Temukan potensi besar pengelolaan investasi di Indonesia

Senin, 13 Januari 2025 – 05:21 WIB

VIVA – Peluncuran Badan Pengelola Investasi Anagata Nusantara Power atau Danantara yang dijadwalkan pada 7 November 2024 terpaksa ditunda. Sebab, keputusan pemerintah dan keputusan presiden (perpres) yang menjadi dasar hukum pembentukan badan ini belum selesai.

Baca juga:

Kisah penyanyi sukses Mohammad Gustidine yang berkecimpung di bidang properti dan investasi

Pada tahap awal, Danantara akan mengendalikan 7 BUMN dengan aset kelolaan sebesar USD 600 miliar atau sekitar Rp 9.480 triliun (kurs Rp 15.800). Danantara juga merupakan wadah bagi Otoritas Investasi Indonesia (INA), menjadikan Danantara sebagai dana kekayaan negara (SWF) terbesar keempat di dunia.

Nailul Huda Danantara, Ekonom Pusat Penelitian Ekonomi dan Hukum (Celios), mengatakan Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi pilar penting dalam pengelolaan investasi. Hal ini diharapkan bisa menjadi solusi untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi 8 persen yang dicanangkan Presiden Prabowo Subianto.

Baca juga:

Fitur pintar untuk kontrol penuh atas peluang perdagangan, investasi

“Kita tidak bisa hanya mengandalkan konsumsi rumah tangga, kita perlu sumber baru, salah satunya investasi. Dengan investasi yang dikelola dengan baik, kita bisa melihat perbaikan ekonomi yang signifikan,” kata Nailul Huda, Senin (13/1).

Baca juga:

Untuk mendorong investasi asing, Bank Mandiri akan mempromosikan sektor IT kepada investor Hong Kong

Menurutnya, Danantara dirancang untuk mengelola investasi besar yang bertujuan untuk merangsang pertumbuhan ekonomi, mempercepat pembangunan infrastruktur, dan meningkatkan daya saing Indonesia secara global. Namun, tanpa adanya payung hukum yang jelas, proses peluncuran dan pengelolaan lembaga ini tidak mungkin dilakukan.

Keterlambatan ini tentu menimbulkan pertanyaan besar mengenai dampaknya terhadap perekonomian Indonesia dan manfaat yang diharapkan dari lembaga ini. Salah satunya adalah mengelola investasi pemerintah di luar anggaran pendapatan dan belanja negara, serta menciptakan pengelolaan investasi yang lebih efisien.

Dia mengamini aset investasi BUMN saat ini tidak dimanfaatkan sebagaimana mestinya. Dengan demikian, dengan hadirnya Danantara, diharapkan pengelolaannya dapat berkontribusi positif terhadap perekonomian negara.

“Jika dikelola oleh Danantara, kami berharap akan ada pengelolaan yang lebih profesional dan fokus, yang pada akhirnya berkontribusi positif terhadap pertumbuhan ekonomi,” ujarnya.

Dari sisi kepemimpinan, Danantara memiliki pemimpin yang berpengalaman dan rekam jejak yang solid dalam pengelolaan investasi. Hal ini tentu akan membantu Danantara berjalan secara efisien dan efektif, serta terhindar dari campur tangan politik.

“Dengan model pengelolaan yang profesional, Danantara diharapkan dapat mengurangi risiko intervensi dan menciptakan lingkungan investasi yang lebih stabil,” ujarnya.

Lebih lanjut ia menjelaskan mengapa hanya BUMN sehat yang dikelola Danantara. Danantara, kata dia, bukanlah lembaga yang fokus menyelamatkan perusahaan-perusahaan yang kinerjanya buruk, namun berfokus pada pengelolaan aset untuk memaksimalkan potensi yang ada.

“Kalau kita lihat, Danantara bukanlah rekapitalis yang mengurusi perusahaan-perusahaan yang sakit,” ujarnya.

Dengan segala kapasitas dan dukungan yang dimiliki, Danantara diharapkan dapat menjadi lembaga yang efektif dalam mengelola aset publik, mendorong pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dan menciptakan dampak sosial yang positif.

Halaman berikutnya

Dia mengamini aset investasi BUMN saat ini tidak dimanfaatkan sebagaimana mestinya. Dengan demikian, dengan hadirnya Danantara, diharapkan pengelolaannya dapat berkontribusi positif terhadap perekonomian negara.

Halaman berikutnya

Sumber