Apakah Anda lebih suka makan sushi daripada ramen? Hati-hati, Mirin dan Shoyu tidak halal di dalamnya

Selasa, 17 September 2024 – 00:00 WIB

Jakarta, VIVA – Pecinta makanan Jepang harus berhati-hati, terutama umat Islam. Pasalnya, restoran sushi biasanya menggunakan mirin yang belum diketahui kehalalannya, apalagi tempat makan yang belum memiliki sertifikasi halal.

Baca juga:

Ini adalah rangkaian yang harus Anda lalui untuk mendapatkan sertifikat halal

Mirin sendiri merupakan obat dapur masakan Jepang berupa cairan beralkohol berwarna kuning dengan rasa manis, kandungan gulanya 40-50 persen, dan alkoholnya mencapai 10-14 persen. Gulir ke bawah untuk mempelajari lebih lanjut!

Penggila gaya hidup halal Anka Syah menjelaskan, sushi pada hakikatnya halal asalkan tidak menggunakan mirin.

Baca juga:

Berburu masakan di AEON CitraRaya Tangerang, Ramen menjadi pojok yang paling banyak dicari

“Mirin itu khamr atau arak beras, mengharamkan makanan yang aslinya halal,” kata Anka Syah saat ditemui dalam acara HUT ke-21 Sushi Tei Group yang telah mengantongi sertifikat halal LPPOM MUI sejak 2018.

Gambar ramen, ramyun, lamen

Baca juga:

Momen mengharukan ibu Jessica Wongso menyaksikan bayinya makan dalam-dalam

Tak hanya mirin, pria yang akrab disapa Bang Anka ini juga mengungkapkan, shoyu yang biasa terdapat pada kuah ramen juga dilarang.

“Sama halnya dengan shoyu. Shoyu mungkin haram karena mengandung alkohol. “Dan terkadang ada merek yang mencampurkan shoyu dengan mirin,” ujarnya.

“Mirin itu ibarat bumbu, kalau di Indonesia itu ibarat mecin, hampir dipakai di semua masakan mereka (masakan Jepang). Oleh karena itu, jika makanan Jepang menggunakan mirin, maka makanan tersebut menjadi haram, tambahnya.

Jujur saja Anka bilang rasa mirinnya harus diubah. Selain itu, ada banyak pengganti mirin di pasaran yang bersertifikat halal.

“Biasanya setiap restoran punya kesukaan tertentu, mungkin bisa mencampurkan cuka, gula, dan lemon sebagai pengganti mirin,” jelasnya.

“Jadi carilah penggantinya, jangan sampai hilang rasanya. “Pasti akan diganti dengan yang halal,” tambah Anka.

Lebih lanjut Anka menjelaskan, mirin biasanya terdapat pada nasi di sushi. Sedangkan pada ramen atau udon, shoyu umumnya ditambahkan ke dalam kuahnya. Lalu bagaimana dengan sashimi?

“Kalau sashimi biasanya ditambahkan mirin agar ikannya tidak amis. Mirin rasanya manis. Tapi itu jarang terjadi pada sashimi, karena sashimi harus segar,” ujarnya.

Menurut Anka, kandungan alkohol pada mirin sangat tinggi sehingga tidak halal.

“Mirin banyak mengandung alkohol, biar nasinya kaya rasa, dicampur cuka beras atau mirin. Jadi, kalau diminum, memabukkan,” kata Bang Anka.

Halaman selanjutnya

“Biasanya setiap restoran punya kesukaan tertentu, mungkin bisa mencampurkan cuka, gula, dan lemon sebagai pengganti mirin,” jelasnya.

Usai menjemput putrinya, Nikita menyebut Vadel Bajide kabur dari rumah



Sumber