Generasi Z tampil berbeda, cerita di balik brand Muslimah

Sabtu, 18 Januari 2025 – 10:48 WIB

Jakarta – Generasi Z (Gen Z) atau generasi yang lahir pada pertengahan tahun 1990-an dan awal tahun 2010-an seringkali terjerumus dalam perangkap stigma negatif. Mereka sering dianggap sebagai generasi yang malas, terbelakang mental, sangat santai dan tidak memiliki etos kerja. Stereotip ini seringkali menempatkan Gen Z di bawah bayang-bayang generasi sebelumnya, seperti generasi milenial dan baby boomer, yang dianggap lebih tangguh dan disiplin.

Baca juga:

Sosok Nanang Gimbal Brigjen TNI Hendravan Ostevan sebelum potong rambut usai membunuh Sandy Permana

Namun stigma tersebut tidak sepenuhnya mencerminkan kenyataan. Gulung lagi, oke?

Salah satu contoh yang membuktikan stigma ini salah adalah Safwa Najla, 19 tahun, seorang generasi Z yang menginspirasi. Bersama teman-temannya, Najla meluncurkan brand muslim bernama “May” yang menjadi bukti bahwa generasi muda tidak hanya mampu. menciptakan, tetapi juga memiliki visi yang kuat.

Baca juga:

Tak heran sulit untuk mengikutinya, ternyata inilah 6 kebiasaan belanja Gen Z

Mungkin itu kalimat yang bisa terjadi apa saja, menggambarkan mimpi, doa, dan segala kebaikan, kata Najla saat peluncuran merek tersebut di Jakarta, Jumat, 17 Januari 2025.

Baca juga:

Gen Z lebih memilih pekerjaan freelance dibandingkan jam 9-5 kantor, kenapa?

Dengan proses kreatif yang hanya berlangsung selama tiga bulan, Safwa menunjukkan bahwa kerja keras, kreativitas, dan tekad Gen Z mampu menghasilkan sesuatu yang bermakna.

Stereotip bahwa Gen Z adalah generasi yang malas dan santai seringkali tidak memperhitungkan situasi unik yang mereka hadapi. Gen Z tumbuh di era digital, di mana teknologi membuat segalanya lebih mudah, namun juga membawa tantangan baru seperti tekanan media sosial, informasi yang berlebihan, dan ekspektasi yang tinggi. Banyak orang yang salah mengartikan kemudahan teknologi sebagai alasan Gen Z bermalas-malasan, padahal mereka memanfaatkan teknologi untuk berinovasi.

Genz Z merupakan pendiri brand Muslimah, Balki

Contoh nyatanya bisa dilihat pada proses kreatif brand Maybe. Mulai dari desain produk hingga manajemen media sosial dan pengeditan video, semua elemen ditangani oleh Safwa dan timnya.

“Saya ajak teman-teman yang punya potensi, bukan dari segi bisnis,” kata Najla.

Dengan prinsip tersebut, ia membuktikan bahwa kerja sama dan pembelajaran potensi individu menjadi landasan keberhasilan mereka.

Generasi Z juga sering dianggap sebagai generasi keterbelakangan mental. Banyak yang percaya bahwa mereka terlalu bergantung pada dukungan emosional dan sulit mengatasi tekanan. Namun, hal tersebut justru menunjukkan bahwa mereka memiliki pemahaman akan pentingnya kesehatan mental, yang seringkali diabaikan oleh generasi sebelumnya.

Mungkin dalam perjalanan perkembangannya, Safwa melibatkan teman-temannya, bahkan menjadikan ibunya sebagai inspirasi utama.

“Sekitar sepuluh orang membantu. Terutama kepada ibu saya,” katanya.

Halaman berikutnya

Sumber: adalah

Halaman berikutnya



Sumber