Selasa, 14 Januari 2025 – 21.20 WIB
Sulawesi, VIVA – Indonesia sangat kaya akan keindahan alam yang juga terkenal di luar negeri. Namun tak hanya keindahan alam seperti gunung dan pantai saja, Indonesia juga menyimpan banyak tempat wisata tersembunyi yang belum banyak diketahui orang.
Baca juga:
Natal Tahun Baru, Pameran Sisa-sisa Manusia Purba Tarik Ribuan Pengunjung Museum Nasional Indonesia
Salah satunya adalah Taman Purbakala Leang-leang atau Leang-leang Archaeological Park, sebuah situs bersejarah yang terletak di kawasan karst Maros-Pangkep di Sulawesi Selatan. Scroll untuk lebih jelasnya, yuk!
Fadli Zon, Menteri Kebudayaan RI, membuka Taman Purbakala dan Pusat Informasi Gambar Prasejarah Leang-leang sebagai simbol komitmen Kementerian Kebudayaan terhadap pelestarian warisan budaya, serta posisinya sebagai pusat kebudayaan. kepulauan. peradaban tertua di dunia.
Baca juga:
Pameran baru manusia purbakala di Museum Nasional, Fadli Zon mengajak generasi muda untuk berkunjung
Kawasan Leang-leang menyimpan bukti aktivitas manusia purba di nusantara. Oleh karena itu, banyak hal yang perlu dilestarikan agar tempat bersejarah ini dapat diketahui masyarakat umum.
“Lukisan gua yang berumur 35.000 hingga 51.200 tahun lalu ini bukan sekadar goresan, melainkan cerminan imajinasi dan kreativitas masyarakat zaman dahulu. Situs ini mengingatkan kita bahwa nusantara adalah laboratorium alam evolusi manusia,” ujarnya. Fadli Zon, Menteri Kebudayaan RI, dikutip Selasa 14 Januari 2025 dalam keterangannya.
Baca juga:
Profil Kapolda Daniel, Kapolda Papua Barat, yang meminta maaf setelah anak buahnya salah mengeja kata “orang pertama”.
Penemuan pertama di Leang-Leang tercatat pada tahun 1905 oleh naturalis Swiss Fritz dan Paul Sarasin, disusul penelitian HR van Heekeren pada tahun 1950. Lukisan prasejarah di Leang-Leang mengukuhkan kawasan ini sebagai saksi perjalanan panjang peradaban manusia. .
“Penemuan-penemuan ini meruntuhkan dominasi teori ‘out-of-Africa’ yang menyatakan bahwa manusia purba tidak hanya berkembang di Afrika, namun juga mencapai kemajuan signifikan di nusantara,” kata Fadli.
Selain Liang-Leang, Menbudpar juga mengunjungi gua-gua dengan lukisan prasejarah tertua di dunia, antara lain Leang Pettakere, Leang Jari dengan cetakan tangan berusia 39.500 tahun, dan Leang Karampuang yang memiliki lukisan naratif tertua di dunia dengan usia 51.200 tahun.
Di sela peresmian dan kunjungannya ke situs arkeologi Leang-leang, Menbudpar juga membahas inisiatif pelestarian warisan budaya berbasis masyarakat. Dialog ini mempertemukan berbagai pemangku kepentingan, termasuk komunitas konservasi budaya dan akademisi, untuk memperkuat kerja sama dalam mendukung pengakuan UNESCO terhadap Kawasan Karst Maros-Pangkep sebagai Situs Warisan Dunia (World Heritage List).
“Leang-leang memiliki nilai universal yang sebanding dengan taman arkeologi Pompeii di Italia, Petra di Yordania, dan Colosseum di Roma. Pengakuan ini memperkuat narasi bahwa peradaban besar tidak hanya lahir di Eropa, namun memiliki akar yang kuat di nusantara. . Kita harus memulihkannya”, Kita harus kembali memperkenalkan diri sebagai salah satu peradaban tertua dan memastikan dunia memahami bahwa Indonesia adalah rumah bagi peradaban manusia purba. salah satunya adalah seni cadas tertua yang diketahui, berisi kisah-kisah perjalanan manusia sejak puluhan tahun yang lalu. ribuan tahun,” kata Fadli.
Menurutnya, peran aktif masyarakat dan masyarakat setempat sangat diperlukan sebagai ujung tombak pertama para penjaga benda-benda berharga tersebut. Sebagai bagian dari pengembangan kawasan ini, Taman Purbakala Leang-leang dimaksudkan sebagai pusat pendidikan dan konservasi.
Berbagai fasilitas, seperti Pusat Informasi Gambar Prasejarah, berfungsi sebagai sarana pembelajaran interaktif dan terbuka untuk masyarakat luas, menghubungkan sains dengan pengalaman langsung. Fadli Zon menambahkan, taman ini harus menjadi destinasi wisata budaya unggulan di Indonesia bahkan dunia.
Peresmian ini menggarisbawahi visi besar Indonesia untuk melestarikan peran nusantara sebagai titik awal narasi sejarah dunia, evolusi dan ekspresi kebudayaan manusia.
“Leang-leang merupakan simbol kebesaran peradaban Indonesia. “Melalui pelestarian dan pemanfaatan secara bijak, warisan ini akan kita jadikan jembatan antara masa lalu dan masa depan bangsa,” pungkas Fadli.
Halaman berikutnya
Di sela peresmian dan kunjungannya ke situs arkeologi Leang-leang, Menbudpar juga membahas inisiatif pelestarian warisan budaya berbasis masyarakat. Dialog ini mempertemukan berbagai pemangku kepentingan, termasuk komunitas konservasi budaya dan akademisi, untuk memperkuat kerja sama dalam mendukung pengakuan UNESCO terhadap Kawasan Karst Maros-Pangkep sebagai Situs Warisan Dunia (World Heritage List).