Rabu, 15 Januari 2025 – 11:59 WIB
Jakarta – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia pada Desember 2024 surplus US$2,24 miliar, atau turun dibandingkan November 2024. Dengan demikian, surplus neraca perdagangan ini terjadi selama 56 tahun berturut-turut.
Baca juga:
Harga Emas Hari Ini 15 Januari 2025: Produk Antam Bersinar, Buat Perbedaan Secara Global
“Pada bulan Desember 2024, neraca perdagangan mencatat surplus sebesar $2,24 miliar, turun sebesar $2,31 miliar dibandingkan bulan sebelumnya. Dengan demikian, neraca perdagangan Indonesia mengalami surplus selama 56 bulan berturut-turut sejak Mei 2020,” ujar Plt. Kepala BPS. , Amalia Adininggar Vidyasanti pada jumpa pers, Rabu 15 Januari 2025.
Amalia menjelaskan surplus perdagangan Indonesia ditopang oleh komoditas nonmigas. Dalam hal ini, penyumbang kelebihan terbesar adalah bahan bakar mineral, minyak dan lemak nabati, serta besi dan baja.
Baca juga:
Kuasai Pasar Global, Ekspor Durian Vietnam Capai Rp 53 Triliun di 2024
“Pada saat yang sama, terjadi defisit sebesar 1,76 miliar dolar AS pada neraca perdagangan barang migas, barang penyumbang defisit adalah minyak bumi dan minyak mentah,” ujarnya.
Baca juga:
Harga Emas Hari Ini 14 Jan 2025: Komoditas Antam Turun, Global Meroket
Sementara di antara mitra dagang, AS, India, dan Filipina mengalami surplus. Dalam praktiknya, saldo positif neraca perdagangan dengan Amerika Serikat adalah sebesar 1,75 miliar dolar AS.
“Amerika Serikat surplus US$1,75 miliar, India surplus US$1,02 miliar, dan Indonesia surplus US$0,64 miliar dengan Filipina,” jelasnya.
Selain itu, Indonesia menghadapi defisit perdagangan sebesar US$1,5 miliar, Australia US$0,49 miliar, dan Brazil US$0,33 miliar dengan beberapa negara seperti China.
Halaman berikutnya
“Amerika Serikat surplus US$1,75 miliar, India surplus US$1,02 miliar, dan Indonesia surplus US$0,64 miliar dengan Filipina,” jelasnya.