan atlet-atlet muda Tanah Air. Regenerasi atlet harus optimal demi keuntungan jangka panjang.
“Indonesia negara besar. Indonesia tidak boleh hanya mendapat satu atau dua medali emas di Paralimpiade. Makanya kita harus berani ke daerah. Kalau tidak berani ke daerah, menurut saya” Kita bisa”. bahannya berkualitas tinggi. Saya tidak akan menangis,” kata Senni Marbun di kantor NPC Indonesia, Selasa, 7 Januari 2025.
Baca juga:
Desain Seragam Atlet Indonesia di Paralimpiade 2024 Bermakna
Program “Breaking the Boundaries” yang dilaksanakan pada bulan Maret hingga Desember 2025 ini diperuntukkan bagi atlet muda dengan usia maksimal 23 tahun. Sebanyak 100 atlet telah ditugaskan di setiap provinsi, diawasi oleh panel ahli NPC Indonesia.
Atlet yang terlihat juga dibagi menjadi tiga kategori: hambatan fisik (50 persen), hambatan intelektual (25 persen), dan hambatan visual (25 persen). 100 atlet terpilih dari program “Menembus Batas” akan menjalani pemusatan latihan di kota Solo.
“Kita pantau atlet-atletnya berdasarkan potensinya. Setelah itu, kita ajak latihan individu selama tiga bulan. Kita lihat kemampuannya, prestasinya, bisa kita kembangkan atau tidak. Lalu kita lihat juga kemauannya. Dan ada mentalitas, “katanya. dia.
Program ini juga merupakan bagian dari upaya NPC Indonesia untuk memberikan kesempatan yang sama kepada penyandang disabilitas di seluruh Indonesia. Menurut Senni Marbun, banyak talenta muda yang bisa mengharumkan nama Indonesia, seperti Leani Ratri Oktila dan lainnya. telah menjadi andalan selama bertahun-tahun.
“Melalui ajang Peparnas, kita sudah menggaet banyak atlet. Tapi untuk bisa lebih maksimal kita harus turun ke daerah-daerah. Paling tidak kita fokus ke mereka. Kita ajak penyandang disabilitas dari daerah yang belum tersentuh untuk ikut mengharumkan nama negara. yakin bahwa mereka akan melakukannya di kancah internasional.
Sementara itu, Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) NPC Indonesia Rima Ferdianto menjelaskan, program Breaking the Boundaries sangat penting agar para atlet di daerah bisa lebih fokus pada potensi yang dimilikinya.
Menurut Rima, pantauan pada ajang Peparnas XVII 2024, banyak atlet muda yang mempelajari olahraga tidak sesuai potensinya. Nantinya, tim ahli akan ditugaskan ke daerah untuk melihat bakat masing-masing atlet dan membimbing mereka mempelajari olahraga sesuai potensinya.
“Jika mereka berlatih dari awal pada cabang olahraga yang sesuai dengan potensinya, maka atletnya pasti akan jauh lebih baik. Makanya kami ingin memaksimalkannya melalui program ini,” kata Rima.
Kuota atlet yang dikirim ke Kota Solo juga diatur agar atlet dari kendala tertentu tidak menumpuk. Hingga saat ini, NPC regional seringkali hanya fokus pada disabilitas intelektual dan tunanetra.
“Kadang di daerah yang direkrut hanya penyandang disabilitas mental 100 persen atau tunanetra 100 persen, itu mudah ditemukan di SLB. Padahal pendukung utama kita adalah atlet disabilitas fisik. Makanya ada kuota yang akan kita berikan, jadi daerah Harusnya aparat berusaha keras menjaring atlet, dengan kendala kuota,” jelas Rima.
Atlet-atlet muda program Breaking the Boundaries berkesempatan berlatih di Pusat Latihan Paralimpiade Indonesia (PPPI) yang berlokasi di Delingan, Kabupaten Karanganyar. Usai pembukaan PPPI Karanganyar, ada 10 cabang olahraga yang bisa dipraktikkan.
Halaman selanjutnya
“Kita pantau atlet-atletnya berdasarkan potensinya. Setelah itu, kita ajak latihan individu selama tiga bulan. Kita lihat kemampuannya, prestasinya, bisa kita kembangkan atau tidak. Lalu kita lihat juga kemauannya. Dan ada mentalitas, “katanya. dia.