Kebocoran Data Kembali Terjadi, DPR: Bukti Keamanan Siber Indonesia Masih Sangat Rentan

Jumat, 20 September 2024 – 18:50 WIB

Jakarta, VIVA – Pembobolan data kembali terjadi di Indonesia dengan diretasnya data Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP). Hal itu ditegaskan Komisi I DPR dengan meminta pemerintah serius menangani kasus peretasan.

Baca juga:

Kombes Ade Safri: Pelajar Hacking Alamat ke WA Polsek Kesetiaan Pemain Lama

Anggota Komisi I DPR R.I. Sukamta mengatakan, kasus kebocoran data sudah berkali-kali terjadi.

Dan ini harus menjadi alarm keras bagi Pemerintah untuk segera meningkatkan keamanan siber agar setiap data warga negara terlindungi,” kata Sukhamta, Kamis, 19 September 2024.

Baca juga:

DJP membantah Jokowi memerintahkan Kominfo dan BSSN untuk mengurangi kebocoran data NPWP

Bocoran tersebut sebelumnya diberitakan oleh pendiri Ethical Hacker Indonesia, Tegu Aprianto, dalam postingan media sosial pada Rabu, 18 September 2024. Dari laporannya, setidaknya 6 juta data NPWP dijual Bjorka di forum yang diretas. .

Sukamta, Anggota Komisi I RDG RI dan Wakil Ketua Fraksi RDG R PKS.

Baca juga:

Turunkan Ketentuan Aturan Kesehatan Ancam Pekerja di Sektor Tembakau, Anggota DPR Soroti Campur Tangan Asing

Beberapa informasi yang bocor antara lain Presiden Jokowi RI, Wakil Presiden terpilih Gibran Rakabuming Raka, Ketua Umum PSI Jenderal Kaesang Pangarep, dan Menteri Keuangan Sri Mulyani.

Sukamta menilai persoalan kebocoran data tidak boleh dihentikan hanya dengan pengusutan lebih dalam.

“Pemerintah harus segera mengambil langkah nyata untuk memperkuat keamanan siber di semua sektor, termasuk pemerintah dan swasta,” kata Sukamta.

Ia mengingatkan, kebocoran data NPWP berisi informasi sensitif seperti Nomor Induk Kependudukan (NIK), alamat, nomor telepon, dan alamat email.

“Perlindungan data harus menjadi prioritas utama. “Bukan sekedar respon terhadap suatu kejadian, tapi sebagai kebijakan sistematis jangka panjang,” kata Sukamta.

Menurut dia, pengungkapan kali ini menjadi ancaman serius karena menyasar informasi presiden sebagai orang nomor satu di Indonesia hingga pejabat setingkat menteri.

“Ini merupakan ancaman serius tidak hanya terhadap privasi pribadi, tetapi juga keamanan nasional,” kata anggota parlemen asal Yogyakarta tersebut.

Kasus ini menjadi bukti nyata bahwa keamanan siber di Indonesia masih sangat rentan, kata politikus PKS itu.

Dia menegaskan, pemerintah dalam hal ini Menteri Keuangan Shri Mulyani telah meminta Dirjen Pajak dan seluruh pihak di Kementerian Keuangan mengkaji permasalahan kebocoran data NPWP.

“Selain asesmen, pemerintah juga harus melakukan investigasi internal untuk mengetahui kesenjangan sistem informasinya,” kata Sukamta.

Sebelumnya, Direktorat Jenderal Pajak Kementerian Keuangan menghadapi kebocoran data NPWP sejumlah tokoh penting.

Selain Presiden Indonesia Jokowi, ada juga Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, Menteri BUMN Eric Tahir dan lainnya.

Isu kebocoran data mencuat setelah pendiri Ethical Hacker Indonesia, Tegu Aprianto mengungkap penjualan jutaan data NPWP di forum ilegal.

“Total 6 juta data NPWP terjual senilai sekitar Rp 150 juta. Data yang bocor antara lain NIK, NPWP, alamat, nomor ponsel, email, dan lain-lain,” kata Daegu di akun @secgron X.

Halaman berikutnya

“Pemerintah harus segera mengambil langkah nyata untuk memperkuat keamanan siber di semua sektor, termasuk pemerintah dan swasta,” kata Sukamta.

Halaman berikutnya



Sumber