PNM mengajak jurnalis mengkaji potret kemiskinan ekstrem di Banyuwangi

Senin, 30 September 2024 – 18:52 WIB

VIVA – Pengentasan kemiskinan menjadi perhatian pemerintah dan organisasi internasional Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) berdasarkan penetapan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) yang pertama tentang tingkat kemiskinan.

Baca juga:

Jokowi Bentuk Holding UMi, 36,1 Juta Usaha Kecil Jadi Pelanggan Hingga UKM Naik Kelas

Staf Khusus Presiden RI Bidang Perekonomian, Arif Budimanta, membeberkan strategi pemerintah untuk menurunkan kemiskinan ekstrem hingga nol. Dengan mengurangi beban biaya, meningkatkan pendapatan melalui program pemberdayaan, serta memperbaiki wilayah atau lingkungan yang memiliki kantong kemiskinan, inisiatif strategis tersebut diyakini dapat didukung.

“Indonesia tidak hanya harus bangkit, tapi inklusif, salah satunya melalui program pengentasan kemiskinan, baik kemiskinan ekstrim maupun kemiskinan sederhana,” kata Ariif dalam Diskusi Media: Mengakhiri Kemiskinan Ekstrim di Banyuwangi yang merupakan rangkaian Acara Perjalanan Jurnalis PNM. 2024.

Baca juga:

Kisah Marsiyat, klien PNM Mekaar yang bangkit dari kemiskinan

Salah satu pihak yang diberi mandat untuk mendukung aspek pertumbuhan pendapatan adalah PT Permodalan Nasional Madani (PNM). Melalui program PNM Mekaar (Promosi Ekonomi Keluarga), perempuan miskin diberikan pembiayaan dan dukungan usaha agar mereka berdaya dan keluar dari kemiskinan dan kemiskinan ekstrem.

Baca juga:

PNM Mekaar yang berlokasi di Pulau Natuna meningkatkan inklusi keuangan di wilayah 3T

PNM mengajak para jurnalis melihat langsung potret kemiskinan ekstrem yang ada di Banyuwangi. Sebagai referensi, Kabupaten Banyuwangi sendiri memiliki angka kemiskinan ekstrem sebesar 0,29%, di mana Provinsi Jawa Timur sebesar 0,66% dan angka nasional sebesar 0,83%.

Jurnalis diajak berinteraksi langsung dengan salah satu lansia penerima program Rantang Kasih bernama Mbah Marina, seorang nenek berusia 103 tahun sekaligus penyedia pangan UMKM pendukung program Rantang Kasih. Rantang Kasih sendiri merupakan program pemberian makanan bergizi dan siap saji kepada warga lanjut usia setiap harinya.

Selain itu, dalam hal ini nasabah PNM Mekaar bernama Ibu Saadi juga menjadi sasaran kunjungan rombongan ini. Awalnya Ibu Saadi adalah seorang penebang kayu di hutan yang tinggal di Dusun Telemungsari, Kalipuro, Banyuwangi. Di masa tuanya, ia harus menjadi tumpuan menafkahi anak dan cucunya. Hingga bertemu dengan PNM Mekaar dan mengajukan pinjaman membeli sayuran paparogo kepada buruh tani untuk kemudian dijual.

Berjuang dari awal, bisnis Saadi kini melibatkan beberapa saudaranya untuk membantunya menyiapkan sayuran pakis. Berkat usahanya, ia berhasil menyekolahkan cucunya ke sekolah formal dan mencukupi kebutuhan keluarganya.

Direktur Utama PNM Arief Mulyadi berharap pemberian modal finansial, intelektual, dan sosial melalui program PNM Mekaar dapat menjadi solusi bagi kelompok mata pencaharian untuk meningkatkan taraf hidupnya. Pembiayaan kelompok diyakini dapat merangsang inovasi sosial, meningkatkan peran anggota kelompok dalam mendukung kemajuan bisnis satu sama lain.

“Yang naik kelas harus tetap berada di ekosistem ini. – Kalau bisa, yang besar dan yang kecil akan diambil sendiri, – kata Arief.

Sistem kelompok merupakan cerminan budaya gotong royong dalam masyarakat Indonesia, sehingga penting bagi seluruh nasabah PNM Mekaar untuk selalu menjaga persatuan. Sejak diluncurkan pada tahun 2015, PNM telah membantu lebih dari 20 juta ibu di seluruh Indonesia. Setelah bergabung dengan Ultra Micro Holding, layanan inklusi keuangan yang ditawarkan semakin beragam.

“Saat ini sudah ada 1,7 juta nasabah PNM yang beralih ke BRI atau Pegadaian. Kami membantu 400.000 pimpinan kelompok (nasabah PNM Mekaar) menjadi agen BRILink Mekaar untuk menambah pendapatannya,” ujarnya.

Arif Budimanta juga mengapresiasi program pemberdayaan PNM Mekaar dan upaya para ibu untuk keluar dari kemiskinan. Menurutnya, keberagaman anggota kelompok mendorong pembelajaran agar bisa bekerja sama demi kemajuan kehidupan.

“Karena didasarkan pada kelompok peserta yang beragam, ada yang mungkin berasal dari masyarakat sangat miskin dan ada pula yang berasal dari kelas menengah. Di sinilah pembelajaran terjadi. “Yang berani mencoba adalah mereka yang melek huruf dan menarik minat kelompok lain,” jelas Arif.

Halaman berikutnya

Berjuang dari awal, bisnis Saadi kini melibatkan beberapa saudaranya untuk membantunya menyiapkan sayuran pakis. Berkat usahanya, ia berhasil menyekolahkan cucunya ke sekolah formal dan mencukupi kebutuhan keluarganya.

Mantan auditor BPK itu tidak pernah melaksanakan salat Jumat karena tak membayar pungutan liar di Rutan KPK.



Sumber