Selasa, 21 Januari 2025 – 02:02 WIB
Jakarta, VIVA- Ketua Cabang Kehormatan DPP Banteng Muda Indonesia (BMI) Muhammad Narendra Kiemas meminta generasi muda tidak bosan-bosannya menjaga demokrasi di Indonesia. Menurutnya, mahasiswa dan generasi muda mempunyai cara masing-masing dalam memperjuangkan terpeliharanya nilai-nilai demokrasi, suara masyarakat, dan kesejahteraan.
Baca juga:
Apakah Prabovo bertemu Megawati di hari ulang tahunnya 23 Januari? Jawab Dasko
“Mungkin dulu aktivis mahasiswa berjuang lewat pengorganisasian, demonstrasi, dll. Nah, mahasiswa dan Gen-Z sekarang mungkin punya cara tersendiri dalam menyampaikan aspirasinya di dunia digital yang terus berkembang. Mungkin lewat media sosial. Bisa seperti petisi dan lain-lain. ,” kata Narendra pada Senin 20 Januari 2025.
Baca juga:
Anggota DPR Maria Lestari diperiksa dalam kasus Hasto, KPK menyatakannya secara terbuka
Menurutnya, aksi perubahan politik tidak harus hanya dilakukan melalui demonstrasi. Namun, lanjutnya, generasi muda saat ini memiliki peluang kreativitas yang luas untuk mempengaruhi kebijakan publik.
Narendra berharap, secara umum, generasi muda tidak boleh apatis dan generasi muda yang sedang naik daun harus selalu berusaha berjuang untuk menyampaikan aspirasi masyarakat dengan caranya masing-masing.
Baca juga:
Hasto pembantu PDIP diperiksa KPK terkait pemberian uang kepada mantan Komisioner KPU Wahyu Setiawan
“Ada banyak cara untuk membuat perbedaan. Hal ini dapat dilakukan melalui diskusi, mengungkapkan keprihatinan masyarakat di media sosial, seperti membuat petisi online, dan lain-lain. Intinya, jangan pernah bosan menjaga nilai-nilai demokrasi di Indonesia, ujarnya.
Sementara itu, Adian Napitupulu, Anggota DPR RI dari PDI Perjuangan (PDIP), mengatakan gerakan mahasiswa dan pemuda harus peduli melihat dinamika sosial dan politik di Indonesia. Menurutnya, mahasiswa dan generasi muda harus berani memenuhi aspirasi masyarakat.
“Bicara demokrasi boleh, bicara perubahan, tapi harus mau turun dan mendengar langsung keresahan masyarakat,” kata Adian.
Menurut dia, kelemahan mahasiswa saat ini adalah menilai ketidakpuasan masyarakat hanya melalui media sosial, tanpa mengorganisir masyarakat dan turun ke jalan. “Mendengar permasalahan masyarakat langsung dengan buku pelajaran itu berbeda. “Inilah kelemahan mahasiswa saat ini,” kata aktivis 98.
Selain itu, pendiri Ruang Gerak Indonesia Jesse Kuncioly menjelaskan Indonesia Youth Summit 2025 merupakan forum diskusi yang diadakan di Jakarta dengan melibatkan mahasiswa dan pemuda, serta politisi muda yang duduk di DPRK pada hari ini. Menurut dia, sebagian besar generasi muda menganggap partai politik menjadikan rakyat sebagai objek perolehan suara setiap lima tahun sekali.
“Pada Indonesia Youth Summit kali ini kami ingin mengajak rekan-rekan mahasiswa dan generasi muda lainnya untuk tidak curiga terhadap politik. Karena sejarah telah mencatat peran generasi muda dalam perubahan politik di Indonesia,” tutupnya.
Halaman selanjutnya
“Bicara demokrasi boleh, bicara perubahan, tapi harus mau turun dan mendengar langsung keresahan masyarakat,” kata Adian.