Selasa, 21 Januari 2025 – 18:58 WIB
Jakarta – Program makan gratis bergizi telah memasuki minggu ketiga. Seiring berjalannya program ini, masih banyak masyarakat yang mengeluhkan menu makanan yang disediakan. Diketahui, sebagian anak mengaku kurang menyukai menu makanan tersebut karena berbagai hal, termasuk rasa makanannya.
Baca juga:
Terpopuler: Ibu Dor Dor Merasa Ditipu di Jakarta, Deddy Corbusier Marah Siswa Protes Menu MBG
Sedangkan untuk menu makanannya sendiri, Staf Ahli Kepala Badan Gizi Nasional Ikeu Tanziha menilai menu makanan selalu dievaluasi setiap hari. Gulung lagi, oke?
Evaluasinya berdasarkan jumlah makanan yang habis atau belum, itu salah satunya, ujarnya saat ditemui media di Kementerian Kesehatan, Jakarta, Selasa, 21 Januari 2025.
Baca juga:
Deddy Corbusier Marah Mahasiswa Protes Rasa Menu MBG: Kaya Kok?
Selain itu, Ikeu lebih memilih menu makanan jika makanan yang disajikan habis. Artinya menu tersebut akan dihadirkan kembali nantinya.
Baca juga:
Juru bicaranya mengatakan dampak penggunaan MBG pada anak akan terus dievaluasi
“Kalau makanannya habis, anak suka, lalu bisa diulang, tapi minggu depan tidak. Tapi kami membuatnya setidaknya 20 siklus menu. Jadi, siklus menunya, setelah 20 hari. “Kalau kita lihat belum habis, kita tanya kenapa belum habis, karena kita belum makan, maksudnya perkenalan sedikit,” ujarnya.
Di sisi lain, Ikeu mengatakan juga akan ada ilmuwan yang akan memimpin pembangunan Indonesia untuk program MBG ini. Para ilmuwan ini kemudian ditugaskan di Unit Pelayanan Gizi (SPPG) yang tersebar di seluruh Indonesia.
Nantinya, para ilmuwan yang memimpin pengembangan ini bekerja sesuai dengan habitatnya. Tujuannya untuk membantu mengidentifikasi kebiasaan makan penduduk setempat.
“Masing-masing SPPG ada tiga orang, ada kepala SPPG, seorang akuntan, dan seorang ahli gizi. Ketiga orang ini diambil dari daerahnya, misalnya di Papua mereka orang Papua. Jawa Barat di Jawa Barat, Padang di Padang. Mengapa? biar mereka paham kelebihannya, jadi kalau anak jawa barat ke padang buat bikin asinan sayur pasti bingung. Misalnya hari pertama di Padang tidak habis, kenapa tidak ada ladoo? Makanya masing-masing SPPG menjalankannya dari daerahnya masing-masing, ujarnya.
Halaman berikutnya
Sumber: pena. Kogabvilkhan III