Tanggapan Kritik Penyair Payakumbuh, Denny JA: Campuran Puisi Esai dengan Satupena

Kamis, 18 Juli 2024 – 22:39 WIB

Jakarta – Ketua Umum Satupena Denny JA angkat bicara soal bantahan kehadiran Satupena di Kota Payakumbuh. Denny JA pun mengapresiasi pernyataan para penyair Payakumbuh sebagai wujud hak berekspresi seluruh warga negara Indonesia.

Baca juga:

Kritik Keras Yenni Vahid terhadap 5 Kader NU yang Datang ke Israel: Agak Bodoh!

Meski demikian, Denny JA menyatakan akan mengoreksi beberapa fakta yang diungkapkan dalam pernyataan keterbukaan tersebut. Intinya para pemohon tidak membedakan antara puisi esai dan puisi satupena.

Menurutnya, puisi esai dan Satupena merupakan dua entitas yang sangat berbeda. Suatu kebetulan bahwa dia adalah ketua umum kedua organisasi tersebut.

Baca juga:

Korps Bhayangkara Tak Alergi Kritik Pembenahan Organisasi, Kata Kapolri

Denny JA dalam keterangannya mengatakan, “Seluruh persepsi terhadap puisi esai yang dirasakan oleh pengarang pernyataan di atas bukanlah bagian yang perlu dikoreksi. Karena persepsi tersebut termasuk opini. Pendapat adalah zona bebas dimana siapa pun boleh berpendapat,” di Jakarta, Kamis 18 Juli 2024.

Baca juga:

Netizen menyebut Kiki Saputri munafik usai membuat konten yang mengkritik nepotisme

Dalam hal ini, Denny JA merasa berbeda pendapat dengan 12 orang yang menandatangani surat pernyataan soal puisi esai tersebut.

Namun soal fakta yang salah, kata Denny JA, fakta sebenarnya harus diungkapkan. Denny JA menjelaskan, Satupena merupakan organisasi Ikatan Penulis Indonesia yang berdiri pada tahun 2017. Anggotanya adalah penulis sastra, buku ilmiah, buku fiksi, jurnalis, blogger dan penulis lainnya.

“Di antara anggotanya ada tokoh-tokoh nasional yang mengenal baik masyarakat Payakumbuh. Keinginan mereka adalah memberikan wadah bagi para penulis dan memberikan pendampingan profesional, memperluas jaringan, menerbitkan karya dan melindungi hak-hak penulis,” ujarnya.

Denny JA mengaku bukan pendiri dan saat itu belum menjadi anggota Satupena. Denny JA menjabat sebagai anggota dan ketua Satupena sejak tahun 2021 dan akan berakhir pada tahun 2026.

Setelah berhenti menjadi ketua umum “Satupena”, ia terus mengatakan bahwa organisasi ini akan terus berlanjut dan ketua umum akan dipilih oleh penulis lain.

Siapa pun berpeluang menjadi ketua, termasuk 12 penandatangan, jika anggota Satupena mendukung, ujarnya.

Oleh karena itu, kata Denny JA, wajar jika Pj Wali Kota Payakumbuh bersedia menggandeng Satupena Sumbar dalam rencana pembangunan museum untuk Yu Dafu, sastrawan Tionghoa yang pernah tinggal di Payakumbuh.

“Satupena merupakan organisasi kepenulisan yang berskala nasional. Semua anggotanya orang Indonesia. Beda dengan puisi esai. Perkumpulan puisi esai ini anggotanya tersebar di negara-negara ASEAN. Bahkan di Sabah, Malaysia, sudah tiga kali diselenggarakan dan diselenggarakan dengan didanai oleh pemerintah Malaysia,” ujarnya.

Menurut Denny JA, jika penyair Payakumbuh keberatan dengan puisi karangan tersebut, maka hal itu menjadi persoalan tersendiri bagi penyair Payakumbuh. Perbedaan pendapat mengenai puisi ini adalah hal yang wajar. Karena tidak ada satu hal pun yang dapat disetujui oleh semua orang di muka bumi ini.

“Tidak pantas membentuk kesan negatif terhadap Satupena berdasarkan kritik terhadap esai pribadi dan puisi JA Denny,” ujarnya.

Halaman selanjutnya

“Di antara anggotanya ada tokoh-tokoh nasional yang mengenal baik masyarakat Payakumbuh. Keinginan mereka adalah memberikan wadah bagi para penulis dan memberikan pendampingan profesional, memperluas jaringan, menerbitkan karya dan melindungi hak-hak penulis,” ujarnya.

Halaman selanjutnya



Sumber