Jumat, 15 November 2024 – 20.57 WIB
Jakarta – Industri energi di Indonesia harus didorong untuk menerapkan prinsip-prinsip lingkungan, sosial dan tata kelola (Lingkungan Hidup, Sosial dan Pemerintahan/ESG) sebagai bagian dari gaya hidup perusahaan, bukan sekadar formalitas atau pencitraan. Hal ini penting dalam mempercepat transisi energi bersih menuju Net Zero Emissions (NZE) yang digagas pemerintah.
Baca juga:
Pemberdayaan Perempuan Raih Penghargaan Prinsip Pemberdayaan Perempuan Indonesia BRI 2024
Ahmad Safruddin, Direktur Eksekutif Komite Penghapusan Bensin Bertimbal (KPBB), mengatakan diperlukan perubahan pola pikir para pelaku industri energi dan ketenagalistrikan untuk mempercepat transisi ke energi ramah lingkungan. Prinsip-prinsip ESG harus ditekankan sebagai bagian dari cara hidup perusahaan.
“Mulai dari CEO, manajemen, hingga pegawai di bawahnya, ESG sangat perlu menjadi satuan yang harus diimplementasikan. gaya hidupTIDAK cucian hijaukata Safrudin mengutip keterangannya, Jumat 15 November 2024.
Ia berharap para peserta industri energi dan ketenagalistrikan dapat menerapkan sepenuhnya prinsip-prinsip ESG pada Electricity Connect 2024 yang akan diselenggarakan di Jakarta Central Convention Center (JCC) pada 20-22 November.
Baca juga:
Langkah nyata BRI menuju ekonomi hijau, portofolio pembiayaan berkelanjutan mencapai Rp764,8 triliun
“Hampir semua perusahaan, termasuk energi, perusahaan kendaraan listrik, semuanya menggunakan ESG. cucian hijau Nah, inilah masalahnya. Ya, kami meragukannya, karena nyatanya masih banyak orang yang menggunakannya cucian hijauujar Safrudin.
Baca juga:
BTN meyakini pendapatan DPK akan tumbuh di atas rata-rata industri hingga akhir tahun 2024
Pengamat lingkungan perkotaan ini mencatat, pelaku industri telah berubah pemikiran mereka siap mengadopsi prinsip-prinsip ESG ke dalam kebijakan setiap perusahaan “Inilah yang dimaksud dengan (ESG) dalam kehidupan sehari-hari. gaya hidup mereka sedang bekerja. Jika diputar gaya hidup, pemikiran– Ya pemikiran ESG bijaksana nyata“, jelas Safrudin.
Sekadar informasi, program transisi energi bersih NZE 2060 masih menjadi tantangan bagi para pemangku kepentingan mulai dari pemerintah, industri energi hingga pengawas lingkungan hidup. Salah satunya terkait aspek ESG yang menjadi prinsip penting dalam pengelolaan aktivitas perusahaan.
Masalah perubahan iklim (perubahan iklim) dan pemanasan global telah mengubah cara pandang investor dan konsumen terhadap “proses seleksi” perusahaan yang memiliki komitmen keberlanjutan (stabilitas). Perusahaan yang mengadopsi prinsip-prinsip ESG diharapkan lebih sadar akan permasalahan lingkungan dan sosial dalam setiap keputusan bisnisnya, terutama yang berkaitan dengan kebijakan jangka panjang.
Pelaku industri yang menerapkan prinsip ini tidak hanya akan mendapatkan keuntungan finansial, namun juga dapat memberikan dampak positif terhadap lingkungan, termasuk masyarakat. Dengan demikian, pada akhirnya, kebijakan perusahaan berkontribusi terhadap terciptanya ekonomi hijau yang berkelanjutan.
Menyikapi hal tersebut, pemerintah menyelenggarakan acara Sambung Listrik 2024 bekerja sama dengan Perusahaan Listrik Indonesia (MKI) dan PT PLN (Persero), perusahaan pelat merah di bawah naungan Kementerian BUMN. “Melampaui kekuatan untuk memberdayakan masa depan” Guna memperkuat kerja sama lintas sektor dalam percepatan transisi menuju energi baru terbarukan (EBT).
“Lebih dari 500 peserta pameran dan 15.000 pengunjung dari berbagai profesi yang fokus di bidang energi kelistrikan akan berpartisipasi dalam acara ini. “Pada acara ini, para pemangku kepentingan dan peserta industri ketenagalistrikan diharapkan tidak hanya berbagi informasi mengenai teknologi energi ramah lingkungan, namun juga berbagi wawasan mengenai jaringan pintar, memperkuat kerja sama global untuk mencapai transisi ke energi NZE pada tahun 2060,” kata ketua dari konferensi tersebut. organisasi. Panitia Penyambungan Listrik 2024 Arsyadanny G Akmalaputri.
Halaman selanjutnya
Pelaku industri yang menerapkan prinsip ini tidak hanya akan mendapatkan keuntungan finansial, namun juga dapat memberikan dampak positif terhadap lingkungan, termasuk masyarakat. Dengan demikian, pada akhirnya, kebijakan perusahaan berkontribusi terhadap terciptanya ekonomi hijau yang berkelanjutan.